Proses Kehidupan Yang Alami



Ontology



Anak-anak, berinteraksi dengan orang tua dan lingkungannya.

Remaja, anak-anak mulai menjalani kehidupan kemandirian.

Tua, anak-anak itu mulai menjalin hidup dengan orang lain

Renta, anak-anak itu telah lemah dengan kekuatannya.

Jumpo, pemikirannya sudah banyak, kendalah tentang kehidupannya banyak. Menjalani hidup apa adanya.



**

Epistemology



Anak-anak, menjalin dengan kawan-kawannya

Remaja, mulai dengan pemikirannya

Tua, mulai adanya pengalaman dan pengetahuan

Renta, menjalankan apa yang telah mewarnainya



**

Aksiology



Anak-anak, menjalani fakta-fakta

Remaja, mengerti hak milik

Tua, mulai semakin menghakmiliki

Renta, begitulah hak milik dan pembagiannya.



**

Ontology



Anak-anak, bertanya-tanya terhadap suatu hal keberadaan

Remaja, mulai mengerti akan hal keberadaan

Tua, upaya pertahanan akan keberadaan

Renta, penerimaan akan keberadaan





Dan saya mulai mengatakan fakta menjadi kata-kata. Sebab yang menghiasi kefaktaan ialah kata-kata. yang meramaikan fakta ialah kata-kata. kata-kata pada fakta itu dibutuhkan; itulah mengapa orang-orang membutuhkan kata-kata. seperti orang tua yang mengajarkan anaknya kepada kata. tujuan orang itu mengajarkan tentu berkaitan dengan sesuatu yang mendasari dari watak alamiah manusia itu sendiri; watak alamiah manusia sendiri untuk ‘mengeluarkan’ kata-kata; untuk berhubungan. Hubungan yang wajar.



Karena pada dasarnya, manusia membutuhkan Sesuatu untuk dimakan. Itulah dasarnya. Sesuatu untuk bertahan; dengan seperti itu manusia memikirkan cara terhadap sesuatu tersebut. maka terjadilah penampakan demi penampakan; yakni sesuatu yang menampakkan diri. Tujuannya untuk mempermudah kehidupan itu sendiri, untuk mendukung kehidupan itu sendiri.



Jika pemikiran senantiasa seperti itu, maka pastilah membutuhkan sesuatu yang itu ‘trans’ atau menjalin dengan sesuatu yang lain; yakni agama. Di sinilah, di era modern, agama semakin dibutuhkan, hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu ‘hubungan-ketuhanan’ dibutuhkan; dengan seperti itu, maka wajarlah jika diera modern, keislaman semakin dibutuhkan. Islam yang seperti apa? Yakni keislaman yang itu adanya: spiritual. Yang berkaitan dengan yang berhubungan dengan ketenangan diri; tenang diri menghadapi ‘keadaan’ yang terjadi. maka terjadilah paham tasawuf modern. Yakni gerakan untuk kedamaian di dalam diri, yang kemudian memancarakan kepada realitasnya; dengan seperti itu, maka mengingatkan pada nabi-nabi yang sangat rekat dengan realitasnya, sangat akrab dengan lingkungannya.



Kehidupan memang seperti itu, seperti perputaran, namun harus ada tujuan terhadap apa yang diperputarkan itu. artinya, bukan sekedar candaan belaka, Taufik. Bukan sekedar sesuatu yang layak ditertawakan, melainkan cara untuk mendpatkan kebahagiaan: dengan seperti itu, maka besar kemungkinan Imam Ghozali menuliskan Kimia Kebahagiaan, yang dia kemas melalui kitab Ihya Ulumuddin. Pengemasan ihya ulumuddin, sebagaimana di ketahui, ialah cara untuk mendapatkan kebahagiaan, yang itu menjadi laku pribadi. laku pribadi yang itu didorong untuk baik, dan waspada, dan menjalani kehidupan yang alami: alami yang seperti apa? Yakni alami yang beralaskan kepada pengetahuan keagamaan, sebabnya agama menawarkan tentang kebenaran dan kebatilan. Sesuatu yang benar dan sesuatu yang salah. Adanya larangan-larangan tersebut: artinya keberadaan hukum. Dan di era modern begini, tentu saja, telah adanya hukum, yakni hukum konstitusi dan ada juga hukum agama—ini membicarakan sesuatua yang ada di Nusantara, di Indonesia: bahwa ada hukum Negara dan ada hukum agama. Hukum Negara berbicara terkait keejahteraan materi, dunia dan huku agama ditempatakan untuk kesejahteraan ruhani. Begitulah, Taufik.



2018

Belum ada Komentar untuk "Proses Kehidupan Yang Alami"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel