Pembicaraan SDM
Pembicaraan Sumber daya manusia:
Sumber daya manusia indonesia-- ukuran pengetahuan di jndoneaia apa? Berhubungan dengan kaum pekerja dan kaum pengatur kerja lalu pengkayaan individu. Yang kaya semakin kaya, yang kaya semakin berani untuk mengkayakan.
Terlalu minim pola mindset untuk menjadi teladan akan hal2 praktek yang manusiawi.
Terlalu minim upaya untuk mengamalkan pengetahuan yang manusia. Sejauh dideteksi, manusia indonesia ialah manusia yang religius. Manusia yang beragama. Manusia yang mempunyai kebiasaan2 beragama. Seperti halnya, euforia tatkala puasa, idul fitri, begitu ramai orang euforia (bersuka-cita) menjalani kehidupan. Orang2 mudik, pulang kampung, bertemu dengan keluaga2nya. Berkumpul dan bercengkrama.
Makan bersama. Diskusi keluarga. Kumpul keluarga. Saling silaturahim. Saling mengunjungi secara realitas dan menjalani hidup ala kadarnya kehidupan. Dan itu, satu keluarga. Lalu kadangkala dilanjutkan untuk acara keluarga besar. Kumpul dan berbicara, saling menyapa dan salinh bertanya. Sementara anak-anak adalah pihak yang mengikuti orang tua.
Siapa yang tidak punya tempat untuk mudik semacam tragedi kekeluargaan.
YANG MENGUTAMAKAN KEHIDUPAN
kebiasaannya begitu, yang mengutamakan kehidupan, sekali pun sangat mengetahui bahwa hidup nantinya bakal mati. Proses tangga hidup, tua dan mati. Anak, dewasa, tua dan mati. Begitulah kenyataan hidup; sejak dulu juga seperti itu. Sejak dahulu kala begitu. Hanya saja, untuk menapaki hal tersebut ada proses kehidupan.
Proses kehidupan yang menjalin dengan individu2 yang lain. Yang sama2 diberi akal dan juga nafsu. Dari keduanya, hidup terkesan cantik, indah, dan penuh semangat untuk bertahan hidup (sekali pun secara pemikiran juga telah menyepakati bahwa hidup bakal bertemu mati).
Dari keduanya, lamat2 manusia berinteraksi dan mulailah 'mengada' individu yang baru, anak. Dan dari anak inilah kehidupan baru semakin dimulai.
Ada anak yang orang tuanya pandai, disitulah besar mungkinnya anak menurun.
Ada anak yang orang tuanya kaya, disitulah anak besar mungkinnya kaya.
Ada anak yang orang tuanya sulit, disitulah anak belajar agar tidak menjadi sulit.
Namun, sebagaimana diketahui bahwa setiap anak, mayoritasnya menempuh pelajaran. Anak belajar di sekolah. Apalagi di zaman now, sejak dini, anak mulai sekolah.
Jika ingin menguatkan sumber daya manusia, sekurang2nya guru bisa menyampaikan fokus tujuan belajar. Guru bisa menggugah cara berpikir anak untuk keperluan ilmu. Nah, sebelum menggugah disaat itulah si guru harus (ya, harus) menguasai, ngelotok, ilmu yang akan di sampaikan. Mulai asal-usul ilmu, perkembangan ilmu dan era kekinian ilmu. Artinya, kalau guru tidak punya motivasi kuat terhadap ilmu, bagaimana dengan muridnya.
Hal itu, mengingatkan pada status anak dan ini telah ramai kita ketahui: anak itu seperti kertas putih. Tinggal orang tua manusia menuliskan bagaimana....
Belum ada Komentar untuk "Pembicaraan SDM"
Posting Komentar