Masalah Keluarga yang Remeh-temeh

Masalah keluarga yang remeh-temeh.

Masalah keluarga bukan hanya terfokus pada ekonomi, adakalanya masalah utama ialah masalah remeh-temeh. Masalah remeh-temeh kadangkala muncul karena kurangnya komunikasi. Jauh lebih dari itu, masalah keluarga terjadi karena kurangnya kesepahaman.

Tujuan menulis:

- mengetahui identitas masalah keluarga
- mengetahui remeh-temeh sebagai masalah keluarga

MASALAH KELUARGA

Keluarga, sejauh yang kita ketahui bermula dari keterjalinan individu dengan individu lainnya. Saat keduanya menjalin, maka mampu 'teradakan' individu yang baru.

(Saat kau menikah lalu kau diberi anak. Itulah bahasa gampangnya. Saat kau menikah, berhubungan, istri mengandung lalu melahirkan anak.)

Kehadiran sosok yang baru dalam kehidupan tentu saja mengubah cara-hidup yang baru. Keluarga baru itu, menjumpai secara fakta masalah2 baru.

(walau sesungguhnya masalah ini adalah masalah yang usang dan lama. Sebab keberadaan manusia telah ada dari masa yang lama. Kehidupan yang terdeteksi seperti sekarang ini sudah mencapai 2019-an. Dua ribu sembilan belasan. Durasi waktu yang lama untuk proses kehidupan. Tentu saja, pola manusia juga begitu2 saja. Mempertahankan pola keturunan dan eksistensi manusia.)

Seperti kebutuhan primer ditambah kebutuhan sekunder. Dan setiap individu mencakup hal tersebut. Maka disaat itulah masalah-hidup itu bermunculan.

Masalah itu sendiri berasal dari kata soal. Karena soal, maka perlu adanya jawaban.

SOAL UMUM KELUARGA

Bagaimana kita mempertahankan kehidupan?

(Setiap kita diharuskan menjawab itu.)

Apa yang kita lakukan (kerjakan) untuk mempertahankan hidup?

Kenapa masalah keluarga itu terjadi?

Bagaimana menjawab masalah keluarga?

MENJAWAB SOAL2 KELUARGA

Mari dijawab soal2 pada keluarga yang menyertai itu.

"Kenapa soal keluarga itu ada?" Tanya.

Karena sebelum menjadi keluarga, sesungguhnya individu itu mempunyai soal yang fundamental. Yakni, bahwa manusia itu tidak mampu hidup secara individu. Ini kasus awal.

Manusia tidak mampu hidup secara individu, maka ia membutuhkan individu yang lain.

(Individu saja belum kelar. Ditambah individu yang lain. Tentu saja, masalah itu bertambah menjadi masalah dobel. Malah kemudian menghadirkan individu yang baru, yang tentu saja, mendapatkan tambahan masalah)

"Bagaimana menjawab masalah keluarga?" Tanya.

Jawab, "Disini perlu ditekankan tentang soalnya apa. Harus perlahan2 diurai lalu dijelaskan satu persatu soal2 tersebut. Dengan mengindentifikasikan soal, maka mampu terjawab soal.

Seringnya, manusia itu tidak tahu soalnya. Jadi sulit menjawab soal. Atau bisa jadi, sering juga terjadi: manusia tahu soalnya dan tahu jawabnya, namun manusia membangkang hal tersebut dan enggan menjalankan apa yang semestinya harus dijalani.

MASALAH REMEH-TEMEH

Apa maksud dari masalah remeh-temeh? Sesungguhnya apa yang dimaksud dengan remeh-temeh tersebut. Kecenderungan utama, remeh-temeh adalah hal2 kecil dan biasa. Seperti masalah kata-kata, komunikasi, dan kurangnya bersyukur serta kurangnya kesepemahaman.

Kalau ditelisik lebih jauh, ternyata, soal tersebut bukanlah soal remeh-temeh melaikan soal yang besar dan tidak mudah menjawabnya.

Masalah kata-kata? Ini kemudian berhubungan dengan kehormatan, baik-buruk, jelek-indah, sensitifnya watak manusia. Sebab dengan 'kata' bakal berinteraksi dengan pikiran, pengetahuan, dan perasaan.

Masalah komunikasi? Ini efek kemudian yang berhubungan dengan kata-kata dan jalinan keperkataan.

Masalah syukur? Ini berhubungan dengan individu dan kemanusiaan itu sendiri. Bagaimana individu berpikir dan menjalankan kehidupannya.

Masalah kesepahaman? Ini juga berhubungan dengan data pengetahuan yang ada di dalam pemikiran, bagaimana terjadinya keterkaitan pemikiran individu dengan individu lainnya: artinya saling memahami lalu mempunyai tujuan yang sama terhadap kehidupan.

Akhirnya, masalah remeh-temeh yang dikatakan remeh. Sesungguhnya bukanlah sesuatu yang sebenarnya remeh. Hanya saja, individu itu meremehkan hal tersebut. Para Filsuf, sejauh ini, membahas perkara yang agaknya remeh, namun tidak remeh:

Martin Heidegger, misalnya, beliau menulis tentang 'Being and Time.' Ada dan Waktu. Kesannya, remeh. Namun menjadi kajian yang tidak remeh, bahkan rumit. Dan dengan itu, beliau dikenal sebagai filsuf.

Ludwig Witgeissten, membahas tentang Bahasa. Ada bahasa ujaran, ada kata tulisan. Ada bahasa biasa, ada bahasa yang tidak biasa. Dan karena itu juga dia dikenal sebagai filsuf.

Artinya, masalah yang biasa (atau dianggap remeh) sebenarnya bukanlah biasa.

2019

Belum ada Komentar untuk "Masalah Keluarga yang Remeh-temeh"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel