Mengkaji Rangkaian Fisafat

Ketika manusia berduyun-duyun mengarahkan pada kekuasaan, maka disitulah … disitu apa taufik? Mengapa kau sekali lagi tidak lebih dalam mengkaji filsafat, sejarah panjang perihal manusia, sehingga membaca realitasmu itu dengan mudah, dan kau mengetahui rangkaian-rangkaian proses ilmu yang menampak itu. proses-proses sesuatu yang disebut dengan ilmu; bukankah pembacaanmu terhadap rangkain sejarah nusantara itu belum usai, maka sekali lagilah perbacailah tentang sejarah nusantara; sekali pun engkau juga menyadarai saat engkau berlama-lama pada sejarah, maka laksana menuju ke ruang-ruang mitos, laksana tidak benar dan sepersis omongon dari omongan, sebabnya lagi, kau bukan pengkaji sejarah melainkan kau pengkaji filsafat. Tujuan dari sejarah ialah memahami secara detail tentang proses kemanusiaan, sebab tujuan utama dari filsafat tiada lain untuk dirimu, Taufik. untuk dirimu memahami fakta-fakta yang ada. jalinan kemanusiaan yang ada. proses hidup yang mengalir.

Okelah. Beberapa hari ini, kau menembangkan diri kembali ke dasar, yakni pertanian, dan menjalani proses sebagaimana orang-orang kampung, atau tradisi kampung, yakni bersibuk pada individualis yang itu bekerja secara jasad, yakni bekerja secara tubuh. Dengan bekerja secara tubuh, maka semakin menyandari bahwa manusia ialah mahluk invidualis, dan bersamaan itu manusia ialah mahluk sosial. Yang kemudian, bakal terikat dengan hukum-hukum kemanusiaan yang berlaku; dan hukum-hukum yang dibuat manusia-manusia itu untuk kepentingan manusia. alih-alih kepentingan bersama, melainkan, itulah kepentingan manusia.

Namun penting didasari, bahwa tujuanmu sebenarnya ialah menemukan dirimu yang sesungguhnya. Apakah menemukan diri yang sesungguhnya bakal terhenti dengan penemuan watak-watak yang malas dan tidak mau berubah setelah dirinya ketemu? Jawabannya, tentu kau hendak berubah, karena secara manusiawi kamu itu masih manusia. manusia yang seakan baru selesai dari goa keakuannya, dan kini menjumpai aku-aku yang lain, dan kali ini kau berdaya diri untuk menuju goa keakuanmu sekali lagi, dengan tujuan menjumpai aku-aku yang lain di kehidupan yang sarat dengan system.

Kenalilah taufik, saat engkau lahir, disitulah gegap gempita kemanusiaan di Indonesia, telah mengalami system-sistem, Taufik. telah mengalami kemerdekaan, dan telah mengalami proses politik, yang itu gerakannya hampir seluruh dunia, yakni gerakan menuju demokrasi. Alasannya, melepaskan dari status penjajahan kolonialisme. Apa itu tujuan dari kolonialisme? Yakni penguasaan manusia, kekuasan manusia dari tujuan-tujuan dasar manusia: yakni ingin bahagia, ingin puas, ingin nyaman, ingin damai. Jika faktanya, manusia itu saling menikam dengan manusia lainnya, artinya melalui jalur peperangan. Itu sangat wajar, karena manusia selalu disertai dengan hasrat ingin mencapai sejahtera dan hasrat ingin menguasai.

Dan kenalilah, aku tidak mengajarimu tentang diksi kekuasaan atau dengan kata lain diksi keperpolitikan. Tidak! Melainkan proses murni dari kemanusiaan. toh dirimu juga selalu berpangkal dari agama. Agama menjadi sumber utama dari proses kemanusiaan, dengan alasan, bahwa wahyulah yang bakal membimbing kemanusiaan, yakni beriman kepada Allah, Tuhan yang maha esa. Bukankah itu senantiasa arah-arah yang hendak kau tujukan? Dengan model, persamaan kemanusiaan, persamaan hak, persamaan tujuan kemanusiaan, dan saling menyaling dari kemanusiaan: bukankah itu tujuanmu? Namun di era seperti sekarang ini, kehidupan tidak sepraktis seperti itu, Taufik. kehidupan tidak sepraktis seperti itu.


Dan kau sangat-sangat menyadari hal itu, melalui rangkaian mata pelajaran filsafat. Dari waktu ke waktu. pergerakan pemikiran sekelas dunia, yang lintasnya tidak sebatas yunani melainkan seluruh totalitas dunia yang ada: mencangkup barat dan timur. Sementara itu, kefaktaanmu ialah tubuhmu yang mana kakimu berpijak, dank au mempunyai kerabat, dan saudara, dan manusia harus mempertahankan kerja individunya untuk berbaur dengan individu-individu yang lain.


Lihatlah para nabi itu, yang mengembala. Artinya mempunyai pekerjaan secara individu. Mempunyai kedudukan secara individu yang bertujuan untuk mempertahankan keindividuannya, keindividuan yang itu ialah manusiawi. dan aku, menyarankanmu untuk lebih giat belajar tentang filafat: kuasailah, filsafat secermat-cermatnya, itulah jalan buatmu. Jalan buat pemikiranmu. jangna lalaikan, pemikiranmu yang sederhana ini dialasi dengan pemikiran yang berantai dan tersusun, yang itu bertautan dengan sejarah yang panjang. Bukan sejarah ecek-ecek, bukan sejarah kemarin-kemarin. Apalagi rentang waktu, 100 tahun.

Begitu juga dengan proses-proses para nabi, mendapatkan cerita turun temurun dari awal keberadaan manusia sampai pada masanya. Tujuannya apa? Supaya dia sangat jeli membaca realitasnya, membaca faktanya. Kanjeng nabi Muhammad juga begitu, Taufik. percayalah dengan itu: bahwa kanjeng nabi muhamamad membaca rangkaian panjang proses kemanusiaan dari awal sampai pada masanya, sehingga saat ia menyampaikan risalahnya, tidak terburu untuk menguasai dunia, melainkan secara bertahap. Secara berangsur-angsur. Tujuannya apa? Menajalnai realitasnya secara sempurna. Dan pemikiranmu, belum sampai pada prose situ, itu sebabnya, engkau harus sekali lagi, mempertahankan tentang gelarmu, tentang pelajaramu, yang menuju sampai sekarang ini: tujuannya, untuk menikmati realitas yang terjadi, realitas yang apa-adanya.

Artinya, ketika engkau telah membaca rangkaian sejarah yang ada, maka saat engkau melihat kejadian yang terjaid, engkau tiadak akan serta merta ‘termakan’ oleh model-model penampakan yang terjadi,dengan riasan atau dadanannya, melainkan, engkau melihat secara penuh dengan dasar pertanyaan: mengapa itu terjadi? artinya, aku mengajakmu utnuk tidak ‘kaguman’ dengan apa-apa yang terjadi, dengan seperti itu, tentu saja, kau bakal menikmati proses kemanusiaan semanusiawinya. Demikian.

Belum ada Komentar untuk "Mengkaji Rangkaian Fisafat"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel