Memahami Indonesia #6

Memahami Indonesia #6 Perspektif Desa Wargomulyo

Desa saya bernama wargomulyo, konon (saya belum punya bukti objektiv) nama wargomulyo itu ada sejak tahun 1935 Masehi. Sebelum itu, desa wargomulyo masih menjadi desa pardasuka.

Ketika mempunyai syarat sah untuk mendirikan desa, maka mulailah pisah nama desa tersebut.

Sebelumnya, para kakek saya adalah orang yang datang dari pulau jawa. Mereka pindah dari pulau jawa menuju pulau sumatera. Karena memang jaman itu, disekitaran tahun 1900 M lagi musim transmigrasi yang dijalankan oleh orang2 eropa, sebut saja VOC, dengan tujuan untuk lebih memanfaatkan lahan2 yang ada agar lebih potensial di urus dan dijadikan penambahan kebutuhan pangan.

Itulah mengapa, jangan dulu tiba2 menyudutkan pihak VOC pada keburukannya. Melulu membicarakan tentang keburukan. Karena VOC datang dengan keperdagangannya dan pola yang sistematis dan cara berpikir yang positivistik (semacam terpengaruh dengan gaya ilmiah dan telah maju dengan peradabannya. Wajar. Karena dulu, kerajaan islam pernah menjadi pusat kejayaan, yang perlahan-lahan tergantikan oleh bangsa eropa, setelah bangsa eropa bangkit melalui kebudayaannya. Yakni mulai membaca ulang karya-karya filosof Yunani seperti Aristoteles).

Desa Wargomulyo dan Negara Indonesia

Desa wargomulyo itu ada, atau telah mengadakan si tahun 1930 Masehi sementara Negara Indonesia 1945 Masehi. Artinya 15 tahun sebelum Negara Indonesia memproklamir kemerdekaan, di saat itu desa wargomulyo ada.

Para kakek saya sibuk menanam padi dan berkebun. Menjalani hidup secara alami. Sebagaimana biasanya. Dan besar kemungkinan ditarik juga untuk pembayaran upeti (bahasa sekarang pajak). Pembayaran upeti kepada pihak yang berkuasa, besar kemungkinan kerajaan yang berkuasa di saat itu.

Untuk pembicaraan upeti ini saya belum membaca secara langsung yang berhubungan dengan desa saya ini. Agaknya dulu ikut pemerintahan Kedondong. Sekurang2nya di sekitaran tahun 1900 Masehi. Di bagian2 daerah telah terbentuk tatatan organisasi demi organisasi.

Organisasi yang itu mengatur tentang pola sosial masyarakat kala itu, apalagi di daerah Pardasuka, agaknya jauh dari kerajaan. Memang, di kecamatan Pardasuka, masih ada jejak pola Adat. Atau pola kerajaan. Saya lupa secara pasti hal tersebut.

Pola Kerajaan (Ke-adat-an) di Nusantara

Sebenarnya saya mau membicarakan ke-adat-an di lampung, tepatnya di desa pardasuka. Pernah sejenak saya membaca-baca pola adat2 ini, yang ini juga turut serta pihak Eropa membuat rancangan ke-adat-an dengan pembagian wilayah demi wilayah.

Perlu diketahui, dikala itu, yang hebat ialah yang punya banyak tanah dan orang itu dihormati. Kenanglah sejarah para Khaja atau para Dalom pada tradisi ke lampung an. Pernahkan dibayangkan, mengapa mereka mampu dikatakan khaja bagi wilayahnya masing2? Besar mungkinnya karena tanah dan keberaniannya.

Itu yang ada di lampung. Bagaimana status di jawa?

Langsung ke jawa. Di jawa, pusat2 kerajaan masih berlaku kala itu. Pola kerajaan lebih kental dan lebih teratur dan bahkan masih aktif, alasannya karena penduduknya ramai. Saat penduduk ramai, maka ada kemungkinan untuk adanya diatur.

Dan sejak indonesia merdeka, disaat itulah, adanya upaya untuk menasionalkan aturan2 yang sebelumnya telah ada. Tinggal meneruskan sesuatu yang telah ada. Begitu juga di desa saya.

Di desa saya, agaknya, saat di jawa perang (itu pun tidak secara totalitas ikut perang. Yang berperang ialah para prajurit. Para prajurit yang sebelumnya memang dapat upah atau jaminan uang dari kerajaan) di desa saya tidak ikut. Kami rakyat biasa. Namun, kami juga mendengar kabar tentang adanya pola kekejaman yang perlahan2 menyentuh rakyat.

Kekejaman terjadi pun karena adanya kontra politik di eropa kala itu. Hingga efeknya ada tanam paksa. Sejauh diamati, tidak secara totalitas orang eropa yang menjalin baik dengan manusia nusantara kejam. Ada yang menolak juga. Hanya saja, secara keseluruhan eropa kala itu gonjang-ganjing. Hingga kemudian, perang terjadi dengan jepang dan Jepang menang dan jadilah jepang yang menjajah nusantara.

Berita2 itu kami dengar. Perlawanan demi perlawanan pun terdengar. Namun, kami, di sini, di desa wargomulyo pun masih tetap menjalani proses hidup. Yang tidur, ya kawin, ya ibadah, ya ke sawah.

2019

Belum ada Komentar untuk "Memahami Indonesia #6 "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel