Yang Menjadi Focus Kajian Filsafat Yakni Pemikiran





Kajian filsafat—sudah jangan kau ribetkan dulu pengertian secara kata tentang asal-usul filsafat; pendek kata, secara ringkas kau telah mengetahui. Karena aku ingin menunjukan dirimu, tentang kajian filsafat itu:— terfokus pada pemikiran. Pemikiran siapa, terkhususnya pemikiran dirimu sendiri.

Jika engkau membaca teks filsafat, dan itu kepayahan, karena kau laksana terbentur-bentur akan ‘pengertian’ teks. Maka, sebelum itu, kau penting membaca Kamus Filsafat. Namun, saat kau mendahului membaca Kamus Filsafat, dan bagimu itu tidak masuk pada akalmu:

Maksud dari, kalimat; masuk pada akal ialah bahwa kosakata tersebut tidak mudah engkau terima dalam pemikiranmu, dan gerak tubuhmu itu dengan gampang ‘paham’ apa yang dimaksudkan itu. Lalu engkau siap melanjutkan ‘pelajaranmu’, yakni meneruskan tentang pencarian sehingga engkau benar-benar menerima tentang sesuatu yang disebut dengan hidup. Sebab, tujuan utama dari pemikiran itu, tidak lain adalah tentang hidup itu sendiri; hidup siapa? Tentu hidupmu sendiri. Dengan begitu,

Engkau menjalani hidup yang itu ‘berasaskan’ dari dirimu sendiri,

Engkau menjalani hidup, yang itu ‘prinsipmu’ sendiri

Setidaknya, engkau telah berfilsafat. Itulah tujuan akhir dari pencarian mata kuliah filsafat. Dan tujuan utama filsafat, tentu terletak dari bagaimana olah pikir itu; yakni yang menggunakan pemikiran. Yang kemudian, orang-orang akan menyatakan bahwa pemikiran itu sejak kecil, manusia telah berpikir. Bahwa pemikiran itu, teradakan karena kita menggunakan pemikiran.

Jika engkau bertanya bagaimana dengan agama? Sebagaimana engkau tahu, bahwa pola-dasar dari agama itu berbeda dari filsafat, garis atau bentangan ‘kebedaan’ agama itu berbeda dari agama. Agama itu didasari dengan kepercayaan kepada subjek yang menyampaikan. si pelaku penyampai agama, sejak awalnya, disebut para nabi, yang mereka telah diketahui secara umum tentang sifat-sifatnya, yakni sifat kemanusiaan yang itu tidak menentang dari hukum-dasar kemanusiaan: apakah bisa dimengerti? Saya berharap engkau mengetahui, itu.

Sementara filsafat itu, tekanan kuat dari penggunaan akal. Dan siapa yang menggunakan akalnya? Yakni setiap manusia: apakah para nabi dahulu kala tidak menggunakan akal, tetap menggunakan, namun tuntutan beliau adalah tentang moral; moral yang baik, yang itu berasaskan tentang kemanusiaan yang umum. Sementara filsuf, berupaya mencari dasar-dasar tentang bagaimana manusia yang baik dari keumumanan, dan itu dia menggunakan dengan cara: mengaktifkan akalnya sekencang-kencangnya: yang ukurannya, tentu, si filsuf itu sendiri: sambil mereferensikan tentang pengalaman, pembacaan, dan penggunakan akalnya: dan penemuannya itu, keputusan dari filsuf itu sendiri.

Namun, sebagaimana awalnya, yang hendak aku sampaikan kepadamu, bahwa yang menjadi kajian utama filsafat itu, terfokus pada akal; pada pemikiran. Orang yang berpikir. Dan yang digunakan adalah akal. Akal itu di mana? Seringnya kita menyebut di mangkok-kepala. Apakah berarti tidak menggunakan perasaan? Tentu itu ada kaitannya juga. Memangnya timbulnya ‘perasaan’ atau yang kita rasakan, kemudian diungkapkan lewat apa; pada akhirnya, akallah yang menjadi tujuan utama untuk pengungkapan apa yang dipikirkan. Bersamaan dengna itu, maka semakin jelas: bahwa focus kajian filsafat adalah tentang pemikiran. Pemikiran siapa? Orang-orang yang berpikir. Siapa umumnya? Ini jawaban sejarah, yakni orang-orang yang disebut. Termasuk, kalau kau, menggunakan akalmu, dan berusaha mengkaji filsafat, maka dasar utama untuk menyelami atau nyebur sekali lagi dalam filsafat: maka yang dikaji adalah pemikiranmu. Begitu!

2017

Belum ada Komentar untuk " Yang Menjadi Focus Kajian Filsafat Yakni Pemikiran "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel