AKU DAN PETA DUNIA














aku di sini, pada satu titik, o terlihat kecil, kecil sekali—aku termangu, meringis, tertawa. Kadang akuku, bergaya besar, padahal aku sekecil itu. O betapa 'unik'nya si aku itu; mengaku-aku seakan-akan benar, padahal banyak aku yang berkeliaran, banyak aku yang mengakukan.

o manusia itu, aku, ada pada satu titik, o terlihat mungil, ah mending, laksana atom dari potret peta dunia.

o manusia itu, aku, ada pada satu titik, kecil sekali, ah betapa malu saat kuaku tentang kebesaranku; o aku ini, betapa tidak-sadar terhadap keterkecilanku.


namun ternyata, ada mahluk yang lebih kecil dari pada aku, ada banyak sesuatu yang lebih kecil dari pada aku.


ah sesungguhnya yang besar itu pikiran atau pengetahuanku--ah aku ini; ada-ada saja pertanyaannya, tidak realistis menjalani hidup, tidak praktis terhadap dunianya.


Taufik, kataku, memanggil sendiri namaku. urusilah 'hidupmu'; iya hidupmu, tentang materi dan kedirianmu.


hidup itu, pada dasarnya pendayaan diri untuk menyelamatkan diri, begitulah. Hukum-hukum yang ada itu untuk kebersamaan, untuk saling kebersalingan hidup di atas hamparan peta-peta itu.

lihatlah, si mungil dirimu, ah mending kalau si mungil, si kecil itu. ah mending kalau si kecil itu, super kecilmu; yang kenyataannya, sekarang, engkau, bersama seluruh panca-inderamu dan daya nalarmu, seakan-akan adalah besar, karena kemampuan akalmu.


lihatlah, Taufik, kataku, memanggil sendiri namaku.

manusia itu, dikarunia akal--ingatlah pelajaran-pelajaranmu. jangan kau ongkrangkan dan kau loakkan sebagai angin lalu; tidakkah engkau menangkap bahwa manusia itu mahluk yang mulia karena akal dan hatinya.


kenanglah, Taufik, kataku, memanggil sendiri namaku.


manusia itu, kamu, dikarunia akal yang dengan akal itu; engkau mampu melihat mana yang baik dan mana yang buruk. dan engkaukah tahu, seluruh tujuan umum kemanusiaan itu, Taufik, kataku, menegur sendiri kedirianku:


berjuang untuk baik, saling menyaling, saling ketersalingan, dukung mendukung, cinta mencintai.


Namun, taufik, kalau manusia mengurusi tentang 'nafsu-kemanusiaannya', liar 'dengan hasrat-hasratnya' itulah manusia yang buruk taufik, laksana binatang;



apakah engkau tahu mahluk yang bernama binatang itu, dan saat engkau melihat peta itu, berapa banyak mahluk yang bernama binatang itu, Taufik? Hukum apa yang digunakan binatang itu, Taufik: apakah engkau tidak berpikir? ahaha berpikirlah taufik, hehehe aku tahu engkau kencang berpikir, maka ingatlah apa yang engkau pikirkan itu, Taufik.


dan ketahuilah, Taufik, kataku, memanggil sendiri namaku:


manusia, bersama pemikiranya itu, mampu menyombongkan dirinya, seakan-akan, bersama dengan pemikiranya, dia merasa besar, merasa hebat, merasa super, dan merasa-merasa lainnya; padahal, engkau ingat, sebelum itu, engkau adalah orang yang kosong, orang yang tidak-tahu, dan kini menjadi tahu; dan setelah tahu, janganlah engkau sombong, Taufik. Ingatlah, engkau itu kecil (lihatlah, Peta itu): seberapa mungilnya 'manusia' itu, Taufik?


ingat, kejadian-kejadian awalmu; dari mani, segumpal darah, dan seterusnya, yang itu ada dalam diri ibumu, lalu engkau lahir; berada dalam lingkungan yang kecil. berada dalam keperasawan orang-tua, dan orang-orang sekitarmu: maka sayangilah mereka, jangan mentang-mentang engkau cerdas, lalu engkau 'semprotkan' keseluruhan cerdasmu buat mereka, sayangilah mereka, hormatilah dia, kecuali kalau mereka memerintah kepada keburukan, tolaklah.



lalu, saat engkau mulai anak-anak, pergaulanmu semakin meluas.


semakin dewasa, mata-pengetahuanmu semakin terbuka dan perkenalanmu semakin banyak; dan masalahmu, masalah demi masalah mulai membajui aktifitasmu.


Akalmu mulai menyimpan kenangan demi kenangan;

akalmu mulai menyimpan pengetahuan demi pengetahuan.

dan sekarang, akalmu sudah sampai pada peta dunia; sementara tubuhmu, masih sekecil itu, jalan-jalan sekedar lintasan desa, itu pun tidak seluruhnya desa; itu pun masih lintasan RT. Lalu dengan semua itu, engkau akan bergaya:


"Aku hebat! Aku cerdas! Hormatilah aku! Hormatilah aku!"


jawabku, "Berarti engkau butuh dinilai orang tentang hebatmu, cedasmu. hormatmu."


sementara, dunia itu orangnya, banyak, Taufik. Manusianya banyak, Taufik.



lihatlah, peta: berapa banyak jumlah manusia yang ada? berapa banyak manusia bersama dengan akalnya? Andai tiap-tiap orang mengakui itu; lihatlah apa yang terjadi, Taufik.


kataku, Taufik, aku memangil sendiri namaku.


engkau itu kecil, mungil, dan penting: hidup. maka selamatkanlah dirimu, yakni selamat secara materi (keberadaan duniamu) yaitu tentang sandang, pangan, dan tempat-tinggal, dan juga rohanimu (yakni pemikiran, akal, dan hatimu) dan saling menyalinglah dengan 'manusia' yang lain dengan damai dan bahagia. itulah tujuan manusia, Taufik: damai dan bahagia. Kalau di dunia, teramat payah untuk mendapatkan itu, mintalah kepada yang mengusai dunia, bukan dari manusianya, tapi yang mengusai seluruh manusia; mintalah supaya damai dan bahagia. Jika kemudian dunia tidak membuatmu bahagia, bersabarlah, dan ingatlah tentang keyakinanmu: akhirat itu ada, ada janji-Nya bahwa di sana bakal kekal dan senantiasa damai dan bertambah bahagia: yakni surga. dan syarat untuk menempati itu, belajar dan jalanilah apa-apa yang menjadi syarat untuk sampai ke tempat itu. Begitu ya..


Jika engkau bertanya denganku tentang bagaimana sikapku?

jawabku, aku pun berjuang untuk damai dan bahagia, di dunia dan di akhirat juga. duniaku juga duniamu, akhiratku juga akhiratmu. Bisakah dimengerti?


2017


Belum ada Komentar untuk "AKU DAN PETA DUNIA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel