Tujuan
Sabtu, 20 Oktober 2018
Tambah Komentar
Taufik, kini engkau telah mempunyai tujuan. Masihkah kau akan melanggar apa yang telah menjadi sasaranmu itu? Atau masihkah kau bermalas-malasan meluncur kepada tujuanmu itu? Atau jangan-jangan kau malah ingin kembali menjadi orang yang tidak mempunyai tujuan, padahal telah terang bagi cangkang-pemikiranmu tentang tujuanmu.
Jadilah kau orang yang terkena efek-efek terhadap orang-orang yang mempunyai tujuan. Jadilah kau mengikuti pemikiran-pemikiran mereka dan tergoda akan hal-hal yang itu ‘menyumbat’ kau mencapai tujuanmu tersebut.
Apakah kau terlalu keberatan terhadap tujuanmu tersebut? atau jangan-jangan, kau enggan menetapkan tujuan!
Maka kau cerdaslah perihal kata-kata, Taufik. cerlanglah. Sungguh dengan pemahaman yang kompleks perihal kata, maka kau akan berdaya untuk lebih memantapkan terhadap tujuanmu itu.
Dan kedatanganku disini, untukmu (ya! Terkhusus untukmu) adalah meneguhkan sekali lagi, lebih kuat agar kau mencapai tujuanmu itu, Timur-tengah.
Negerinya para ambiya. Syaratnya, sebagaimana pendayaanmu yang agak kuat dengan pemikiran (atau bahasamu: logika) maka kau harus berjuang keras menuju ke timur-tengah. Caranya, belajar untuk perlahan-lahan menapaki tangga menuju timur-tengah.
Syarat utama, tentu tentang pengetahuan keislaman, dan kau penting mengulang-ulang, mengulang-ulang tentang keislaman sekali lagi, lebih banyak, agar mengelupas benar ‘diksi-diksi’ keislaman itu, dan tubuhmu tetap menjalankan tentang keislaman itu, sekali lagi, lebih kencang dan mengawasi perihal apa-apa yang kau kerjakan itu (dan mengawasi orang-orang yang kau kerjakan itu adalah upaya perbandingan. Boleh mengawasi, bahkan itu suatu alamiah. Namun kenalilah, mengawasi untuk sampai kepada tujuanmu, timur-tengah) agar itu benar-benar ‘melekat’ pada dirimu, dan dirimu semakin terdekatkan pada timur-tengah.
Apakah kau akan bertanya, “Apa yang akan terjadi setelah timur-tengah?”
Kataku, “Janganlah bertanya perihal itu. sebab itu bukanlah tujuanmu. Tujuan utamamu iala timur tengah. Ingatlah, sampai ke timur-tengah, apalagi buat dirimu, itu tidak mudah dan tidak mulus, Taufik. maka sampailah ke sana, itula tujuannya.”
Ingatlah, siapa dirimu sesungguhnya. siapa keluargamu? Siapa lingkunganmu? Dan berapa jarak untuk sampai ke sana.
Ingatlah orang-orang nusantara dulu, Taufik. saat mereka mempunyai ketepatan tujuan menuju ke timur-tengah (dalam hal ini, mekah), maka amatilah bahwa mereka itu adalah orang yang bekerja keras atau orang yang mempunyai kedudukan perihal ekonomi, sebab menuju ke Mekah itu tidaklah gratis dan bukanlah jarak yang dekat, Taufik. apalagi buat Nusantara.
Dan tentu saja, kau juga mengetahui, bahwa menuju ke mekah, atau haji itu, sesungguhnya atau inti dari ke hajiannya bukanlah tentang perkara ‘yang wujud’ melainkan menyembah gusti allah. dan saya berusaha hati-hati menyampaikan kata-kata ini, sebabnya, di zaman ini, seringkali orang mempersoalkan bahasa (Tapi aku disini sebagai pengajar ilmu kalam dan orang yang sibuk pada filsafat dan hermeunetika). Intinya, ke mekah itu untuk melengkapi rukun iman. Bukan tentang keindahan wujud dari mekah dan tradisi orang-orang mekah: memang dalam pengajaran, pastilah kita bakal bertautan dengan tradisi orang-orang jazirah arab, namun bagimu, kau harus cerlang membedakan: mana tradisi islam dan mana tradisi budaya.
Sayangnya, pada kesempatan ini, saya enggan merangkai kata yang berkesibuk pada sejarah atau data-data sejarah, melainkan sibuk pada ‘pemikiranmu’, tentang tujuanmu.
Kataku, tetaplah menjalani hidup sebagaimana biasanya: hanya saja, dicangkang pemikiranmu lebih mengarah dan lebih tertuju bahwa tujuanmu adalah timur-tengah.
Dengan sikap kebiasaanmu itu, yang ndopok, berdialog, mengalurkan dialog, maka itu adalah kebiasaanmu dan menjadi sikapmu, tapi jangan lupakan perihal ‘pemikiranmu’ yang sesungguhnya: bahwa tujuanmu adalah timur-tengah, itu sebabnya, kau juga harus tetap sinau lebih keras, lebih lama, yang bertujuan untuk meraih tujuanmu itu.
Kalau tidak kelakon, atau tidak kelaksana, maka itulah perjuanganmu, Taufik. itulah ketetapan yang telah ditetapkan untukmu, dan kau janganlah bersedih hati dan kecewa, karena itu memang ketetapan untukmu. Namun sekarang, berjuanglah, berjuanglah lebih ekstra: jangan menyerah, jangan mengeluh, jalani saja fakta yang terjadi bahwa dirimu tertetapkan mempunyai tujuan menuju timur-tengah. Begitu ya..
Belum ada Komentar untuk " Tujuan"
Posting Komentar