Yang Hidup Berteknologi


Kehidupan yang sekarang terjadi berhubungan dengan teknologi. Di antaranya ada telekomunikasi, transportasi, interconeksi. Maka sekarang dapat dikatakan kehidupan-teknologi. Kehidupan yang sarat dengan permesinan. Mesin-mesin itu ada dimana-mana. Hampir-hampir setiap individu berhubungan dengan kepermesinan. Setiap rumah banyak kepermesinan.



Jika dulu adanya revolusi industry, maka sekarang revolusi teknologi. Tandanya, banyaknya teknologi yang ada pada diri manusia.



Dengan adanya teknologi maka pola kerja menjadi berbeda dari era revolusi industry. Lebih-lebih jauh berbeda dari revolusi pertanian.



Dahulu kala, di saat dunia belum menjadi seperti sekarang ini (gegap gempita dengan teknologi), dunia masih sibuk pada hal-hal tradisional. Hal-hal tradisi menjadi kental dan kuat. Ketika abad 16 Masehi. Maka disitulah bibit-bibit teknologi semakin berkembang. Dan sekarang abad 21, technology menyertai kehidupan manusia.



Desa wargomulyo, itu juga kena imbasnya. Dahulu kala, di tahun 1940 Masehi, desa wargomulyo belum begitu gegap gempita akan teknologi, sekali pun di dunia barat: bahkan ditahun itu telah tercetus alirasan filafat analitik, yakni paradimga berpikir yang itu kesibukan pada bahasa. Tapi secara fakta, yang terjadi adalah era dimana colonial itu ada. era eropa menjajah seluruh belahan dunia. Eropa mengunjungi berbagai macam tempat, dengan itu terjadinya pertukaran barang-barang, terjadinya pertukaran budaya, pertukaran pengetahuan.



Indonesia yang waktu itu belum merdeka, yang daerah itu masih banyak dikuasai oleh kerajaan demi kerjaan. Hal itu wajar, karena pola dunia internasional juga masih berkutat pada kerajaan: siapa yang kuat adalah mereka yang mempunyai pasukan dan daya tempur yang hebat.



eropa yang hebat pada teknologi, tentu saja memanfaatkan hal itu untuk ‘menguasai’ dunia: bahasa penguasaan adalah bahwa mereka menjelajahi pulau-pulau yang ada di bumi dengan kapalnya.  Mereka berlayar mencari dagangan. Mereka berdagang, yang dari itu, dengan kekuatan dagang mereka menguasai daerah-daerah: seperti halnya yang terjadi di Nusantara waktu itu, adalah VOC di nusantara. Yang kemudian dengan itu, VOC menjajah nusantara: bahkan betawi, yang oleh orang eropa disebut Batavia (ada sedikit perbedaan pola-ucap. Betawi jadi Batavia) menjadi pusat untuk perdagangan. Kuasa pasar lamat-lamat kuasa tempat, dan kuasa kendali.



Dan ditahun 1945 Masehi, Indonesia memproklramirkan kemerdekaannya. Sejak saat itu, pemerintahan Indonesia merancang sesuatu untuk Indonesia ke depan: dan dengan melihat keadan yang ada, fakta yang ada, maka tercetuslah pancasila itu menjadi ideology bangsa. Hal itu pun terjadi karena terjadinya rapat demi rapat untuk sesuatu atas nama Negara Indonesia.



Sekali pun merdeka, perdagangan itu tetap saja terjadi. karena memang, pada dasarnya, sebelum era kemerdekaan nusantara menjadi destinasti untuk perdagangan. Destinasti atau sebagai tempat untuk jual-beli, karena nusantara kaya akan alamnya. Kemudian saat eropa menguasai nusantara, maka pola-pikir yang ditawarkan oleh eropa adanya sistematis pola-pikir: alasannya, karena eropa adalah orang-orang yang mendapatkan ilmu dari Yunani, sementara keumumannya di Nusantara adalah beragama.



Efek-efek dari keagamaan yang dijalani adalah menjalani kehidupan yang biasa dan tidak bermuluk-muluk: apalagi kalau kita tinjau sekali lagi pada agama hindu-budha, maka penekanan terhadap pola kehidupan di dunia adalah sampiran atua alat yang kelak bakal hidup lagi di surga atau neraka yang dijanjikan Gustinya Jagad. Hingga kemudian, Agama islam datang dan berkembang, hal itu semakin mekar ketika agama islam menjadi agama penguasa, agama pemerintahan: maka ideology agama islam semakin meroket, semakin melejit.



Memang agama islam menawarkan tentang modernitas. Para pemikiran sepakat bahwa agama islam mempunyai cirri untuk modern: sebab islam tidak menolak dunia-ini melainkan diterima, dan harus dijalani. Sekali pun banyak yang berpendapat bahwa islam yang hadir di nusantara dipengaruhi kuat oleh tasawuf (kalau dipikir ulang, fikih rasio dan fikih tasauf tentu saja berbeda; jika fikih rasio maka penekannya pada hal-hal yang nampak, sementara fikih tasawuf lebih menekankan yang isi dan kalau isi itu sudah benar-benar siap, maka bakal memperdulikan yang tampak): bisa jadi—ini juga sering dikatakan oleh pemikir-pemikir Indonesia—karena sebelum adanya islam di nusantara itu berbacgrone agama hindu-budha. Itulah mengapa Indonesia sering disebut Negara religious, itu juga yang mendasari bahwa di Indonesia agama itu harus.



Di tahun 1940 Masehi, desa wargomulyo, yang itu ikut pada wilayah Indonesia, maka terkena efek-efek dari program yang Indonesia tawarkan: termasuk kemajuan Indonesia, maka desa wargomulyo kena imbasnya. Orang-orangnya pun turut ingin maju. namun pada kesempatan ini, di tahun ini: orang-orang desa masih bersibuk pada pola tradisional, mengurusi sawah dan bajaknya menggunakan kerbau atau sapi—sekali pun di eropa telah menggunakan traktor dan sibuk dengan dunia permesinan.  Kehidupan mereka masih sangat pedesaan, karena memang letaknya juga di desa. Bahkan orang-orang yang datang dari jawa ke wargomulyo, masih menggunakan istilah tebang. Yakni menebangi pohon-pohon atau alas.



Di tahun 1945 masehi Indonesia merdeka. Maka disaat itulah, jumlah penduduk samakin ramai. Alasannya karena tidak terjadi peperangan secara fisik, maka orang-orang terus menerus menjalani kehidupannya secara normal, dan mempunyai anak-anak. Keluarga berencana (KB) dahulu kala belum begitu dirancang secara umum: sebagian saja yang merancang tentang kekeluargaan. Prinsip mereka adalah setiap anak membawa rezekinya masing-masing. Setiap anak dibagikan rezekinya. Wal-hasil, penduduk di Indonesia umumnya, dan desa wargomulyo khususnya, menjadi semakin banyak.



Dan watak manusia berupaya untuk lebih baik dari kehidupan sebelumnya; disisi lain, pemerintahan mempunyai program untuk anak-anaknya, yakni pendidikan. Awalnya, di nusantara pendidikan lebih kuat pada pesantren dan sibuk pada mengaji: langgar, surau, mejid, dan rumah. Kini setelah merdeka, pendidikan mulai di sekolah, di gedung yang disebut dengan sekolah. Bersamaan dengan itu, mulailah agak terputus jalinan antara anak dengan orang tua. Selain itu, alat-alat teknologi semakin mendarat di desa wargomulyo. Alat-alat teknologi semakin ada di desa.  Bersamaan dengan itu, pemerintahan yang ingin maju: mulai membuat program tentang kemajuan demi kemajuan, dengan tujuan modernitas.



Maka mulailah semakin banyak industry demi industry. Dan anak-anak desa pergi untuk bekerja dikalangan industry. Menjadi buruh pabrik dan menjalani kehidupan yang itu kerja di dalam pabrik, atau perlengkapan-perlengkapan yang lain; sebab di desa, kehidupannya masih sangat desa dan terkesan sulit kecuali menggunakan otot. Sebab kerja orang desa adalah kerja yang sibuk dengan otot, maka anak-anak lebih memilih untuk pergi merantau di kota, merasakan angin kota. Sampai sekarang, banyak yang hijrah ke kota dan menjalani kehidupan ala kota. Dan sebagian tertinggal di desa, mengurusi pekerjaan yang ada di desa dan berpola-pikir desa.



Dan sekarang, di desa wargomulyo, orang tuanya tinggal di desa dan anaknya pergi ke kota. Ada yang bahkan anaknya menetap di kota dan menjalani kehidupan di kota dengan segala perkotaan. Dan efek teknologi dan modernitas, maka di desa pun, sekarang telah ada jaringan internet, telah berserak alat-alat terknolgi. Di desa, motor dan mobil semakin meningkat. Pola pekerjaan tidak hanya tentang pertanian. Awalnya pertanian dan pedagang memang ada, tapi sedikit. Dan sekarang, petanian semakin sedikit. Tanahnya mulai ditanami gedung dan gudang dan juga rumah-rumah. Lahannya menyimpit dan orang-orangnya semakin banyak; selain itu, sekolah, menjadikan anak-anak mendapatkan ijazah yang dengan itu bekerja di kota. Begitulah potret di desa.



Selain itu, dengan adanya telekomunikasi dan internet: pengetahuan tersebar luar di media, dan jalinan semakin meroket, maka kebutuhan pokok manusia bukan saja perihal sandang, pangan dan papan, melainkan hiburan dan perlengkapan tentang kehidupan itu sendiri: yakni perlengkapan teknologi. Wal-hasil banyak penjual, banyak pedagaang. Begitulah era sekarang yang terjadi, begitulah… begitulah…



Syawal 1440 Hijriah

Belum ada Komentar untuk "Yang Hidup Berteknologi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel