Ideologi



Mengikuti Pak Yasraf Amir Piliang, beliau memilih dari Raymond Williams, Marxisme and Literatur, Ideologi adalah system kepercayaan yang karakteristik kelas atau kelompok tertentu. 2. System kepercaan ilusif—ide palsu atau kesadaran palsu, kontras dengan pengetahuan ilmiah. 3. Proses Umum produksi makna dan ide. 



Yang mana sebelumnya beliau membuatkan table yang menarik. Atau potret yang menarik:



Ideology itu berada pada aksi, pada citra, objek, dan style (gaya): begitulah letak ideology. Orang bergaya tentu saja, sebenarnya memiliki ideology di dalamnya. Orang bercitra, sadar tidak sadar, pastilah berideologi. Orang yang menampakkan diri, tentu saja di dalamnya telah berideology. Orang yang bercitra, tentu saja mengusung ideology. 



Hal itu bisa ditelusuri lebih jauh, bahwa ideology adalah ilmu tentang ide. Ide yang berhubungan dengan aksi, gaya (Style) dan objeknya. 



Yang kemudian, dari pembagian itu dibagi-bagi: idelogi itu mengefek pada penyebutan hingga akhirnya menyebutnya mitos. Lalu aksi itu mengarah pada wacana. Lalu objek itu mengarah pada bahasa sampai strukturalisme. Objek itu mengarah pada ‘berhala’ lalu budaya material yang kemudian ke arah produk. Citra itu (image) itu mengarah kepada budaya virtual (budaya gambar) menuju hiperreality dan menuju budaya realitar. Sementara gaya (style) itu mengarah kepada postmodern dan dari iru mengarah pada sosial dan aesthetic (pengurungan diri).



Saat mengikutinya, tentu saja mendengarkan kuliahnya. Yang saya dapatkan, bahwa sesungguhnya tiap-tiap individu itu pada dasarnya, mau tidak mau, senantiasa berideologi. Siapa pun itu? pastilah berideology. Karena mempunyai acuan terhadap apa-apa yang dilakukan. Sebab dalam tradisi kehidupan sosial, pastilah bakal menyentuh atau kait mengait antara style, objek, image, dan aksi.



Tatanan kehidupan, atau selayaknya manusia itu yang mahluk sosial. Bakal berjumpa dengan manusia lainnya, dan disitulah pertemuan ideology di antara manusia itu. disitulah terjadinya perjumpaan, tentunya pertemuan diantara manusia lainnya.



Mari dikenang ulang dengan pengertian ideology, yang tentu berasal dari kata ide dan logi. Saat berhubungan dengan ide dan logi: maka sudah jelas, bahwa ide adalah sesuatu yang ditu direncakan, yang di susun, yang dijadikan pijakan, dan logi adalah ilmu. Setiap kata yang diimbuhi logi pastilah berhubungan dengan keilmuan. Yakni proses ilmu.



Sementara itu, pada praktek realitasnya: manusia senantiasa bersinggungan dengan sesuatu yang itu disebut dengan ilmu. Gerakan ilmu yang paling mendasari ialah tentang filsafat dan agama. Jika kemudian filsafat itu mengalirkan menjadi puspa ragam keilmuan, begitu juga dengan keagamaan, menjadikan kesibukan manusia itu menyelusuri keilmuan semakin melimpah, semakin berkesibukan yang itu disebut dengan proses keilmuan. 



Sebut saja di nusantara, sekali pun tidak seluruhnya terkena dampak proses pengetahuan keagamaan, namun secara tidak langsung semua kena dampak dari proses pengetahuan keagamaan. Semuanya, tidak terkecuali. Hanya saja, hingga kemudian, apa yang disebut dengan ‘keagamaan’: itu menjadi kajian yang lain. nah, di zaman ini: biasanya orang bakal menyibukan pada perkara teks, pada perkara bahasa, bagaimana agama itu? hingga akhirnya, hal itu menjadi perdebatan panjang tentang objeknya yang fakta, objeknya yang nyata.



Sementara itu realitas itu masih bekerja sebagaimana adanya. Setelah adanya ‘interaksi’ dengan pengkaji, tentu saja, keadaan menjadi berbeda: keadaan menjadi sesuatu yang didorong untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada system keagamaan. Dengan adanya, penulisan, maka disana bakal teruraikan tentang: apa itu masalah? Dan bagaimana menyelesaikan masalah? Dengan penjawaban masalah, maka gerakan realitas tentu saja akan berubah. Mau tidak mau. 



Bersamaan dengan itu, konsep ideology bakal semakin terbangun. Di era yang sarat teknologi informatik ini, orang-orang banyak terpengaruh dengan gelegat informasi ini: informasi layaknya sesuatu yang dipercayai, mau tidak mau, sesuatu yang itu harus dituruti: contoh dalam hal ini adalah ujaran manusia terhadap apa yang diujarkan, lalu terdengar: apakah bakal diikuti? Atau dijalankan begitu saja? hingga kemudian, apa yang diujarkan—yang diiklankan—karena mempunyai perusahaan, maka mereka mengirimkan agen promosi, agen pekerja untuk memasarkan dagangannya: semisal orang-orang yang menawarkan ke warung-warung kecil, dengan menawarkan laba, menawarkan keumuman, dan kemudian mengatakan ini masih populer. Dan begitulah gerakan popularitas bekerja. Bahkan arah-arah ideology pun memasuki itu: itulah keadaan yang terjadi, keadaan yang berlaku, suatu zaman yang baru, yang mau tidak mau bakal dilangsungkan oleh manusia, dan itu masuk pada tataran ideology. Demikian. 





2018

Belum ada Komentar untuk " Ideologi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel