Menata ulang Visi Penulisan
Senin, 26 Maret 2018
Tambah Komentar
Kenapa jarang memperbarui tulisan?
Jawabku, saya kehilangan ‘motivasi’ untuk memperbaruhi tulisan. Biarlah saya ceritakan alasan-alasanku: faktanya di saat itu saya mulai konsentrasi pada sesuatu yang disebut dengan skirpsi, saya pergi ke karang sepekan sekali, alasannya untuk skripsi. Namun hasilnya, judul pun belum disetorkan kepada pihak yang menerima judul. Saya dikarang, malah sibuk dengan pemikiranku, dengan keniatan-keniatanku: seakan-akan benar-benar niat akan kuliah dan berjuang untuk menyelesaikan status kuliah, dengan cara menyelesaikan skripsi. Namun faktanya, judul pun belum jadi-jadi. Bila pun jadi, gagal dan gagal. Gagal untuk disetorkan kepada pihak akademik.
sekali pun seperti itu, saya sebenarnya tidak berhenti membaca dan tidak berhenti untuk membaca; membaca perihal upaya-upaya judul, saya pernah merencanakan judul Kepala Negara Filosof persepektif Al-Farabi, namun gagal diajuhkan, gagal di laporkan pada pihak akademik; namun tidak gagal dilaporkan kepada pemikiranku, kepada pemataanku.
Saya membaca tentang Negara, tentang kepala Negara, tentang politik, tentang islam. itulah faktanya. Dan saya, sekali lagi membaca tentang filsafat, tentang tokoh-tokoh filsafat, tentang filsuf-filsuf yunani, tentang filsuf islam. itulah aktitifitasku, di saat aku mentelengi buku dan laptop. Bersamaan dengan itu, saya seringkali menulis perihal laporan pergerakan pemikiranku: artinya, saya tidak berhenti menulis. Tidak berhenti memproduksi tulisan. Hanya saya tdai dipublikasikan di blog.
Telah sebulan saya tidak memperbarui tulisan di Blog. Bukan berarti saya berhenti menulis, tidak. Namun memperbarui ulang tentang pemikiranku, tentang realitas-pemikiranku, tentang pola-pola tulisanku. Terlebih khusus, tentang fokusnya pemikiranku, fokusnya kepenulisanku; kehendak mengonsentrasikan focus pada skripsi belum mampu dijalani, hasilnya, ketika benar-benar focus, malah-malah pemikiran saya begitu tertekan dan terasa tersempitkan. Sempit sekali. Malah yang terjadi, membuat tubuhku tidak nyaman akan kefokusan tersebut.
Sekali pun secara fakta saya persis orang yang kalah, orang yang terlambat, dan renyek terhadap realitas, terhadap system-sistem realitas. akhirnya (mungkin ini menjadi upaya untuk yang terakhir) saya menemukan sesuatu untuk digarap menjadi skripsi, yakni membahas novel. Membahas perihal fiksi. Itu saran dari pertemuan dengan Pak Kamran.
Sebuah judul yang jauh-jauh hari tidak terpikirkan olehku, bakal mengkaji dunia fiksi. Bakal menguraikan tentang perfiksian. Dan itu, menjelang akhir bulan januari. Akhirnya, tutup bulan januari saya menyetujui untuk menggarap skripsi berbahan Novel.
Apakah pembahasannya akan seperti kelas filusuf yang mengamati novel? Jawabku, tidak. Sekedarnya saja. sekedar saja yang membahas novelnya, mengikuti prosedur yang ditawarkan oleh pihak akademik. Begitulah rencananya.
Selain itu, berhubungan dengan tidak mempublikasikan tulisan ialah, keengganan untuk mengupload tulisan ke blog. Alasannya lagi, berkaitan dengan nilai ekonomi. Sebab, mengupload itu pun, tidak pasti mendapatkan uang. itulah sebabnya tidak mengupload. Sementara menulis itu adalah refleksi dari dalam diri, sehingga harus dituliskan. Sebenarnya pada proses ini, yang kurang tepat ialah, pemikiranku: mengapa saya tidak mengapload tulisan, walau pun satu perhari. Mengapa tidak demikian? Sekali pun secara fakta saya laksana ditekan focus pada skripsi, bukankah ada senggangnya kamu menulis yang itu untuk upload di blog. Setidaknya menjadikan jadwal harian untuk mempostingkan status kebaruan tulisan.
Namun ditahun baru ini, saya mulai menyadari, ketidak-siplinanku, yang harusnya menunaikan kedisiplinanku; tujuannya sederhana: mempertahankan eksistensi. Mempertahankan keberadaan. Agaknya sejarah manusia pun begitu adanya. Demikianlah. Gaya saya: menata ulang visi kepenulisan. Demikian.
Belum ada Komentar untuk " Menata ulang Visi Penulisan "
Posting Komentar