Teologi Dan Fakta



Teologi Dan Fakta



“Bagaimana peran teologi dan fakta?” katamu.



Jawabku, “Mengapa engkau bertanya itu kepadaku? Bukankah kau mampu membaca tentang teologi dan fakta pada buku-buku yang telah disetujui oleh pihak akademisi. Buku-bulku yang telah objektif.”



Katamu, “Entah mengapa buku itu terkesan aneh kalau aku membaca. seakan aku ingin segera mendapatkan apa yang hendak kubaca, tapi ketika aku membaca, malah diarahkan pada sejarah dan rangkaian teks-teks lainnya, hingga kemudian, saya malah tidak menyetujui bahwa saya harus membaca. sebenarnya, saya hendak membaca. dan mengkopi terhadap apa yang saya baca. ah nasibnya daya-tangkapku. Itulah sebabnya aku bertanya kepadamu.”



Jawabku, “Tapi mengapa kau bertanya itu kepadaku? Bukankah banyak yang lebih ahli, atau bahkan kau mempunyai dosen atau guru agama.”



Katamu, “Aku melihat kau sebenarnya sangat intens terhadap hal tersebut, lagi pula kau juga kan orang yang aktif pada ranah keagamaan. Selain itu, bukankah kau termasuk santri, orang yang bergiat pada pesantren yang itu waktunya bukan sebentar. Jelaskanlah padaku. Aku akan menerima bahagia,” merengek layaknya memaksa.



Jawabku, “Sebelum kau berupaya memahami teologi dan fakta. Kusampaikan padamu, biasanya aku menjelaskannya secara dalam dan benar-benar ‘mungkin’ bakal mengetuk kesadaranmu, kesadaran cangkang pemikiranmu. sebab aku seakan bakal menyeretmu bahwa kau sebenarnya menjalankan apa yang kau tanyakan itu:



Teologi, pada dasarnya dari kata teo yang artinya tuhan, dan logi yang artinya ilmu. Bisakah dimengerti dua kata itu? Tuhan dan ilmu. Ilmu dan tuhan. Jika digambungkan ilmu tuhan, ilmu tentang tuhan, ilmu ketuhanan. Bisakah dimengerti?”



Kau mengangguk.



“Apakah kau bertuhan?” kataku. 



Kau melihatku terkesan aneh. Kata-kataku terkesan sesuatu yang itu bertentangan dengan akalmu. Sebab, sejauh ini seakan tidak dipertanyakan tentang hal itu. sebabnya, jawabnya sudah pasti: ya! Aku bertuhan. Tentu saja, karena aku beragama.



Jawabku, “Mengapa kau bertuhan? Imbuhan ber. Imbuhan ber pada kata “bertuhan”.



Seketika kau menjawab, “Sudah pasti. Allahlah tuhanku. Tiada Tuhan kecuali Allah. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah yang ahad. Dialah yang maha esa. Dialah, Allah, Tuhan seluruh alam,” bernada emosi. Bernada geram.



Kataku, “Lho… katanya memintaku menjelaskan tentang teologi, maka mengapa kau merasa geram? Sesungguhnya, apa yang kuarahkan padamu itu berkaitan dengan teologi, yakni ilmu ketuhanan. Ketika kau menjawab, atau memberikan alasan: kau itu bertuhan. Alasannya apa? Itulah yang dikaji pada teologi. tuhan itu seperti apa? Itu juga kajian teologi. mengapa ‘juga’ Tuhan harus dipercayai? Itu juga bakal di cari. Di cari oleh apa? Tentu saja, ada sumber-sumbernya, diantaranya sumber yang digunakan adalah akal. tunggu! Tunggu! Jangan gegabah mengatakan, bahwa aku sangat rasional, sangat menggunakan akal, bahkan tuhan hendak diakali. Jangan begitu. ingatlah, kau berdaya diri untukku menjelaskan kepadamu? beginilah penejelasanku.



Sudah pasti, yang dijadikan sumber adalah para penganut orang bertuhan itu. Dan umumnya, orang yang bertuhan itu disebut orang yang beragama. bisakah dimengerti? Orang yang mempunyai agama itu biasanya mempunyai kitab suci. Nah, kitab suci itu juga dijadikan sumber untuk pengkajian.”



Katamu, “Wah omonganmu semakin tidak jelas. Semakin tidak realistis. dan aku sendiri, seakan-akan diupyek-upyek oleh kata-katamu.”



Kataku, “Lho… jangan salah, orang-orang yang mengkaji teologi itu harus hebat juga terhadap bahasa. Harus hebat perihal bahasa. Harus mengerti tentang sejarah. Harus mengerti apa yang hendak ditujukan.”



“Mengapa aku malah semakin tidak karuan (Tidak karuan, kataku). Ah bukan! Aku malah semakin pusing dengan penjelasanmu. Mohon diringkas pertanyaanku ini: bagaimana peran teologi dan fakta?”



Mendengar pertanyaanya saja aku merasa ingin tertawa. Bayangkan saja, bagaimana peran teologi, tentu saja itu mempunyai jawabannya sendiri: teologi berperan sebagai… begitu juga kalau lanjutannya, bagaimana peran fakta? Fakta berperan sebagai … ah mungkin tentu saja arah pertanyaannya begini: bagaimana peran teologi pada kehidupan yang praktis, yang realistis?



Jawabku, “orang yang mengerti tentang tuhan, itulah perannya bagi kehidupan fakta ini. itu saja. tidak ada yang membeda: yang membedakan ialah bahwa ia mengetahui tentang ketuhanan dan orang lain, mungkin tidak semengerti yang diketahui oleh orang yang belajar tentang ilmu ketuhanan. Soal fakta: harapannya sih, kalau mengerti tuhan tentu berperilaku yang itu sarat dengan nilai-nilai tuhan, jika dia melanggar, sungguh syaitan itu memang mahluk yang pandai menggoda. Menurutku begitu. kalau kau mau berpendapat, tentu saya dengarkan. Silahkan.”





2018

Belum ada Komentar untuk " Teologi Dan Fakta"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel