Syeh Abdul Qodir Al Jailani


Kau tahu tentangnya, dialah Syeh Abdul Qodir Al Jailani, yang namanya seringkali disebut saat acara yasinan, tahlilan, dan kau sering mendengar tentang namanya; dan bahkan kau sering mendengar tentang gelarnya, Sultonul Auliya, yang bisa diartikan, Rajanya Auliya, Rajanya Kekasih Allah. Sekali pun kualitas pengetahuanmu, melalui guru-gurumu, melalui tokoh-tokoh agama yang ada disekitarmu, namun kau tidak asing dengannya. Kau sungguh sangat berkeluarga (familiar) dengan beliau, sangat.

Syeh Abdul Qodir Al Jailani Pada Acara Yasinan maupun Tahlilan


saat kau yasinan atau tahlilan, besar kemungkinan, kau akan mendengar namanya disebut oleh orang-orang yang menyebut. Dan bagimu, kau tidak perlu tahu tentang biografi beliau, kau tidak perlu tahu tentang kehebatan dan kemonceran beliau. Kau tidak perlu tahu tentang seluk-beluk pengetahuan beliau, tidak perlu, karena kau adalah pendengar orang-orang yang mengucapkan. orang-orang yang mengucapkan itu adalah tokoh agama disekitarmu. Tokoh agama yang didepankan di daerah sekitarmu. Dan adakalanya, beliau juga tidak mengetahui tentang Syeh Abdul Qodir al Jailani. tokoh agama disekitarmu itu, mematuhi atau bahkan meniru gurunya, menunaikan apa yang gurunya lakukan. dan telingamu, seringkali mendengar namanya (Syeh Abdul Qodir al Jailani) diucapkan lalu dikirimi, Alfatihah:

karena kamu bukan tokoh agama yang ada di sekitarmu, maka kamu mengikuti apa-apa yang diungkapkan oleh tokoh agama yang ditokohkan itu. Jika kamu protes? Tentu, protesmu akan diterima. Tapi sayangnya, tokoh agama yang ada disekitarmu itu masih tetap menjalankan sambil menyebutkan namanya. pikirnya, kalau kamu protes, mengapa kamu tidak yang di depan? mengapa orang memilihku; atau sekurang-kurangnya mempercayakan diri kepadaku.

Awalnya, saya juga tidak mengerti dan mengetahui tentang beliau. Tidak sama sekali. Karena saya ditunjuk menjadi orang yang didepan, dan orang-orang terbiasa dengan menjalankan itu, begitu juga guruku, maka saya meneruskan apa-apa yang pernah mereka dengar dan saya dengar. Saya tidak protes sama sekali, walau saya berusaha mengetahui tentangnya; dan mengapa harus beliau? ternyata, arah pertanyaan itu malah menyulitkan dan bahkan merepotkan diriku untuk mencari tentang beliau, malah bahkan saya persis di dalam dunia yang jauh, yakni tentang dunianya, dunia dikala beliau hidup, dan tentang kondisi lingkungan beliau hidup.

Padahal, tujuan pengetahuan itu untuk sekedar memastikan tentang bacaan mengapa syeh Abdul Qodir saat yasinan atau bahkan tahlilan. Namun, kerena saya mencari tentangnya, maka saya dapatkan tentang kitabnya. Yakni ceramah-ceramah beliau yang dikitabkan

Lingkungan Yang Mengenal Syeh Abdul Qodir Al Jailani


hal itu malah 'merepotkan' bagi cara berpikirku, lalu kemudian saya kembalikan pada lingkungan dimana saya tinggal. Yang memang telah mengenal Syeh Abdul Qodir Al-Jailani, dan terlebih khusus pada acara yasinan maupun tahlilan. lingkungan itu, membuat saya terbiasa dengan namanya. Lingkungan tersebut, membuatku terbaisa untuk mendengar namanya. Setiap kali Yasinan, Disaat itulah mendengar namanya. Saat adanya, pengjaian dan adanya tahlinan, disaat itulah  mengenal tentang seyeh Abdul Qodir Al-Jailani. Yasinan di daerahku, ya lingkunganku, tidak hanya sekedar tentang yasinan giliran antar tetangga, namun saat adanya kematian pun adanya yasinan. setiap kali memperingati 'kematian' besar kemungkinan yasinan.
dan saat adanya pengjian-pengjaian pun, besar kemungkinan namanya bakal disebutkan, karena adanya tahlilan.

Beliau Memang Sangat Familiar di Indonesia, Karena di Indonesia Sarat akan Mistisme


beliau memang sangat terkenal di Indonesia, karena di indonesia banyak pondok pesantren. Dan di pondok pesantren inilah yang mendominasi adanya mistisme. Mistisme tentu jalur putih. Mistisme yang berarti tentang tarikah. Saat tariqoh maka disana mengenal tentang jalin menjalin tentang guru dan permuridan, dan di saat itulah, orang-orang semakin ramai menggunakan namanya, untuk menjadi perantara. alasannya, karena orang-orang sering mendengar, dan orang-orang dari pesantren, dan orang-orang itu, percaya dan mengikuti gurunya. Demikianlah.

2018

Belum ada Komentar untuk "Syeh Abdul Qodir Al Jailani"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel