Ki Hajar Dewantara

Belajar membaca, inilah saya, membaca sambil mengamati, lalu membagikan apa yang saya baca. kali ini masih di area Ki Hajar Dewantara, saya membaca tesis dari Intan Ayu, berjudul “KONSEP PENDIDIKAN HUMANISTIK KI HAJAR DEWANTARA DALAM PANDANGAN ISLAM”.

Lalu saya ambil pada abstraknya. Dituliskan, “Pendidikan yang menjadi cita-cita Ki Hajar Dewantara adalah membentuk anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin. Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara ini sesuai dengan konsep pendidikan humanistik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan humanistik Ki Hajar Dewantara, untuk mengetahui pendidikan humanistik Ki Hajar Dewantara dalam pandangan Islam, dan untuk mengetahui kontribusi pendidikan humanistik Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan nasional.

Penelitian ini merupakan library research dengan menggunakan pendekatan historis. Sumber data yang digunakan berupa sumber primer, meliputi karya yang ditulis oleh Ki Hajar Dewantara sendiri, dan sumber sekunder, meliputi karya tentang Ki Hajar Dewantara yang ditulis orang lain. Dalam menganalisis data yang telah terkumpul, peneliti akan menggunakan content analisys (analisis kandungan pemikiran).


KONSEP PENDIDIKAN HUMANISTIK KI HAJAR DEWANTARA DALAM PANDANGAN ISLAM

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran humanistik Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan, yaitu dengan memposisikan pendidikan sebagai penuntun. Pemikiran pendidikan humanistik Ki Hajar Dewantara dapat dilihat dari pandangan Ki Hajar Dewantara tentang konsep manusia dan pendidikan

Pendidikan humanistik Ki Hajar Dewantara menurut pandangan Islam antara lain meliputi:

a)hakekat manusia yang memiliki kodrat alam yang merupakan potensi dasar manusia yang disejajarkan dengan fitrah manusia;

b) Tujuan pendidikan Ki Hajar Dewantara jika dilihat dalam pandangan Islam adalah menjadi manusia yang merdeka dan mandiri sehingga menjadi pribadi yang membuatnya menjadi insan kamil dan mampu memberi kontribusi kepada masyarakatnya;

c) konsep Tut Wuri Handayani yang merupakan bagian dari metode among dalam Islam sama dengan metode keteladanan, metode kisah, metode nasehat, dan metode targhib dan tarhid;

d) Pendidikan budi pekerti Ki Hajar Dewantara dalam Islam sama dengan pendidikan akhlak sehingga seseorang menjadi manusia yang dapat menghormati dan menghargai manusia lainnya dan dapat tercipta pendidikan humanistik.

Kontribusi pendidikan humanistik Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan nasional antara lain sebagai peletak dasar pendidikan nasional, pencetus konsep pendidikan demokrasi dalam pendidikan yang semuanya terformulasikan dalam slogan pendidikan nasional Tut Wuri Handayani.”

Begitulah rangkaian kata yang ada pada abstraknya. Rangkaian kata yang diracik kemudian menjadi abstrak. Kalau mau membaca total, di zaman keterbukaan dan internet ini: persoalannya adalah, mau tidak untuk membaca? Sebab, membaca pun laksana sesuatu yang menyita waktu, menyita waktu untuk menonton atau menongkrong, atau berkumpul dengan orang lain: apalagi membaca yang itu sekedar ‘melintasi’ permataan. Namun disini, saya memang memang mulai tertarik dengan ajaran Ki Hajar Dewantara.

Maksud dari tertarik ialah setidaknya mengetahui lebih tentang Ki Hajar Dewantara. Di dalam tesis tersebut, disimpulkan:

“Pertama, pemikiran humanistik Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan, yaitu dengan memposisikan pendidikan sebagai penuntun.

Maksudnya adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat, dan semua ini diluar kuasa pendidik, karena pendidik hanya menuntun perkembangan.

Lebih jelas lagi pemikiran pendidikan humanistik Ki Hajar Dewantara dapat dilihat dari pandangan Ki Hajar Dewantara tentang konsep manusia dan pendidikan, meliputi:

a) Pengakuan terhadap keberadaan fitrah manusia.

b) Humanisasi pendidikan.

c) Memandang pendidik sebagai seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memberi arahan atau  tuntunan, juga menjadi fasilitator dan motivator bagi peserta didik.

d) Memandang peserta didik sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk memahami diri sendiri menurut kodratnya.

Kedua, pendidikan humanistik Ki Hajar Dewantara menurut pandangan Islam antara lain meliputi: a)hakekat manusia yang memiliki kodrat alam yang merupakan potensi dasar manusia yang disejajarkan dengan fitrah manusia;

b) Tujuan pendidikan Ki Hajar Dewantara jika dilihat dalam pandangan Islam adalah menjadi manusia yang merdeka dan mandiri sehingga menjadi pribadi yang membuatnya menjadi insan kamil dan mampu memberi konstribusi kepada masyarakatnya;

c) konsep Tut Wuri Handayani yang merupakan bagian dari metode among dalam Islam sama dengan metode keteladanan, metode kisah, metode nasehat, dan metode targhib dan tarhid;

d) Pendidikan budi pekerti Ki Hajar Dewantara dalam Islam sama dengan pendidikan akhlak sehingga seseorang menjadi manusia yang dapat menghormati dan menghargai manusia lainnya dan dapat tercipta pendidikan humanistik.

Ketiga, kontribusi pendidikan humanistik Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan nasional antara lain sebagai peletak dasar pendidikan nasional, pencetus konsep pendidikan demokrasi dalam pendidikan yang semuanya terformulasikan dalam slogan pendidikan nasional Tut Wuri Handayani.”

Begitulah. Ya! Begitulah. Jika ditanyakan, mengapa saya tertarik dengan Ki Hajar Dewantara? Jawabku, untuk suatu proses kemajuan –suatu tempat— diantaranya harus lewat pengetahuan: sebab saya juga meyakini bahwa kemajuan suatu tempat, bisa juga lewat Keimanan. Lewat pengetahuan itu yang terjadi di Eropa, di abad pertengahan, maka jadilah renaisanse: jadilah abad pencerahan buat orang eropa dengan mengunggulkan rasionya kembali. Dan lewat jalur keimanan terjadi di Mekah-Madinah. Lewat keimanan, maka islam mampu sampai ke eropa dan mampu menguasai keilmuan dunia, itulah masa kejayaan (jaya-jayanya) islam, yang tentu didasari oleh keimanan. Dan disini, Ki Hajar Dewantara adalah orang yang beragama dan menggunakan akalnya: memang potret dari manusia nusantara yang sejak dulu, spiritualis yang rasionalis. Saya pikir begitu: dan rasionalis tentu jangan diartikan seperti rasionalisnya orang-orang eropa, dan spritualis bukan yang seperti persis ada di mekah: sebab latar belakang nusantara pembauran antara hindu-budha dan islam, yang didasari oleh animism dan dinamisme. Demikian.

Belum ada Komentar untuk "Ki Hajar Dewantara "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel