Tradisi Kehidupan Yang Mengikat
Kita hidup sarat dengan ikatan. Pola-pola yang mengikat. Maksudnya, pola yang mengikat seperti ikatan kekeluargaan dan ikatan kelembagaan. Jangkauan yang lebih luas lagi ialah ikatan sosial dan upaya tentang kebertahanan hidup.
"Hidupmu kok kayaknya rumit sekali," katanya. "Sebenarnya apa yang ingin kau sampaikan kali ini?"
Saya ingin mengatakan bahwa sebenarnya pola kehidupan itu sarat akan ikatan, mulai ikatan keluarga, masyarakat, bahkan ikatan negara.
"Bukankah sejauh ini, memang seperti itu? Hidup berurusan dengan ikatan demi ikatan. Orang2 yang mengikuti dan mengikuti.
Aku sampaikan kepadamu bahwa:
Hidup memang telah terikat. Keberadaanmu diikat oleh keberadaan orang tuamu. Kau lahir karena hasil dari 'cinta' kedua orang-tuamu. Yang perlahan-lahan, seiringnya waktu, membesarkanmu. Kau mulai beranjak dewasa, lalu kamu perlahan2 mulai berpikir tentang dirimu sendiri dan hingga kemudian kau merasa butuh pendamping untuk mendampingimu.
Dengan adanya pendamping, maka kau didayakan untuk mencukupi kebutuhanmu, bahasa inilah yang kemudian dikenal dengan julukan, kerja.
Kau bekerja untuk mencukupi kebutuhan dasarmu. Yakni kebutuhan untuk bertahan hidup. Sebabnya, ketika kau mulai 'bersetubuh' dengan pendampingmu kau bakal mempunyai buah-hati, tepatnya mempunyai anak.
Kau mempunyai anak dan proses mendapatkan itu tidak seketika, isterimu hamil 9 bulan (standarnya begitu) dan ketika hendak melahirkan membutuhkan biaya untuk itu. Biaya di rumah sakit dan biaya persalinan. Biaya persalinan harus kau punyai. Sekurang2nya, kau menabung untuk itu.
Ketika kau telah menabung untuk itu, barulah kamu bisa bayar biaya persalinan. Kalaulah kau tidak punya uang, atau tidak punya tabungan, disinyalir kau bakal hutang untuk itu. Itulah mengapa, setelah kau menikah kau butuh tabungan uang. Tujuannya untuk hal2 tersebut. Kebutuhan rumah sakit dan kebutuhan untuk biaya keperluan rumah sakit.
Ingatlah saat orang2 sedang melahirkan itu. Ingatlah tentang kebutuhan yang dibutuhkan. Kebutuhan itu, tidak hanya tentang hubungan uang belaka, namun berkaitan dengan sosial. Yang kemudian ada orang yang mengunjungi dan orang yang menjenguk dan juga ada pembicaraan realitas tentang hal2 yang terjadi.
Dunia Kehidupan
Dunia bukan hanya tentang kata2 belaka. Dunia bukan hanya urusan agama belaka. Dunia bukan hanya urusan makan belaka. Dunia itu juga berhubungan dengan nyawa dan keselamatan.
Anak itu lahir dan perlahan2 menjadi besar. Anak itu kemudian menjadi besar dan butuh makan dan uang jajan. Lama2 anak itu butuh sekolah dan butuh gadget sebagaimana teman2nya. Anak2 itu, butuh bermain dan butuh belajar. Dan anak2 itu mempunyai akal yang perlu digunakan dan diasah. Orang tua berharap anaknya hidup menjadi lebih baik. Itulah harapan orang tua.
Orang tua berharap menjadi itu. Ketika besar dia belajar dan setelah belajar dituntut untuk bekerja dan setelah bekerja, belajar mengumpulkan uang lalu menikah. Begitulah hidup yang alamiah dan terjadi.
Kebutuhan menikah adalah hal yang manusiawi bagi manusia. Keberadaan pernikahan yang kemudian ada aturannya ditujukan untuk menjalin peradaban manusia. Yakni, tentang upaya untuk bertahan manusia tentang kehidupannya.
Begitulah hidup, anak muda. Hidup yang alami. Ketika tua, ia akan mati. Lalu diteruskan oleh anak2 yang baru lagi.
Hidup bukan serta merta tentang kebutuhan agama. Hidup bukan serta merta tentang kekuasaan. Bukan serta merta tentang nilai, melainkan:
Hidup itu tentang kehidupan itu sendiri, yang sangat komplek dan luas. Jika kau berkata tentang kehidupan yang mengikat itu, maka memang begitulah hidup. Begitulah bagian dari kehidupan."
2019
Belum ada Komentar untuk "Tradisi Kehidupan Yang Mengikat"
Posting Komentar