Simbah Kakung Kaji Durohman


Ia bernama Abdurahman. Orang-orang di desa wargomulyo seringnya memanggilnya, Kaji Duroman. Saya sendiri memanggilnya simbah kakung. Simbah kakung dari pihak ibuku, Kaji Umi. saya mengenalnya, sebatas putu, sebatas putunya. Tidak lebih.

Saya tidak mengerti tentang 'perjuangan' beliau di Mejid Agung Wargomulyo lalu perjuangan beliau atas nama desa wargomulyo dan perjungannya untuk Madrasah Ibtidaiyah di Wargomulyo, saya tidak mengerti.

saya tidak begitu urus, awalnya, tentang apa-apa yang dimaksud dengan perjungan atau sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak, saya tidak begitu urus. Maklum, saya waktu itu saya masih kecil.


Dunia anak-anak adalah dunia nge-game. dunia permainan--sekalipun sudah tua pun masih suka nge-game. o La La -- dan anjurkan untuk mencari ilmu. Kalau pagi ke sekolah, kalau sore mengaji dan sehabis margrib, mengaji lagi. Bahkan dalam pengajian pun masih nge-game (dolanan), disela menunggu ngaji, nge-game (dolanan), sepulang ngaji pun, nge-game (dolanan), dan sampai rumah pun, ng-game (dolanan); lalu saat pagi tiba, saat di sekolah pun masih terbayang tentang dolanan.
Maklum dunia anak-anak, dunia game. Dunia permainan (sekali pun remaja, dewasa dan orang-orang tua pun masih banyak yang nge-game--dolanan--).

Dan ketika saya mulai pulang dari Jawa. Saya mulai wira-wiri di desa (gayanya wira-wiri. padahal sekedar selintas mejid agung wargomulyo.), sekurang-kurangnya saya mendengarkan cerita orang-orang tua dan saya memang agak tipe pendengar.

saya agak tipe pendengar yang baik, yang ketika diceritakan agak menangkap cepat apa yang diceritakan, agak. Lalu sebagian orang mulai menceritakan tentang Simbah Kakungku ini, Kaji Duroman. Sedikit demi sedikit.


"Simbahmu kuwi wong sing getol urunan nang mejid agung," katanya. 


Perkataan-perkataan itu seringkali tersimpan dalam memoriku. Seiring (gayane seiring. hehe) perjalanan waktu, bersama dengan bertambahnya pengetahuanku (pengetahuan untuk membaca kenyataan yang sesungguhnya dan bagaimana harusnya saya berperan) saya 'mempunyai' penilian tentang simbah kakungku ini. Cerita-cerita dari orang-orang itu, menjadi semacam mozaik atau puzzle yang penting disusun ulang.


Dan penilian saya kepada Simbah Kakungku ini, begini:


Dia orang yang bekerja keras, seringkas begitu, dan beliau juga menyukai sesuatu yang berhubungan dengan keagamaan. Sudahlah itulah penilaianku.

"Saya mau lebih, Taufik, ceritakan kepadaku tentang Simbah Kakungmu itu?" kata mbuh siapa itu.

Dia itu simbah kakungku (Sebenarnya banyak putu yang lainnya, dan saya adalah satu dari sepersekian putunya simbah kakungku), saya tidak tahu tempat tanggal lahirnya, dan dia lahirnya di Jawa, di Kecamatan Kutoharjo, desanya saya tidak tahu: Desa Walet mungkin, kata-katanya sih begitu.

Dia mempunyai beberapa saudara yang ada di desa wargomulyo. Kaji Durhaman ini puteranya Judi Kromo, dan mbah judi Kromo ini anaknya Simbah Josemito. Anak-anaknya simbah Josemito ini ada juga di desa wargomulyo, saya agak lupa --tepatnya saat ini, lupa--. Dan Simbah Kaji Duraman ini, mempunyai saudara diantaranya Simbah Kamid (Simbah kamid ini bapaknya Pakde Nasir dan saudara-saudarinya) dan Simbah Miso, juga mamaknya Lek Marinten (Suaminya namanya Lek Ngadi punya anak Kang Sulis). begitulah simbah kaji duraman.

Simbah kakungku (saya adalah satu dari sepersekian putune) mempunyai anak 9, tiga putera dan 6 puteri. Anaknya mendominasi di wargomulyo, hanya 2 anaknya yang njepat dari desa wargomulyo, saya menyebutnya, Paman Mutar dan Bibi Jila.

ah sudahlah perkenalan ini:

dia itu pekerja keras yang suka ngamal untuk keagamaan: entah itu sekolah (madrasah) atau mejid, itulah saya bisa saya tangkap.

2018

Belum ada Komentar untuk "Simbah Kakung Kaji Durohman"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel