Yang Terngiang Ayat Al-quran

Dalil yang utama yang terngiang di dalam kepalaku ialah suratan al-isra yang berbunyi:

waquljaalhaqqo wazahaqol batil innal batila kana zahuqo, wanunazzilu minal qurani ma hua syifaau warahmatulilmukminin wala yazididholimina illa khosaro.


Ayat tersebut hadir di dalam mimpiku—sekali pun kronologi mimpi terkesan acak-acakan, namun pada akhirnya muncul ayat tersebut. ayat tersebut terbaca dan terlihat arti dari ayatnya: persis bacaan al-quran yang ada di televise-televisi itu: ada ayatnya lalu artinya.—yang kemudian terbawa sampai realitasku, dan kucari-cari ayat yang mengisyaratkan di dalam mimpi. Maka terketahuilah, bahwa mimpi ayat tersebut pada suratan al-isra. Namun di dalam mimpi tersebut, ada ayat yang memulainya, yaitu ya ayyuhaladhi na amanu di lanjutkan waqulja alhaqqo… dan efek pada kenyataanku, maka saya mencari ayat tersebut yang berawal dari ya ayyuhaladihi… dan tidak ketemu redaksinya, maka ketemulah surat al-isra tersebut.



Perjalanan waktu kemudian, saya bermimpi lagi perihal ayat al-quran, yang kali adalah surat al-anfal ayat 2. Hanya ayat ini: innamal mukminunalladina ida dukirollahu wajilat qulubuhuhum waida tuliyat alaihim ayatuhu zadadhu imana wa ala robbihim yatawakkalun.

Ayat-ayat itu terngiang di dalam kepalaku, dan itu menjadikan diriku berpikir kencang perihal al-quran. dan didalam keinginan yang lain diriku memang berdaya diri untuk lebih melanyahkan al-quran dan kemudian menghafalkannya, sayangnya, keinginan itu tidak mampu membuahkan hasil untuk diriku lebih upyek dan kencang dengan al-quran. seting pemikiranku tidak segencar itu untuk melanyahkan dan menghafalkan al-quran.

Dan sekarang, yang membicarakan perihal sekarang: antara fakta, ilmu dan kenyataanku.

Kenyataanku lebih menyukai perihal ayat-ayat ini:

In ajria illa ala robbal alamin. Lalu pergilah dari tempat halamanmu, hijrahlah, hijrah untuk mendapatkan ketenenangan diri dan membawa agama. Agama yang itu tidak muluk-muluk perihal teori dan dalil, melainkan hidup secara fakta dan realistis. ilmu agama itu penting untuk dipraktekkan, dan kehidupan di dunia ini adalah sementara, kehidupan di dunia ini janganlah dipersibukkan dengan sesuatu atas nama kerja. Janganlah dipersibukkan dengan sesuatu yang bernama uang.

Uang dan kerja memang kebutuhan yang mendasar bagi manusia di era modern, namun kebutuhan itu bukanlah hal yang mendasar bagi orang yang berpengetahuan agama: sebab kehidupan yang sesungguhnya adalah akhirat. dan kehidupan di dunia adalah jalan menuju kehidupan akhirat: seting itulah yang terpancang kuat di dalam pemikiranku.

Namun fakta realitas seakan berakta lain: orang-orang berjalan dengan ambisi dan hasrat ingin berkuasa, termasuk juga diriku, termasuk juga keakuanku. Maka dari ini, saya pun masih sibuk dengan diriku dan mencari sekali lagi perihal diriku, diriku yang itu berdaya diri mengikuti kanjeng nabi Muhammad, namun tidak mampu mengikuti secara totalitas dikarenakan seting lingkungan yang berbeda dan seting pemikiran yang berbeda. Seting lingkungan itu menjadikan orang itu berbeda. Seting realitas menjadikan orang itu berbeda. Seting keadaan menjadikan individu itu berbeda. Seting zaman menjadikan orang itu berbeda. Dan dari itu, saya memilih untuk menjadi orang yang biasa. Biasa menjalani kehidupan: dan saya akan berkata, “Saya adalah manusia sebagiamana kamu juga manusia. saya punya marah sebagaimana kamu punya marah. Saya punya nafsu sebagaimana kamu punya nafsu. Saya manusia mempunyai ambisi sebagaimana kamu punya ambisi.”

Memang saat-saat ini perjalanan al-quran berkutat pada: masjid. sering melangkahkah menuju masjid, lalu bertemu dengan orang-orang masjid. disana saya teringat ayat-ayat yang datang menuju masjid, memakmurkna masjid. dan ayat itu: sejauh ini berlum teridentitaskan pada kepalaku.
Lalu saya dekat dengan guruku, dan ayat ini juga belum teridentitaskan oleh minset kepalaku—dengan begitu: menurut tangkapan pengertianku, diriku sangat sedikit pengetahuannya tentang al-quran, tentang ayat-ayat al-quran.

Bahkan kali ini, di musim bakal haji, diriku masih terminimkan data perihal kehajian, padahal berulang kali sering mendengarkan kehajian. Entah dimana tatanan pemikiranku sejauh ini: ya allah kehendakilah bahwa saya bersama dengan al-quran, tunjukilah hamba jalan yang lurus, jalan yang itu senantiasa mengingatmu dan memahami ajaran-ajaranmu. Ya allah jadikanlah hamba orang yang berserah bukan orang yang membangkang, jadikanlah hamba orang pasrah bukan orang yang protes terhadap apa-apa yang engkau takdirkan kepadaku.

Menjelang Haji 1440

Belum ada Komentar untuk "Yang Terngiang Ayat Al-quran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel