Memahami Indonesia #8

Memahami Indonesia #8

Garapan Indonesia itu terlalu luas. Terlalu besar. Sekurang2nya seluruh apa-pun yang mengatas namakan: Indonesia. Luasnya, seluas pulau2 yang ada.

Rentang waktunya. Mulai 1945 Masehi sampai kekinian. Dan ragamnya, ada budaya dan ada adat istiadat.

Ada agama, ada juga pola kerajaan. Kerajaan itu berhubungan juga dengan tradisi keagamaan. Seperti agama hindu, besar mungkinnya mengikuti tradisi India. Begitu juga dengan adanya agama budha.

Belum lagi di era industri dan ramainya para pedagang. Di sana ada orang2 dari Tiongkok, juga dari cina: yang membuat pabrik2.

Baru2 ini, saya mulai membaca daerah semarang, ibu kota jawa tengah itu. Sebelum dikatakan semarang, di pusat Semarang ada konglomerat dari Tiongkok atau cina. Beliau membuka usaha dan itu sekitaran tahun 1800 masehi.

Saya agak tercengang ketika ada orang kecinaan yang lebih moncer ada di nusantara (dalam arti menumpukkan harta. Kaya); bukan orang Nusantara atau bahkan pihak dari ke-raton-nan yang bikin usaha. Melainkan dari pihak orang Tiongkok atau Cina.

Beliau datang untuk alasan bisnis. Beliau datang untuk memberi peluang kerja. Maksud dari peluang kerja adalah membuat pola pekerjaan yang tersusun lalu barang yang dijadikannya di jual ke seluruh dunia.

Artinya, ada pola perdagangan besar. Nah, disaat itulah pemikiran Kapital yang diserukan pemikir jerman, Karl Mark, berlaku. Pola menterengnya kapital yang disindir karena tidak merata, namun pola permainan orang2 kapital (orang2 besar dan memainkan peran ekonomi). Hal itu mampu terjadi karena situasi-zaman mulai bergeser menjadi Ke-Nasional-an

PERGESERAN ZAMAN MENGAJAK UNTUK BERSENANG2 DI ATAS DUNIA

Pergeseran zaman (zaman perang menuju zaman damai: tentu ini perang fisik di antara kerajaan antar kerajaan) mengajak manusia untuk bersenang-senang dan damai di dunia. Alasannya, agak bosan dengan peperangan (sebenarnya bukan bosan. Melainkan menghendaki yang lain. Yakni jalur damai. Alasannya untuk bersenang2 di atas dunia. Namun tentu saja, tetap ada yang mengusai) maka mulailah terjadi pola perdagangan.

Pola dagang pada dasarnya pertukarang barang dengan barang yang lainnya. Yang dari barang tersebut melekat pada manusia itu, yang tujuannya ialah keberadaan manusia (eksis).

Pola dagang itu berbeda dengan pola politik (kekuasaaan). Jika pola politik itu ada pola keturunan dan berefek pada wibawa dan kuasa. Sementara pola dagang ialah tawaran barang untuk eksistensi (penyuplai) manusia dengan segala hal aktivitasnya.

Di era tahun 1800 masehian, sekali pun secara politik (kuasa) nusantara di jajah oleh bangsa lain (artinya kekuasaan penuh itu bukan dari pihak keratonan. Melainkan sudah bergeser. Dan itu pun terjadi karena kuasa-dagang. Dari perdangan menuju kekuasaan. Alasannya, kontrol uang atau kontrol harga) masih juga ada pelaku dagang.

Ya, disisi lain kehidupan itu tetap berjalan normal. Tidak terjadi peperangan dan ancaman kematian. Paling banter ada isue tentang ancaman.

Cangga saya, di tahun 1930 Masehi, agak sibuk dengan aktivitasnya, sebagai petani dan pelaku agama, juga tetap melangsungkan peradaban. Mempunyai anak dan membangun rumah. Namun mengikuti gelombang kekuasaan.

