Filsafat Sebagai Alat Melihat Dunia

Filsafat Sebagai Alat Melihat Dunia

Filsafat sebagai metode melihat dunia. Saya mengajak lewat issue terbaru dari filsafat:

Isu terbaru dari filsafat, adalah filsafat era postmodern: apa itu filsafat postmodern? Untuk menjawab pertanyaan itu, maka diperlukan pembicaran tentang filsafat modern.

Sejak kapan zaman dikatakan modern? Jangan simpelkan, bahwa modern adalah kekikian: ketahuilah, postmodern dapat juga diartikan lebihkekinian. Selanjutnya, ada juga masa yang disebut filsafat kontemporer. Nah apa lagi itu nama dari filsafat kontemporer? Maka diperlukan pembacana tentang filsafat kontemporer.

Ada beberapa tema yang harus ditelusuri dalam dunia filsafat mengapa saya tawarkan hal ini, yakni untuk lebih menikmati kajian filsafat: karena sejauh ini, saya belum merasakan kenikmatan terhadap kajian filsafat. Seakan filsafat ketat-terhadap paradigma berpikir. Seakan filsafat tidak turun kepada realitas. Seakan filsafat tidak cocok dengan kenyaan yang terjadi. Seakan filsafat tepat dikatakan ilmu-awang-awang, atau kajian orang-orang yang hebat, super hebat dalam berpikir. Terlebih lagi, kadangkala filsafat terkesan aneh.

Filsafat malah sering digemborkan: penentang tuhan, merasionalkan tuhan, menjadikan pengkaji filsafat jauh dari agama. Merasionalkan agama. Mengakal-akalkan agama.

Terlebih para lagi, dari kajian filsafat, menjadikan kita lebih jauh dari agama. Dan faktanya, sering terfaktakan, dari mengkaji filsafat, agama kita menjadi porak-poranda.

Ada yang lebih mengenaskan: bahwa mengkaji filsafat adalah seolah samadengan pengkajian yang lain, padahal, menurut saya, mengkaji filsafat itu adalah seru, berpetualangan dengan ranah-ranah intelektual, hal itu terbukti dengan adanya, cabang-cabang mata-kuliah filsafat bagi fakultas-fakultas lain: filsafat pendidikan, filsafat hukum, filsafat politik, filsafat ilmu, filsafat dakwah dan lain sebagainya (Sayangnya, saya baru memahami, belum lama, setelah sekian tahun, saya berkutat pada dunia filsafat: mengapa bisa begitu? Kapan-kapan saya uraikan, insyaallah)


Filsafat Sebagai Alat Melihat Dunia

Ilmu filsafat sangat diperlukan, di indonesia, yang umumnya manusia beragama islam, kenapa? Karena agama islam juga menyertakan akal, juga menyertakan rasio, selain kepada intuisi. Titik tekannya intuisi. Namun, kenyataan di indonesia, kehidupan tidak sekedar beragama, kehidupan ada tawaran-tawaran lain, yang tidak bisa dijawab dengan agama: misal, bagaimana ada trafig light? Mengapa lampu trafigh light bisa begitu? Bagaimana sejarah hukum di indonesia? Bagaimana ilmu matematika? Untuk apa ilmu matematika?

Filsafat, sejauh ini, terkesan aneh, karena kajiannya tidak menyentuh realitas. Kajiannya sekedar sejarah masa-lalu, kurang menyertakan sejarah kekinian, anggap saja: kita jarang mengkaji filsafat kontemporer, yang benar-benar kontemporer, yakni, setidaknya perkenalan dengan kajian sekarang, kenapa saya menyebut sekarang: kenalilah, dalam kajian filsafat kontemporer ada sisi, yang berhubungan sarat dengan kenyataan. Ada pertanyaan dasar semacam ini:

Bagaimana realitas sekarang ini? Yakni, realitas yang ada hubungannya dengan televisi, hape, gadget dan internet. Apa yang disebut realitas? Kita telphonan secara langsung, lalu apa itu kenyaataan. Apa pengaruh teknologi terhadap sosial? Ada pola-pola pergeseran makna. Kenyataan bukan sekedar kenyataan, melainkan, kenyataan cyber juga termasuknya.

Nah, dari itu, kita akan kenal, filsuf-filsuf seperti Francois Lyotard, ada lagi, Jacques Derrida, ada lagi, Boudrilllard, Michele Foulcoud. Istilah-istilah yang sering disebutkan adalah: hipperrealitas, dekontruksi, semiotik, Postmodernisme dll. Sekilas-sekilas tentang itu, setidaknya kita perlu mengetahui hal itu: untuk lebih memudahkan mengkaji itu.

Maka sebelum mengkaji itu, kita penting mengetahui sejarah: sejarah filsafat. Sejarah rangkaian-rangkaian, ada juga yang bernama: filsafat strukturalisme, filsafat post-sturkturalisme. Setidaknya dengan mengenal nama-nama itu, akan lebih lama untuk mengkaji filsafat.

Nah, bagi orang muslim, apa itu filsafat: bagi saya, mengkaji filsafat adalah alat untuk melihat dunia. Ukuran filsafat-filsafat diatas adalah ukurannya duniawi. Maka untuk melihat itu, harus melihat kondisi dimana filsafat-filsafat itu muncul, yakni di eropa.

Kita tahu, bahwa eropa adalah pusat peradaban. Pusat beradaban yang mengalirkan teknologi-teknologi. Nah, disebutkan, dampak dari post-modern ditandai dengan dua: pertama, pengaruh televisi. Dan kedua, pengaruh digital, atau web worl wide (jaringan dunia kecil). Dari dua itu, merubah drastis tatanan dunia.

Sejak kapan kedua itu muncul, tentu sekitar 1900, nah kajian ini lama bukan: dan pada akhirnya, mengkaji filsafat harus menyertakan kajian sosial. Ranah sosial adalah mendukung untuk menangkap pemikirannya. Yang diambil adalah pemikirannya, bukan sosialnya. Yang dipungut adalah filsafatnya, bukan sosialnya. Filsafat adalah pola-pola manusia berpikir.

Bagi musilm, kita, filsafat itu adalah alat: yang dikiblatkan tentu barat. mengkaji filsafat, cenderung kepada kajian barat, dan itu harus, karena disana adlaah pusat peradaban filsafat: lalu akan berbeda tatkala ditautkan dengan islam. Kenapa begitu?

Karena setidaknya, prinsip orang muslim: dunia itu sebagai tumpangan, dunia adalah alat untuk ke akhirat. Nah, dari prinsip itu, tentu akan mengubah, bahwa filsafat adalah alat untuk melihat dunia yang sebagai tumpangan hidup. Setidaknya, filsafat adlaah alat untuk memahami dunia, era sekarang.

Belum ada Komentar untuk "Filsafat Sebagai Alat Melihat Dunia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel