Membaca Teks dan Menonton Film
Kamis, 31 Mei 2018
Tambah Komentar
Membaca Teks dan Menonton Film
Mendadak saya terpikirkan tentang apa perbedaannya membaca novel dengan melihat film dari novel? atau lebih simpelnya lagi, perbedaan membaca dan melihat! Sebuah kata-kata yang terkesan biasa saja. sangat-sangat biasa. Dan sebenarnya saya bisa mencari pada bahan bacaan, pada internet. Namun saya mau menungkan itu pada tulisan ini. alasan lebih jauh, karena pembacaan saya berkaitan dengan filsafat, atau pada kajian pemikiranmu, mulai ‘sedikit’ lagi menyentuh realitas-total, yakni mulai menyoalkan hal-hal kecil menjadi menjurus dan bahkan mendalam. Apakah berarti saya merepotkan pemikiranku sendiri?
Jawabku, tidak. Saya tidak merepotkan diriku sendiri, atau bahkan menyusahkan dierku sendiri. bukan itu kasusnya bukan iytu yang terjadi sesungguhnya.
Kejadiannya karena saya mulai membaca teks-teks filsafat (Sebelumnya memang telah membaca, ternyata pada proses pembacaan belum terserap benar pada pemikiran. Masih sekedar selintas: atau jelasnya: pemikiranku belum benar-benar siap untuk membaca.)
Sebuah peryataan yang agak menarik:
Yakni pemikiran yang belum siap membaca apa yang sebenarnya dibaca.
Lalu pertanyaannya tentang teks-filsafat:
apakah pemikiranmu sudah siap membaca apa yang apa kau baca tersebut?
jika ada yang bertanya, “Apakah pertanyaan itu tidak jauh berbeda dengan penyataan: otakku tidak kuat.”
Jawabku, bukan tentang hal itu. bukan tentang kuatnya. Melainkan, orang itu membaca teks filsafat, dan ternyata menikmati, namun sekedar menikmati: artinya, tidak mengerti tentang kebutuhan membaca. menurutku, kebutuhan membaca adalah untuk mendapatkan ilmunya, yang kemudian ditambah dengan ilmu yang lain; artinya, tidak sekedar membca satu teks-filsafat belaka, melainkan kepada teks-teks filsafat lainnya.
Ah mungkin jawabku agak payah. Baiklah, aku ulangi lagi. Mungkin seperti itu. otakku belum kuat, tapi mataku menguat-kuatkan apa yang aku lihat. Akhirnya, aku tidak merasa masuk terhadap ilmu yang ada itu. jadinya, ilmu itu menjadi selingan buat akalku. Menjadi selingan untuk pemikiranku. Namun, pikirku: tepatnya, bukan perkara kuat atau tidak kuat, tapi pemikirannya tidak siap untuk membaca teks filsafat. Artinya, pemikirannya tidak sreg untuk membaca teks filsafat. Ah mendadak bahasaku menjadi sesuatu yang mbulet.
Dan ini berkaitan dengan pembacaan. Pembacaan yang kemudian, di arahkan pada pemikiran. Bagiku, tentu itu wajar, karena saya pengkaji filsafat, tentunya ukuran itumenjadi ukuran yang filsafat. Namun disisi lain, begitulah, kayaknya orang-orang filsafat, saya, mungkin kurang kerjaan: bahkan memikirkan tentang proses pembacaan. Ah begitulah.
Wah tulisan ini persis meracau.
Padahal saya ingin menulis tentang perbedaan membaca dan melihat (menonton film):
Untuk ini, study kasusnya adalah novel. artinya membaca novel dan menonton film dari novel yang sama.
Perbedaannya:
Kalau membaca teks maka pikiran membuat suasana dan membayangkan sendiri wajah-wajah, tokoh, tempat, suara, dan lain sebagainya: dan pembayangan itu bisa jadi dengan orang-orang yang dikenal atau artis-artis yang dikenal, terserah. Yang pasti, pikiran si pembaca ‘mengandaikan’ sesuatu terserah si pembaca. Karena pada proses pembacaan ialah hak utama si pembaca.
Atau bahkan, tidak membayangkan ‘kehadiran’ pelaku namun langsung mendapatkan inti dari cerita. Tujuan dari pembacaan ini bisa ada dua: inti dari cerita, jalan cerita, atau pengahayalan suatu tempat.
Sementara menonton film:
Tokoh, tempat telah disediakan. Telah diwujudkan, maka si penglihat bisa berperan entah menjadi penonton atau menjadi pemain bayangan, atau menjadi peserta atau menjadi tokoh yang tidak berguna di dalam film. Itu terserah kepada si penonton. Hak kebebasan diberikan kepada si penonont.
Begitulah. Ah mendadak tulisanku, terkesan meracau. Ah tidak apalah: maklum, masih belajar. jadi menurutmu bagaimana? Apa bedanya kau membaca teks dan menonton film pada teks yang sama?
2018
Belum ada Komentar untuk "Membaca Teks dan Menonton Film "
Posting Komentar