Memahami Indonesia #2

Memahami Indonesia #2

Kamu pikir melintaskan pendengaran dan pemaataan terhadap gerak sejarah itu sudah cukup, belum. Karena itu kamu simpan pada memori ingatanmu. Ya, untuk memahami Indonesia kamu perlu mengingat detail2 tentang indonesia dalam kepalamu...

Inilah namanya pengetahuan pada manusia. Melekat pada àkal. Teringat jelas di memori dan menjadi kebiasaan untuk dilakukan, begitulah orang2 yang telah membentuk kebiasaan.

Contoh, seorang dokter di rumah sakit itu. Dia harus berulang2 untuk melihat apa yang akan ia kerjakan. Ia juga harus mendengar apa yang akan dikerjakan. Ia juga butuh membaca untuk memahami apa yang akan dia kerjakan. Lalu, dia harus mempraktekkan terhadap apa yang akan dia kerjakan.

Kau pikir, telah berapa lama si dokter itu menjalankan praktek dengan apa yang dia kerjakan? 100 kali, 200 kali, 1000 kali. Apalagi yang ahli di bidangnya: berapa kali ia menjalani prakteknya? Berapa waktu ia gunakan waktu untuk memperdalami ilmunya? Setahun, 4 tahun, 5 tahun, dan ingatlah kalau mereka mempunyai tujuan pasti dengan apa yang mereka kerjakan: ia akan menjalankan waktu demi waktu  untuk menjadi tahapan sebagai dokter. Begitu juga dengan, memahami indonesia, kawan.

PERLU WAKTU UNTUK MEMAHAMI INDONESIA

Lha memangnya, kamu seperti para ahli itu untuk memahami indonesia. Yakni mulai dari kurun waktu mulai 1945 masehi sampai sekarang. Itu pun waktu saat Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Dan ingatlah ada kejadian yang melatarbelakangi indonesia. Ada orang2 yang mengusulkan tentang indonesia. Ada orang2 yang sibuk dengan keindonesiaannya.

Andai saya menguji wawasan keindonesiaanmu, besar kemungkinan kamu belum begitu menyimpan tentang data-data yang berhubungan dengan keindonesiaan. Kamu masih berkutat di sini:

Bagaimana proses sejarah besar terjadi dan kamu berusaha memahaminya ada di dalam pemikiranmu?
Bagaimana manusia itu mampu menjadi seperti sekarang ini dan bagaimana jalan keluarnya?

Jawabannya, sebagaimana yang telah kamu dengungkan sejak awal. Sebagaimana yang telah kamu laksanakan. Itulah jawabannnya.

"Prakteklah ilmu pengetahuan. Bergeraklah dengan ilmu pengetahuan."

Itulah jawabannya. Sayangnya, sejauh ini, kamu belum benar2 menjalani totalitas untuk mempraktekkan dan bergerak dengan ilmu pengetahuan.

Panca inderamu belum mengungkapkan fakta-fakta pengetahuan yang cerlang. Kamu sekedar (masih) melintasi 'gerak' besar sejarah dunia melalui ilmu-sejarah dan kau berjalan di relnya para filosof dan era keislaman menjadi ukuranmu.

Namun pertanyaannya, seberapa banyak waktu yang kau gunakan untuk menghafal, mengulang, dan mempraktekkan tentang sejarah besar tersebut? Kau kurang menyertakan tokoh2 seperti Immanuel Kant yang terkenal dengan ilmu kritisnya. Kamu kurang menyertakan Rene Descartes dengan ilmu rasionya. Kurang menyertakan kebiasaan untuk menulis Karl Mark yang terkenal dengan teori materialisme dan dialektikanya. Kamu kurang nenerapkan Edmund Husserl sebagai keilmuan fenomena. Kamu juga kurang menerapkan tokoh2 filsafat lainnya yang bahkan populer di kalangan para pengkaji filsuf.

Soal indonesia, kamu belum juga menyertakan tokoh seperti Bung Hattta, dan Wahid Hasyim sebagai menteri agama pertama serta Ki Hajar Dewantara sebagai menteri pendidikan pertama di indonesia. Kau belum melihat detail tentang siapa2 mereka dan apa perjungan mereka. Namun, kamu sekurang-kurangnya mengerti tentang gerak-gerik desamu dan mulai mengamati detail2 tokoh2 di desamu. Dan kakekmu di antaranya.

Kamu mengerti bahwa desa itu terjadi sebagaimana-mestinya roda kehidupan yang terjadi; tanpa adanya perjuangan 'kelompok' desa pun mampu terbentuk. Perlahan-lahan dengan sendirinya (artinya bila didiamkan lama2 si individu akan mempunyai daya untuk merubah yang tujuannya ialah kebaikan untuk keluarga individu) akan terbentuk kelompok individu. Perlahan-lahan mengikuti gelombang arus yang besar dan turut berubah.

Saat nasional berupaya untuk pendidikan, desa juga berupaya untuk ikut pada gerakan pendidikan. Saat nasional berupaya untuk 'menawarkan' bentuk sains (bisa berupa alat sains yang dijual atau ditawarkan. Tujuannya, sains untuk mempermudah pola kehidupan) di desa juga kena imbasnya.

Lalu sekarang (entah kesekarang yang berapa kali perlu disampaikan untuk menjadi saat seperti sekarang ini) kamu menyadari bahwa kamu kekurangan data dan kurang memfokuskan diri terhadap apa yang kamu lakukakan (sekali pun kamu mempunyai fokus yang lain: yakni upaya untuk memahami keakuanmu. Itulah daya tarik utamamu. Memahami keakuan) dan kamu sekurang-kurangnya mengerti soalmu. Maka, jawablah soal-soalmu, perlahan-lahan dan dengan durasi waktu yang bertahap. Berjuanglah...

Dan kamu juga harus ingat bahwa: menjadi ahli adalah mereka yang mempunyai kebiasaan berkali-kali, lebih banyak, lebih banyak. Amatilah para ahli itu, dan dia dikatakan ahli karena kebiasaannya itu, karena kedudukannya yang mengulang-ulang itu.

2019

Belum ada Komentar untuk "Memahami Indonesia #2"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel