Kronologi Filsafat
Kamis, 18 Oktober 2018
Tambah Komentar
kronologi filsafat |
Aku setuju dengan cara pemikiranmu, Taufik, berusaha menuangkan filsafat dengan cara membalikkan keadaan, artinya membacanya mulai dari keadaan sekarang menuju kemasa klasik. Ceritakanlah kepadaku, bagaimana kronologi filsafat dari sekarang menuju masa lalu?
Sebagaimana umum yang saya baca (Ya! Ini masih umum; bahkan membedakannya itu terkesan sukar. Artinya untuk menentukan itu agak sukar. Namun mau tidak mau, untuk memudahkan. Ya! Untuk memudahkan ,maka dibuat kronologi, walau lah tidak sempurna. Kalau mau sempruna, tentu telah banyak pada teks-teks. telah berserakan) filsafat itu saya bagi menjadi tiga bagian: inilah pembagian tentu pembagian saya, untuk mempermudah pemikiran saya, memahami kronologi filsafat, yakni: zaman modern, zaman pertengahan dan zaman klasik.
Membicarakan filsafat zaman modern adalah keadaan yang sekarang belaku, tokoh-tokohnya tentu tokoh-tokoh sekarang, yang kemudian bakal bertautan dengan orang-orang yang hidup di tahun 1500 Masehi, bahkan seringkali tahun itu disebut sebagai pembentukan masa modern; sebab kondisi pemikirannya, yang dulunya, sosialnya sarat dengan kegerajaan atau dibatasi dengan agama.
Nah zaman yang berkaitan dengan agama, itulah zaman abad pertengahan. yakni zaman dimana agama nasrani mengusai keadaan dunia, atau pemikiran itu dibatasi oleh agama. Alasannya, karena kekuasaan itu (perpolitikan; gaya bahasa sekarang) mengusai gerak-gerik kemanusiaan. yang sebelumnya, filsafat itu masih era klasik.
Era klasik adalah era-era jaman dahulu kala, yang mana dikatakan sebelum masehi. Tokoh-tokohnya adalah orang-orang yunani, seperti Socrates, Plato dan Aristoteles.
Jika ditanyakan apakah orang itu ada? dan alasan apa kita mempercayai bahwa itu ada? jawabnya: karena itu ada di buku-buku, yang mana buku itu bertautan dengan buku-buku yang lain, buku-buku sebelumnya, dan yang mendokomentasikan itu, karena orang-orang menyukai ilmu. Jawabnya begitu.
Ingatlah sekarang jamannya informasi, soal kau percaya atau tidak: itu perkara lain. namun kalau kau ingin mengetahui seajrah kemansuiaan, maka pastilah bakal uprek dan sibuk terhadap data-data tersebut, kau akan membaca-baca, hingga kemudian, kau akan berkunjung ke tempat yang disebutkan: itu pun kalau tidak percaya. Kalau percaya, maka untuk membuktikannya ialah menjawab dengan model-model ilmiah.
Nah kepayahan model-model untuk percaya terhadap data, itu juga masuk pada jajaran pengetahuan.
Relevansinya buat orang Indonesia dengan hal itu apa? Jawabnya, karena keadaan sosial di Indonesia dahulu kala, sarat dengan nilai-nilai agama dan keadaan alam yang sering mengguncang tanah Indonesia, selain itu tawaran alam yang subur, menjadikan orang-orang Indonesia kebanyakan menjalani hidup yang praktis dan tidak muluk-muluk perihal ilmu. Namun, sebagaimana pun, ilmu itu penting, mau tidak mau orang membutuhkan itu: dan syarat untuk mengetahui, di zaman ini, sarat dengan hapalan, kalau tidak hapalan, maka kurang berpengetahuan, sebabnya, dengan hapalan data demi data, kemudian orang itu mendapatkan ijazah, dan dengan ijazah orang itu bisa melamar kerja; kerja yang ada pada jalinan system-sistem. Orang yang tidak mempunyai ijazah, teramat sukar mendapatkan hal itu. begitulah keadaan zaman. lho kok bisa sampai disitu? Baiklah kembali ke kronologi filsafat:
Kronologi Filsafat
Kronologi filsafat di bagi menjadi zaman klasik, zaman abad pertengahan dan zaman modern. Dan yang saya jadikan patokan ialah filsafat barat alias filsafat yunani. Apakah islam ada? ada, yakni memasuki zaman pertengahan. zaman abad pertengahan, sebab, pertemuan islam dengan filsafat yunani ada di abad pertengahan. malah bahkan, di era awal Nabi Isa as, yang itu ada Romawi, itulah menjadi ukuran untuk Abad Pertengahan. menjadi warna dari pemikiran filsafat yunani yang sarat dengan akal. bersamaan dengan masuknya agama di Romawi, yang kemudian menguasai kekuasaan, maka di saat itulah mempengaruhi pola pemikiran. Hingga kemudian, islam juga mewarnai. Dengan beradanya islam itu, pengetahuan dari yunani itu, bangkit. Dan kebangkitan ini, sering digadang-gadang menjadi era pencarahan, zaman pencerahan; artinya sains atau pengetahuan itu lebih bangkit. Alasannya, karena islam itu menghormati ilmu. Menghormati martabat kemanusiaan. namun kemudian, dengan kemajuannya ilmu di eropa, kemudian malah menciptakan gerakan permesinan, karena semakin sangat kuatnya terhadap keilmuan. Hal itu disertai dengan kekalahan umat muslim, karena agaknya, umat muslim pada waktu itu harus dijatuhkan, harus jatuh dari kekuasaan. Alasannya, tentu karena penguasa itu kurang baik. Penguasa keislaman itu tidak menyatu: dengan keadaan itu, maka seringkali ada issu-issu untuk penyatuan umat islam, atau bahkan di era tahun 1900 masehi, ada isu-isu kebangkitan umat islam. hal itu juga dialami juga di Nusantara: alasannya, karena bangsa eropa perlahan-lahan menjajah seluruh bangsa, termasuk umat islam di dalamnya, yang itu di jazirah arab. ah sudahlah, kembali ke kronologi.
Di saat islam mewarnai, islam juga terwarnai. Terlebih lagi, aliran keislaman atau teologi keislam (ilmu kalam) pun telah mempunyai corak sendiri, terlebih lagi dasaran dari keislaman itu sendiri, yang di sana ada realitas dan idealisme, maka tentu saja menjadi corak pemikiran. Namun akhirnya, dengan kekalahan islam pada penguasaan dunia, artinya, runtuhnya kerajaan-kerajaan islam, di saat itulah filsafat barat semakin berkembang. Di saat rasionalan, di abad modern itu berkembang, maka jadilah aliran-aliran pada filsafat itu sendiri. hingga kemudian, pada era kontemporer ini: ada dua aliran filsafat yang sangat berpengaruh. Yakni aliran filsafat analitik dan filsafat hermeunetik. Kajian utamanya di dominasi pada teks atau bahasa. Apakah berarti filsafat di zaman sekarang ini, hanya sebatas itu? tidak! Melainkan pertemuan dari filsafat-filsafat yang ada: ada filsafat gerakan ada filsafat yang tenggelam pada idealisme. Sayangnya gerakan filsafat pun, pada akhirnya menjadi gerakan kritis, atau mengkritisi, atau jika sekarang diisukan, pada era perdamaian ini: filsafat diartikan pada dialog. Yakni menjadi metode dialog. Dialog antara ketuputusan hubungan agama dan akal. begitulah urain kronologi filsafat.
Sengaja saya ungkap begitu: mungkin kurang sistematis, dan kurang focus, atau sekedar kajian tema. Sebab, mungkin saya akan mengulang-ulang pengetahuan ini , pada ungkapan-ungkapan kefilsafat. Pada tema kronologi filsafat.
Jika dikatakan, “Apakah yang kau sampaikan itu dapat dipercaya? Dan mengapa tidak ada referensinya: tidak ada dalilnya?”
Jawabku, “Kau boleh membenarkan apa yang aku sampaikan. Saya berupaya mengungkapkan apa yang aku tangkap.” Demikian dulu.
2018
Belum ada Komentar untuk " Kronologi Filsafat"
Posting Komentar