Cangga saya, tahun 1930 Masehi, mulai pindah ke Lampung. Ini era2 Transmigrasi. Era perpindahan penduduk dari jawa ke pulau2 lainnya. Tujuannya, meninggikan (meningkatkan, melebih-banyakkan) produksi alamnya. Yang dari itu pihak 'kuasa dagang' (VOC) bisa semakin menjual barang2 dagangnya.

Ingatlah, saat Batavia menjadi pusat perdagangan. Artinya menjadi pusat barang2. Alasannya, tentu kesuburan tanah yang dimiliki oleh nusantara. Apakah tanah lain ada yang seperti nusantara? Bisa jadi ada, namun letak geografis tidak akan mampu seperti Nusantara. Lihatlah peta. Karena begitulah takdir untuk nusantara.

Saat manusia nusantara mulai mengolah alamnya. Disaat itulah pola perdagangan semakin menjadi. Sebab, semakin banyak  barang yang diproduksi, semakin banyak juga barang yang ditawarkan. Dan hal ini mampu terjadi karena situasi zaman memang mengarah untuk bersenang2 dan berkebebasan pemerintahann; eranya kedamaian.

KERAJAAN-KERAJAAN YANG MULAI MERUNTUH

seting kerajaan, perlahan2 mulai runtuh. Alasan runtuh bisa jadi, rakyat (atau kelompok rakyat) perlahan2 protes dengan situasi. Saat protes terjadi disitulah babak baru adanya perlawanan. Perlawanan kecil2an. Contoh;

Canggaku menjalani kehidupan normal dan berkelompok keluarga. Mereka mempunyai kelompok besar dan solid. Solid dalam artian, saling bekerja sama dan saling perhatian. Lama2 pemerintahan mulai sewenang2 terhadap keluarga kami, dan perlahan2 jugalah keluarga kami membuat rencana untuk menentangnya. Maka terjadilah perlawanan. Terjadilah perkelahian. Terjadilah efek yang baru: antara dendam dan upaya untuk kebebasan.

Pembicaraan saya ini agak terpengaruh oleh filsuf-sejarawan, Ibnu Khaldun, dengan teori ashabiyahnya. Beliau menggambarkan lewat suatu keadaan di Mekah kala itu. Yang ketat akan sistem keluarga demi keluarga. Keluarga yang solid lalu membentuk kesolidan besar dan akhirnya dari 'keluarga' ini, Mekah yang dulunya tertinggal (bandingkan dengan India, eropa, mesir, cina) mampu dikenal dunia gaungnya. Alasannya, kesolidan tersebut.

Di saat mekah kala itu, 700 masehian, di nusantara masih moncer2nya tentang kerajaan hindu-budha. Telah ada sistem kekerajaan dan pola kehidupan. Tentu saja ada kuasa dan ada upeti. Ada juga perebutan kekuasaan dan ada peperangan.

Siapa yang perang utamanya? Yakni para prajurit dan para petinggi kerajaan. Rakyat biasa (sipil) ialah penyuplai keberadaan dan tetap menjalankan aktivitasnya sebagai produksi lalu ditarik upeti (jatah atau pajak) untuk menghidupi atau membayar orang2 yang ada pada pihak berkuasa.

KEADAAN SEKARANG

lalu bagaimana keadaan sekarang, saya pikir, masih agak sama dengan keadaan yang lama, tentu saja ada bedanya. Sekarang ialah pola kenegaraan. Dari dari negara itu ada prosesnya. Prosesnya bukan sebentar dan ada keterkaitan dengan masa-lalu.

Masa-lalu yang mana? Tentu saja, kejadian masa yang berlaku.

Bahkan kita pun masih membicarakan tentang kerajaan-kerajaan, masih membicarakan bansa portugis, kolonial dan upaya kemerdekaan. Lalu kejadian2 setelah merdeka.

Sekali pun begitu, disisi yang lain ada yang menjalani hidup normal dan slow; tetap memproduksi, walau bagaimana pun keadaan yang terjadi.

2019

Belum ada Komentar untuk "Memahami Indonesia #8"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel