Islam di Era Kontemporer, era 2018



Taufik, apa maksudmu dengan islam di era kontemprorer, islam di era 2018? Apakah kau mau menggambarkan atau bahkan mengungkapkan atau bahkan mendeskripsikan, kondisi islam di era 2018? Ingatlah, di era ini, kau harus jelas terhadap kata-katamu, harus jelas terhadap arah pertanyaanmu. Ingatlah, islam itu telah ada sejak Kanjeng Nabi Muhammad, yakni era 600 an masehi, dan sekarang telah menjadi 2018 masehi. Telah 1000 tahun lebih, Taufik. bahkan-bahkan desamu saja lahir tahun 1935 masehi, di era Indonesia telah merdeka, yang mana orang-orangmu itu dulu, berangkat dari jawa tahun 1930 masehi.

Kenanglah di Jawa, tahun 1930 masehi, di zaman yang mendekati kemerdekaan Negara Indonesia. Artinya, di saat Indonesia masih dijajah oleh bangsa eropa, bangsa belanda: dan bagimana keislaman di nusantara waktu itu, telah lebat, Taufik, telah kuat: ingatlah tokoh-tokoh yang mencorong seperti Kiai Kholil Bangkalan, beliaulah guru-guru dari para pembaharu islam di Nusantara. Dan sebelum itu, ada generasi para wali songo. Tentu saja, di nusantara telah mempunyai kesibukan perihal keagamaan, Taufik. Apalagi kau mengetahui bahwa yang membedakan keislaman atau bahkan keagamaan di Indonesia dilatar belakangi oleh Agama Hindu-Budha, tentu kau sedikitnya mengerti tentang Hindu-Budha (kalau tidak, maka sekali lagi kau mestinya membaca. walau sekilas. Ingat, zaman sekarang: zaman informasi, kau bisa mencari informasi perihal itu dengan mudah), itulah yang melatar belakangi keagamaan di Nusantara. Yang dengan itu, turun temurun sampai sekarang; yang tentu, telah kemasukan agama islam. agama islam yang seperti apa? Yakni Pondok Pesantren.

Sistem Pondok Pesantren atau padepokan adalah pola pengetahuan yang umum, ada di Nusantara. Yang mungkin, awalnya tentang persilatan atau keolah-ragaan yang dibumbui dengan kanuragan atau kekuatan dalam, atau energy, sehingga di nusantara banyak pendekar-pendekar sakti. Sebabnya apa? Karena di nusantara banyak hal yang memungkinkan untuk kemistikan. Ingatlah bagaimana inyek  itu: manusia harimau itu, cerita dari sumatera itu. dan ingatlah, film-film dahulu kala, dan ingatlah tentang orang-orang yang mempertanyakan perihal ilmu kekebalan kepadamu, yang seakan-akan engkau juga mendapatkan ilmu kekebalan atau setidaknya belajar ilmu kekebalan, yakni kebal bacok atau semacam kebal pistol: bukankah ilmu semacam itu masih nyata, Taufik? arahnya kemana: arahnya pada islam yang sarat dengan meditasi, islam yang memadu dengan irrasional.  Ingatlah saat kunjungamu menuju Malang, Jawa Timur: bukankah kau menyaksikan para pelaku yang itu sarat dengan irrasional dan kau juga menjajal puasa mati-geni. Puasa yang itu tidak berbuka dengan sesuatu yang bersentuhan dengan api, dan kau buka dan sahur menggunakan buah-buahan; dan pada proses orang-orang yang kau lihat dan kau jalankan, tidak menjadikanmu meninggal. Dan begitulah setidaknya keberadaan mistik yang ada di Indonesia, Taufik. Sekali pun zamannya mungkin sudah menyentuh modernitas, namun kemistikan pun masih ada. Masih ada. Dan ketiadaan (Atau bahasa lainnya, pergeseran dari ada yang ramai, menjadi ada yang sepi) karena adanya system pendidikan yang ditawarkan oleh belanda waktu itu, yakni system sekolah, system kelas.

Dan kau  menjalani kehidupan, yang itu telah bersinggungan antara pencaran system pesantren dan system sekolahan: Ya! Di pagi hari kau menjalankan sekolah, dan sore dan sehabis magrib sampai isya, kau mengaji. yang mana orang-orang tuamu, waktu itu, masih bersibuk pada mengaji saja, yakni mengaji magrib dan isya, lalu sehabis subuh mendengarkan pengajian subuh di masjid. begitu-begitu juga, islam modern, Taufik. toh orang tuamu, masih berada di tahun 1900 masehi: bukankah pembacaanmu telah menyatakan bahwa modernitas itu ada kira-kira pada tahun 1500 masehi, yakni era kebangkitan pada filsafat, era kebangkitan ilmu pengetahuan orang-orang barat, yang menekankan pada rasional? Tentu saja, di tahun 1900 masehi telah mencapai kegaduhan terhadap klaim modern, hanya saja, belum sampai di desamu. Ingatlah, desamu ialah laksana perpindahan tempat dari ramai menuju sepi, dari keramaian jawa menuju daerah yang mulai  berdiri; mencari kedamaian dengan cara mengolah tanah, dan ‘memutuskan’ kemudahan yang ada di Jawa. memang di tahun 1900 masehi, di jawa pun belum semelek di eropa. Tradisi di jawa belum sehebat bangsa-bangsa eropa, atau bahkan bangsa-bangsa timur tengah.  Tradisi di jawa, khususnya, waktu itu, masih berkesibuk pada kekuasaan kerajaan dan mengunggulkan perihal olahan tanah, olahan alam: karena memang, hal yang paling kuat dari bangsa kita ialah kekayaan alam.

Lalu sekarang kau bertanya, bagaimana islam di era kontemporer? Jawabnya: islam seperti apa yang kau jalankan, dan keadaan sosial yang kau laksanakan, dan segala soal yang kau temui, itulah islam di era kontemporer, yang semakin bersinggungan dengan permesinan, dan mengikuti gelombang zaman, sekali pun seperti itu: islam, tetap mampu berdiri sendiri, sebab islam pada dasarnya juga mampu terletak pada individu. Begitu.


2018

Belum ada Komentar untuk "Islam di Era Kontemporer, era 2018"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel