Filsafat Jawa

Filsafat Jawa - Penelitian Pak Sutrisna Wibawa, Universitas Negeri Yogyakarta tentang Filsafat Jawa, menarik saya untuk menyantumkan kesimpulannya. Tujuannya, tentu saja mempelajari. Alasannya: karena, menurut saya, orang jawa mulai kelupaan akan kejawaannya (saya mungkin termasuknya.) atau bahkan, pada kasus yang lebih luas, manusia di indonesia hampir-hampir kehilangan ‘kebudayaannya’, ‘kesukuannya’ karena zaman semakin berkembang, zaman semakin menuntut untuk berkelas internasional, yang efek utamanya adalah ajaran untuk bahasa internasional dan sedikit sekali pengunaan daerah. Bahasa daerah terkesan menjadi sesuatu yang dikesampingkan, padahal, menurut saya, setiap individu penting mengerti tentang keindividuannya: ini tentu kasus saya pribadi, bahwa saya membutuhkan perkenalan dengan kesayaan pribadi, itu sebabnya saya mencari sesuatu atas nama kejawaan.

Di sinilah diantaranya: dan Pak Sutrisna Wibawa, menuliskan: “Kata filsafat dijabarkan dari perkataan philosophia. Perkataan itu berasal dari bahasa Yunani yang berarti ―cinta akan kebijaksanaan (love of wisdom). Menurut tradisi, Pythagoras atau Sokrateslah yang pertama-tama menyebut diri Philosophus, pecinta kebijaksanaan, artinya orang yang ingin mempunyai pengetahuan yang luhur (Sophia); mengingat keluhuran pengetahuan yang dikejarnya itu, maka orang tidak mau berkata bahwa telah mempunyai, memiliki, dan menguasainya.

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mengenai segala sesuatu dengan memandang sebab-sebab yang terdalam, tercapai dengan budi murni. Filsafat menjadi suatu ―ajaran hidup‖. Filsafat sebagai usaha mencari kebijaksanaan yang meliputi baik pengetahuan (insight) maupun sikap hidup yang benar-benar, yang sesuai dengan pengetahuan itu.

Filsafat Jawa dimaknai sebagai filsafat yang menekankan pentingnya kesempurnaan hidup. Berfilsafat dalam kebudayaan Jawa berarti ngudi kasampurnan. (mencari kesempurnaan). Manusia mencurahkan seluruh eksistensinya, baik jasmani maupun rohani, untuk mencapai tujuan kesempurnaan hidup.

Filsafat Jawa disebut juga filsafat sangkan paraning dumadi (filsafat asal dan arahnya yang ada) yaitu suatu ajaran yang menunjukkan ulah daya hidup bergerak menuju dan bersatu dalam kesempurnaan. Sangkan paraning dumadi juga dimaknai suatu ajaran yang menangani gerak rohani untuk menyatu di dalam arus kehidupan secara benar-benar hidup sebagai kenyataan hidup sejati.

Ajaran-ajaran kesempurnaan hidup dan asal dan arahnya yang ada, yang tercermin dalam metafisika, ontologi, epistimologi, dan aksiologi Jawa.

Metafisika Jawa yang merupakan hubungan antara Tuhan, manusia dan alam semesta, yang mempunyai karakteristik: pengakuan tentang kemutlakan Tuhan, Tuhan yang transenden imanen di alam dan pada manusia, dan alam semesta dan manusia merupakan satu kesatuan yang bisa disebut kesatuan makrokosmos dan mikrokosmos.

Ontologi Jawa tercermin dari segala ilmu pengetahuan Jawa yang merupakan realitas kehidupan masyarakat Jawa hingga kini.

Epistemologi menyatakan bahwa pengetahuan Jawa berdasarkan pandangan bahwa semua berada dalam kesatuan antara manusia, Tuhan, dan alam semesta, yang secara epistemologis bersumber dari inderawi, otoritas, dan wahyu.

Aksiologi Jawa tercermin dalam nilai kesempurnaan hidup dan asal dan arahnya yang ada yang menjadi pedoman kehidupan orang Jawa lahir dan batin.

Serat Wedhatama mengandung sebuah ajaran luhur untuk membangun olah spiritual Jawa. Serat Wedhatama menjadi salah satu dasar penghayatan laku spiritual yang bersifat universal lintas kepercayaan atau agama.

Dalam Serat Wedhatama mengandung suara hati nurani, yang menjadi laku spriritual untuk menggapai kehidupan dengan tingkat spiritual yang tinggi. Puncak dari laku spiritual yang diajarkan serat Wedhatama adalah menemukan kehidupan yang sejati, lebih memahami diri sendiri, manunggaling kawula- Gusti, dan mendapat anugerah Tuhan untuk melihat rahasia kegaiban.

Hal itu sesuai dengan filsafat Jawa yang menekankan pentingnya kesempurnaan hidup (ngudi kasampurnan), bahwa manusia itu selalu berada dalam hubungan dengan lingkungannya, yaitu Tuhan dan alam semesta serta meyakini kesatuannya (manunggaling kawula Gusti).”

Teks serat wedhatama menjadi objek kajian yang diteliti dari filsafat jawa. begitulah maksudnya. Untuk lebih lengkap, tentu saja, kalian bisa membuka ketotalan dari tulisan Pak Sutrisna Wibawa, di zaman modern ini: bahan telah tersedia dengan banyak dan melimpah: pertanyaannya, maukah kita mencari sesuatu yang sebenarnya telah ada? Demikian.

Belum ada Komentar untuk "Filsafat Jawa"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel