Masalah yang menyertai Kefaktaan


Bagaimana kau bisa mendengarkan musik, sementara orang lain masih kesulitan memikirkan tentang perkara yang menyertainya, tentang realitas (kenyataan) hidup yang menghampiri. Tentang anak yang tidak ditahu kabarnya? Bagaimana bisa telingamu mampu dan senang mendengarkan tembang-tembang? Sesungguhnya tembang-tembang itu bermakna apa buat pemikiranmu? music-musik itu bermakna apa buat telingamu?



Apakah music itu sebagai pelarian sementara dari kenyataanmu tersebut?

Apakah music itu sebagai pelarian dari kenyataan yang menyertaimu?



Padahal kau mempunyai kasus kenyataan yang menyertaimu dan itu sangat jelas sekali buat dirimu, lalu kau enak-enakan (atau sejenak melarikan diri dari fakta yang terjadi kepadamu; atau berpura-pura menyembunyika –tidak membunyikan—masalah yang menghampiri dan seakan berkata: masalah itu masih tetap ada, tapi saya pasrahkan pada waktu.)  mendengarkan music. Semestinya, kau selesaikan masalah yang menghampirimu itu. selesaikan baru setelah itu, menyelesaikan masalah yang lain. menyelesaikan masalah yang lain lagi.



Ingatlah, setiap individu (Setiap manusia) pada dasarnya mempunyai masalah yang dari mempunyai masalah itu, manusia dituntut untuk menjawabnya, satu persatu. Semestinya begitu. satu persatu masalah dijawab. Sebagaimana yang ada pada rumusan-masalah pada metodelogi penelitian. Setiap masalah dibuat serinci-rincinya, hingga kemudian terselesaikan masalahnya. Barulah ketika masalah individu terlepas, berupaya untuk menjawab masalah-masalah yang lain. berupaya untuk menjawab masalah individu-individu yang lain.



Sekarang, marilah diperhatikan masalah individu itu apa saja: yakni kebutuhan tentang kebertahanan individu itu. setelah individu itu mampu bertahan, yakni secara ekonomi, barulah disitu keilmuan dibutuhkan. Hal itu senada dengan sejarah dari kejayaan masa islam dikala itu, yakni masa Harun Ar-Rasyid, di saat itu ekonomi termapankan itu sebabnya dipemerintahan selanjutnya, Al-Makmun terjadi keilmuan yang kuat. begitu juga dengan era kanjeng nabi Muhammad, saat individu itu terselesaikan, maka keilmuan itu berjalan. keilmuan itu terjadi di madinah, padahal kanjeng nabi itu berada di mekah, itu artinya individu-individu penting diselesaikan dulu, baru setelah itu melangkah menuju individu yang lain.



Namun seberapa hebat orang itu mampu menyelesaikan masalah individu ini? sulit! Kecuali berpasrah kepada yang menciptakan, itu sebabnya keagamaan itu sangat-sangat dibutuhkan. Keagamaan yang mana? Yakni keyakinan tersebut. keyakinan bahwa orang itu harus yakin kepada yang menguasai semesta, manusia bisanya berupaya dan selanjutnya manusia berakhlak yang baik. Itu juga sebabnnya, kanjeng nabi Muhammad atau para nabi yang lain, dianjurkan untuk menyampaikan perihal keimanan dan kemudian karakter atau sifat dari nabi itu dijadikan patokan untuk jalan menuju kebahagiaan.



Jalan kebahagiaan ialah jalan yang itu manusia harus mampu mempertahankan individu dan selanjutnya menjaga akhlaknya, menjaga akhlak yakni pola-pola baik kepada manusia-manusia yang lain, dan berdaya diri untuk menjaga hawa-nafsunya, yakni hawa-nafsu yang itu berupaya membrakot dunia dan berkehendak mengusai.

Kehendak mengusai itu adalah hasrat untuk memiliki segala hal yang ada di dunia, termasuk menguasai pemikiran, dan mengusai tubuh yang itu dinalarkan kuat-kuat oleh kehendak akal. kehendak akal kalau dituruti luasnya mampu mencangkup tataran seluruh dunia, dan hawanya ingin mengusai segala hal. Itu sebabnya ada filsuf perancis, Michel Foulcout yang mengatakan bahwa adanya kesejajaran antara kekuasaan dan pengetahuan. Kekuasaan yang itu mengusai kekuasaan yang bermacam-macam kekuasaan, hingga kemudian kekuasaan dari pola pemikiran.


Wal-hasil, sekarang, masalah itu adalah hal yang alami bagi manusia. dan anjuran manusia adalah berupaya untuk menyelesaikan masalah itu, jangan dipakai kehendak akal yang mengharuskan dan seketika hendak diselesaikan, yang pasti, manusia berupaya, pada akhirnya tuhanlah yang menentukan tentang bagaimana masalah itu terselesaikan. Artinya lagi, masih menyertakan ketuhanan. Ketika sudah menyertakan ketuhanan kemudian ditekankan juga perihal akhlak. difokuskan pada moral individu, sebagai individu yang mempunyai pemikiran. Sebagai individu yang mempunyai keyakinan: yakni yakin kepada Tuhan. Maka bersabarlah atas ketetapan-Nya, Taufik!

2018

Belum ada Komentar untuk "Masalah yang menyertai Kefaktaan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel