Masyarakat Kita



Tujuan saya menyampaikan masyakarat kita?



Tidak lain, tujuannya supaya mengerti sekaligus memahami siapa kita sesungguhnya? Kemana arah kita sesungguhnya, dan kemana harusnya kita mengarahkan, atau bahkan bagaiman kita mampu mengawasi mereka. Dengan seperti itu, diharapkan kita mampu menangkap esensial dari kehidupan ini.



Bagaimana keadaan masyarakat kita?



Masyarakat kita, secara garis besar beralaskan keagamaan, hal itu terpancar dari program Nasional yang memang berfilsafat (atau mempunyai filsafat) pancasila. Namun pada kasus kita, masyarakat kita mayoritas adalah agama. Agama islam menjadi agama mayoritas di desa; bersamaan dengan itu, tentu saja orang-orang menganut agama islam. selain itu, masyarakat kita, sarat dan kuat dengan system kekeluargaan. pada kesempatan ini, saya ini menyampaikan bahwa keadaan masyarakat kita dikuatkan oleh keagamaan dan kekeluargaan.



Bagaimana Kebudayaan Masyakarat Kita?



Kebudayaan masyarakat kita, dilandasi dan mayoritas ialah Suku Jawa, yakni berlatar belakang orang Jawa. Namun penting diketahui, kasus nasional, yang berkembang biak pada pendidikan, menjadikan anak-anak untuk lebih menjadi bahasa Indonesia. Tujuannya, tentu kepentingan kependidikan. Hasilnya, maka sudah pasti: kebudayaan jawa perlahan-lahan akan ‘runtuh’, runtuh bukan berarti hancur total terhadap apa-apa yang terjadi, melainkan pastilah ada pergeseran dari budaya jawa menuju budaya Indonesia: karena adanya pengaruh bahasa pendidikan, yang menuntut untuk lebih kencang menggunakan bahasa Indonesia. namun fakta yang terjadi, di area pendidikan itu, tidak semua pelajar memahami tentang kepentingan keilmuan itu, yang ada: para pelajar itu sekedar menjalani perannya sebagai pelajar, menjalani waktunya sebagai pelajar; yang itu harus masuk kelas, sekedaran masuk kelas. sehingga membentuk kebudayaan Indonesia, itulah kalau benar-benar pelajar itu serius terhadap pelajarannya. Itu juga, seharusnya: menjadi tugas kita untuk perhatian kepada pelajar, dengan cara mengumpulkan para pengajar membicarakan anak-anak kita: mendudukan alih-alih, rapat untuk kepentingan anak-anak kita dan menitipkan kepada guru-gurunya. Artinya, kita penting duduk bersama dengan para pengajar. Caranya? Nanti kita pikirkan bersama: yang pasti, kita berdaya diri untuk ‘mengawasi’ para pelajar, yang ada pada lingkungan kita, yang ada pada kekuasaan kita. 



Sehingga kebudayaan yang bakal ditawarkan tidak melupakan sosial atau lingkungan kita: bahasa lainnya, kebudayaan para pelajar itu, diawasi oleh penguasa, diawasi oleh kekuasaan kita.



Tentu saja, yang kita gunakan pada acara ini, dengan label tujuan bersama. Tujuan bersama, yang itu mengarah lebih baik. Supaya yang terjadi, anak benar-benar giat dan focus dengan pelajarannya, dan siap bersaing dari skala nasional. Artinya lagi, kita akan menjadikan anak-anak laksana kekuatasan untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Yang itu mapan secara materi maupun ruhani. Dan kemapanan materi dan ruhani, tentu saja arah yang kita kejar adalah dunia: yakni ilmu tentang dunia, dan ilmu tentang akhirat. Artinya, tidak melepaskan juga peran-peran agamawan, atau ulama.



Bagaimana kasus keagamaan kita, kasus keislaman kita?



Sejauh pengamatan saya, seperti yang telah saya singgung pada realitas, pada kenyataan: bahkan keagamaan adalah kasus-kasus keakuan orang yang beragama. keakuan yang itu mengarahkan pada nilai materi. Keakuan yang berharap untuk dipuji dan dipuja. Karenanya, maka pentingnya adanya perkumpulan tentang pembicaraan ini: artinya, penyertaan para agawaman untuk membicarakan hal-hal yang itu berkaitan dengan keagamaan. Dan pemerintahan, tugasnya ialah memberi jalan atau alat untuk membicarakan. Artinya, pemerintahan dalam hal ini laksana umara, yakni orang-orang yang memerintah, dan pastinya adanya pembicaraan keagamaan sepenuhnya adalah milik kaum beragama. dan kita, bisa saja memberikan ‘duduk soal’ dan biarkan mereka yang memecahkan: sebab sejauh ini, peran ulama agaknya tidak menjadi satu kesatuan dalam pemerintahan, sekedar menjadi sesuatu yang itu berdiri sendiri. apalagi kasus sekarang yang terjadi: kaum beragama laksana berjalan sendiri-sendiri dan malah bahkan berketat kuat pada ‘keakuan’nya. Tugas kita: mengumpulkan dan biarkan mereka yang berbicara.



Tujuannya, untuk mengarahkan rakyat mencapai kebahagiaan ruhani. Kebahagiaan ruhani itu, yang mampu menjawab adalah para ulama. 



Dengan itu, yang saya bicarakan ini ialah tawaran program: yakni, program bahwa kita perduli dengan pendidikan sekaligus pelaku pendidikan dan kedua program tentang keagamaan dengan perduli dengan pelaku keagamaan. Dan disisi lain, yang lebih jelas, tentu kita bakal mengikuti gelegat aturan yang ditawarkan oleh program nasional. Yang ditawarkan oleh sesuatu yang ditawarkan nasional.



Dengan jalan: pendidikan dan agama. Diharapkan mampu mendapatkan kesejahteraan dunia dan akhirat. Artinya dunia yaitu sesuatu yang berkaitan dengan materi, dan akhirat adalah sesuatua yang berkaitan dengan hati, atua kebahagiaan batin.



Hingga kemudian, kita membutuhkan ‘media’ untuk meneguhkan menyampaikan pesan-pesan yang telah dikumpulkan itu. kita membutuhkan ‘media’ sebagai alat untuk menyampaikan ide-ide yang telah kita ‘rapatkan’ bersama. Media itu adalah media cetak. Yang bakal dicetak dan dikirimkan untuk ‘lembaga-lembaga’ atau sesuatu yang berpengaruh buat rakyat-rakyat. Entah itu sekolahan, lembaga pengajian, lembaga kemasyarakatan, dan lain-lain. soal lembaga ini, kelak kita bicarakan lebih lanjut: dan saya sendiri, tidak berharap bahwa dengan adanya ‘media’ ini: terpengaruh layaknya budaya-media yang terjadi, mengejar iklan. Itulah yang tidak saya harapkan: sebab kepentingan kita adalah kepentingan tentang rakyat-fakta, rakyat realitas, yang itu ada disekitar kita.



Kesimpulan



Pertama, pendidikan. Sebagai jalan untuk membangun ‘mental’ serta ‘menggiring’ peserta didik untuk mendapatkan sesuatu yang lebih maju: yang mencukupi kebutuhan materi.



Kedua, agama. Sebagai jalan untuk membangun kesejahteraan yang itu mengarahkan pada personal orang-orang yang berpengetahuan: sekaligus menjadikan mereka ‘mendudukan’ mereka sebagai pelaku keagamaan.



Keempat, media. Sebagai jalan untuk menyampaikan ide-ide kita, yang diberikan kepada kelompok-kelompok tertentu; atau individu-individu tertentu. 





2018

Belum ada Komentar untuk "Masyarakat Kita"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel