Cara Membaca Filsafat
Jumat, 06 April 2018
Tambah Komentar
Cara Belajar Ilmu Filsafat adalah dengan membaca
Filsafat, era kontemporer, diartikan sebagai ilmu. Yakni, menjadi sub-kajian, untuk mengetahui bagaimana orang-orang berpikir. Untuk mengetahui bagaimana orang berpikir.
Dengan membaca maka akan mengetahui yang banyak itu. Kalau pikiranmu berkata,
“Terlalu banyak data yang harus dibaca, darimana baiknya aku memulai membaca?”
Langsung saja, ditempelkan pada pikiranmu, istilah-istilah ini, (1) filsafat yunani kuno, (2) filsafat abad pertengahan, (3) filsafat modern, dan (4) filsafat kontemporer (Tahun sekarang). Jadikanlah keempat itu, kata kunci awal untuk mengetahui—sebelum memahami, yang perlu adalah mengetahui dulu— dan dari ke empat kata kunci tersebut, tahun-tahunnya, filsafat yunani kuno di tahun 600 sebelum masehi (2) filsafat abad pertengahan (ditahun 500 masehi), (3) filsafat modern (di tahun 1500-1900 masehi), (4) filsafat kontemporer (tahun 1900-2016 masehi). Pendek kata, untuk mengetahui filsafat, kita juga dianjurkan membaca sejarah kemanusiaan, dari rentang waktu yang panjang ke belakang.
Ingat, indonesia terindentifikasi pada 400 masehi, era kerajaan hindu masuk di nusantara. Sementara kajian filsafat, mulai dari sekitaran 600 sebelum masehi. Pendek kata, memang berbicara tentang sejarah yang panjang. Nah, untuk itu penting untuk membaca.
“Sayangnya, saya mau membaca jika itu sesuai dengan selera saya, kalau tidak sesuai maka saya tidak akan berminat untuk membaca. Seakan-akan dalam membaca, tidak mau masuk dalam pikiran! Bagaimana mengatasi hal tersebut? Sementara saya sebenarnya benar-benar ingin mengkaji filsafat.”
Guru filsafat statusnya sebagai pemberi kunci. Dan menjadi pembimbing murid untuk belajar filsafat. Murid-filsafat penting konfirmasi kepada guru. Itu sangat penting, karena filsafat itu ilmu yang bersejarah, masih berlaku, dan panjang. Lintasnya sampai kekinian. Dunia kekinian terlalu luas: perkembangan sains semakin melesat, dan filsafat selalu mempunyai tempat di antara itu.
Pengkaji filsafat, dituntut untuk membaca. Jangan remehkan hal itu, karena hanya dengan membaca maka akan memahami filsafat. Kalau tidak rajin membaca filsafat, maka tidak mungkin akan memahami filsafat. Sebab tidak ada cara lain untuk memahami filsafat kecuali dengan cara membaca.
Filsafat, era kontemporer, diartikan sebagai ilmu. Yakni, menjadi sub-kajian, untuk mengetahui bagaimana orang-orang berpikir. Untuk mengetahui bagaimana orang berpikir.
“Bagaimana bisa mengetahui orang berpikir kalau tidak lewat membaca?”
Kajian filsafat, pasti, bakal disodori nama demi nama, nama itulah yang akan dipelajari lebih lanjut. Nah, tokoh filsafat itu banyak. Untuk mengerti kebanyakan itu, maka perlunya membaca.Dengan membaca maka akan mengetahui yang banyak itu. Kalau pikiranmu berkata,
“Terlalu banyak data yang harus dibaca, darimana baiknya aku memulai membaca?”
Langsung saja, ditempelkan pada pikiranmu, istilah-istilah ini, (1) filsafat yunani kuno, (2) filsafat abad pertengahan, (3) filsafat modern, dan (4) filsafat kontemporer (Tahun sekarang). Jadikanlah keempat itu, kata kunci awal untuk mengetahui—sebelum memahami, yang perlu adalah mengetahui dulu— dan dari ke empat kata kunci tersebut, tahun-tahunnya, filsafat yunani kuno di tahun 600 sebelum masehi (2) filsafat abad pertengahan (ditahun 500 masehi), (3) filsafat modern (di tahun 1500-1900 masehi), (4) filsafat kontemporer (tahun 1900-2016 masehi). Pendek kata, untuk mengetahui filsafat, kita juga dianjurkan membaca sejarah kemanusiaan, dari rentang waktu yang panjang ke belakang.
Ingat, indonesia terindentifikasi pada 400 masehi, era kerajaan hindu masuk di nusantara. Sementara kajian filsafat, mulai dari sekitaran 600 sebelum masehi. Pendek kata, memang berbicara tentang sejarah yang panjang. Nah, untuk itu penting untuk membaca.
“Sayangnya, saya mau membaca jika itu sesuai dengan selera saya, kalau tidak sesuai maka saya tidak akan berminat untuk membaca. Seakan-akan dalam membaca, tidak mau masuk dalam pikiran! Bagaimana mengatasi hal tersebut? Sementara saya sebenarnya benar-benar ingin mengkaji filsafat.”
Saran saya, menulislah, pengetahuan yang telah ada ketahui tentang sejarah filsafat. Mengapa harus sejarah, karena dengan waktu sejarah, maka dengan mudah kamu akan melihat kekuranganmu pada filsafat mana. Bila perlu, dibuat tabel filsafat. Buat sedetail-detailnya, menurut kemampuanmu. Itu akan lebih mempermudah mengetahui pola pikirmu.
Dengan cara seperti itu, kamu akan termotivasi untuk membaca lebih, setelah membaca lebih, tuliskan kembali pada tabel-filsafatmu. Lama ke lamaan, tabel itu akan penuh. Dan dengan sendirinya, akan membentuk pemikiranmu. Lalu jika kamu dihinggapi pertanyaan:
“Mengapa saya perlu mengkaji filsafat?”
Jawab saya, kembali ke tujuan dasar, mengapa kamu kok bisa tertarik dengan filsafat. kalau ternyata, tujuanmu itu semakin hari semakin buram, misal, tujuanmu menjadi “pemikir”, tapi itu terasa berat. Maka jawabnya, ingatlah realitasmu yang sebenarnya. Anggap saja, mengkaji filsafat adalah perjalanan waktu.
Soal kerja bagaimana: ingatlah, mengkaji filsafat itu tidak harus menjadi filsafat. setidaknya mengetahui diri bagaimana berpikir. Atau kalau telah lulus, bisa juga kamu melamar di perusahaan-perusahaan, atau membuat kerajinan, atau berdagang, bertani: bukankah hal itu tidak salah.
Dengan cara seperti itu, kamu akan termotivasi untuk membaca lebih, setelah membaca lebih, tuliskan kembali pada tabel-filsafatmu. Lama ke lamaan, tabel itu akan penuh. Dan dengan sendirinya, akan membentuk pemikiranmu. Lalu jika kamu dihinggapi pertanyaan:
“Mengapa saya perlu mengkaji filsafat?”
Jawab saya, kembali ke tujuan dasar, mengapa kamu kok bisa tertarik dengan filsafat. kalau ternyata, tujuanmu itu semakin hari semakin buram, misal, tujuanmu menjadi “pemikir”, tapi itu terasa berat. Maka jawabnya, ingatlah realitasmu yang sebenarnya. Anggap saja, mengkaji filsafat adalah perjalanan waktu.
Soal kerja bagaimana: ingatlah, mengkaji filsafat itu tidak harus menjadi filsafat. setidaknya mengetahui diri bagaimana berpikir. Atau kalau telah lulus, bisa juga kamu melamar di perusahaan-perusahaan, atau membuat kerajinan, atau berdagang, bertani: bukankah hal itu tidak salah.
Memangnya orang-orang yang kuliah pada jurusan yang lain, setelah lulus kuliah, selalu bekerja pada orientasi pendidikannya? Belum tentu.
“Jadi berapa banyak kunci untuk memahami filsafat?”
Saya katakan, kuncinya satu, yakni membaca. Kunci-kunci yang saya berikan, adalah kunci-kunci kecil pada pintu-pintu filsafat yang banyak. Kalau sudah membaca, dan menyukai pembacan filsafat, maka kamu akan mengamini apa kataku: yakni, bahwa kuncinya satu: membaca.
“Bagaimana dengan guru filsafat? kalau kunci utamanya satu”
Sekarang kembali ke membaca filsafat:
Membuat peta sejarah, itu adalah cara mudah, untuk memotivasi untuk membaca filsafat lebih. Sebab cara mudah yang saya maksud di atas, adalah ringkasan dari sejarah yang telah kamu buat. Maka perlahan-lahan, bacalah istilah kunci, satu persatu. Maksudnya untuk mendalami tiap-tiap kata-kunci tersebut. Lalu tuangkan dalam peta yang sebelumnya telah dibuat.Tahap Kedua membaca
Jangan terburu tertarik untuk membaca karya filsuf, tapi bacalah bagaimana berpikirnya filsuf tersebut. Pendek kata, membaca karya filsuf itu adalah pendalaman tema. Sebagai pemula, maka ketahuilah garis-besar pemikiran filsuf. Kenalilah biografi dirinya. Kenalilah bagaimana keadaan sosial yang mempengaruhi dirinya berpikir seperti itu. Itu juga termasuk kucinya.“Jadi berapa banyak kunci untuk memahami filsafat?”
Saya katakan, kuncinya satu, yakni membaca. Kunci-kunci yang saya berikan, adalah kunci-kunci kecil pada pintu-pintu filsafat yang banyak. Kalau sudah membaca, dan menyukai pembacan filsafat, maka kamu akan mengamini apa kataku: yakni, bahwa kuncinya satu: membaca.
“Bagaimana dengan guru filsafat? kalau kunci utamanya satu”
Guru filsafat statusnya sebagai pemberi kunci. Dan menjadi pembimbing murid untuk belajar filsafat. Murid-filsafat penting konfirmasi kepada guru. Itu sangat penting, karena filsafat itu ilmu yang bersejarah, masih berlaku, dan panjang. Lintasnya sampai kekinian. Dunia kekinian terlalu luas: perkembangan sains semakin melesat, dan filsafat selalu mempunyai tempat di antara itu.
Maka tak jarang, status belajar filsafat, kerap di ambang pusing. Malah bahkan, pusing yang tidak tahu pusingnya apa. Hanya ingin menyatakan, saya pusing.
Kalau bertemu sama dengan filsafat, maka kemukakanlah secara detail persoalan kepusinganmu itu. Kronologi kepusinganmu, dan mintalah solusi. Seperti, apa yang harus saya lakukan sekarang? Apa kiat-kiat untuk membaca? Buku-buku mana yang layak saya baca?
Ya, adakalanya murid pusing belajar filsafat, karena membaca teks filsafat dan itu tidak masuk di akalnya. Itu sering terjadi, apalagi murid-pemula. Sehingga ia bisa berkata, “Mengapa tatkala aku membaca seluruh teks mendadak menjadi sesuatu yang aneh? Teks-teks itu menjelma sesuatu yang tidak-jelas dan kabur, selain istilah-isitlah yang asing. Selanjutnya, diksi-diksi yang lain, membuatku membaca harus fokus penuh. Sebenarnya apa yang terjadi tatkala aku membaca filsafat.”
Jawabku, karena dirimu belum layak membaca teks tersebut. Maka, gantilah buku yang lain, dengan tema yang sama. Barangkali buku yang lain, bahasanya lebih jelas bagi dirimu. Rangkaian bahasanya lebih ringkas dan pendek bagimu.
Demikian. Semoga bermanfaat.
Kalau bertemu sama dengan filsafat, maka kemukakanlah secara detail persoalan kepusinganmu itu. Kronologi kepusinganmu, dan mintalah solusi. Seperti, apa yang harus saya lakukan sekarang? Apa kiat-kiat untuk membaca? Buku-buku mana yang layak saya baca?
Ya, adakalanya murid pusing belajar filsafat, karena membaca teks filsafat dan itu tidak masuk di akalnya. Itu sering terjadi, apalagi murid-pemula. Sehingga ia bisa berkata, “Mengapa tatkala aku membaca seluruh teks mendadak menjadi sesuatu yang aneh? Teks-teks itu menjelma sesuatu yang tidak-jelas dan kabur, selain istilah-isitlah yang asing. Selanjutnya, diksi-diksi yang lain, membuatku membaca harus fokus penuh. Sebenarnya apa yang terjadi tatkala aku membaca filsafat.”
Jawabku, karena dirimu belum layak membaca teks tersebut. Maka, gantilah buku yang lain, dengan tema yang sama. Barangkali buku yang lain, bahasanya lebih jelas bagi dirimu. Rangkaian bahasanya lebih ringkas dan pendek bagimu.
Demikian. Semoga bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Cara Membaca Filsafat"
Posting Komentar