Pembacaan Islam abad 21





Ketika saya membaca islam abad 21, sesungguhnya kajian pembacaan itu terlalu luas. Apalagi berkaitan dengan sesuatu yang disebut islam. Agama islam yang itu berasal dari tahun 600 masehi di era kanjeng nabi Muhammad, yang kemudian menyebar ke seluruh dunia, hingga kemudian sampai juga di Indonesia.



Indonesia, terlebih lagi, itulah yang kemudian sering menjadi focus perhatian saya: artinya islam Indonesia. sementara ketika dihadapkan teks ‘Islam Abad 21’ maka itu berhubungan dengan sesuatu yang itu disebut dengan islam.



Ketotalan islam yang ada di abad 21. Berarti tentu saja, kajian itu luas. Luas sekali. Apalagi sekelas saya, yang bahkan sarjana s1 belum selesai, tentu terlalu serakah di dalam pemikiran, kalau harus mengkaji islam di abad 21. 



Namun kemudian, saya katakan, “Pada pembacaan pun, sekarang saya harus mengikuti keberadaan zaman, yakni pembagian pembacaan. Agaknya dibanding membaca manusia sekelas dunia, lebih baik membaca yang itu orang-orang Indonesia sendiri. lha bahkan, membaca orang-orang Indonesia sendiri belum usai, sudah membaca keislaman dari Negara lain. ah ungkapan itu kurang tepat. Yang tepat mungkin begini:



Pemikiran saya tentu saja tidak akan mampu mencakup ketotalan islam di abad 21, sebab ketika membahas islam abad 21: harus mengetahui dulu, di Negara mana kajian itu? dimana saja islam itu ada? sebab sekarang, keadaan dunia telah menjadi: Negara-negara. Sementara agama islam itu berada di dalam Negara, atau bahkan menjadi aturan Negara.”



Namun sekali pun seperti itu, saya setidaknya terbantu untuk membaca keadaan. Yakni abad 21. Gambaran terhadap dunia abadi 21. Sesungguhnya, bagaimana keadaan dunia abad 21.



Tentu saja, di zaman ini, di zaman meleknya technology. Dengan gampang –semestinya—membaca keadaan zaman di abad 21. Karena setiap individu merasakan gelegat abad 21. Toh orang-orang yang perduli adalah mereka yang pemikirannya, atau akalnya adalah yang setidaknya mulai siap dengan pembacaan yang luas.



Khususnya orang-orang tua: siapa itu orang-orang tua, yakni orang-orang yang mampu berpikir. Apakah balig? Sudah mampu berpikir tentang keadaan dunia abad 21. Jika di dalam islam itu, usia balig sudah dikenai hukum. Maka ditahun itulah, semestinya, anak diperkenalkan dengan dunia abad 21.



Yakni suatu keadaan dimana dunia sedang bekerja. Dunia sedang berlangsung. Tentu saja, dikabarkan secara menyeluruh: bahkan tentang tujuan dari keislaman, yakni sampai pada negeri akhirat. Semestinya sudah digambarkan, sehingga kemudian manusia mampu menjalankan sebagaimana layaknya manusia yang diharapkan sampai ke cita-cita akhirat. 



Dengan begitu ketika pemikirannya sudah menginjak dewasa, mereka mengerti apa yang akan dijalankan. Mereka mengerti apa yang dilakukan. Tidak terbingunkan dengan arah kemana mereka melangkah. Tidak terbingungkan dengan keadaan yang terjadi. tidak terbingungkan dengan sesuatu yang menampakkan.



Karena telah tergambar jelas oleh mereka gambaran tentang hidup yang itu totalitas. 



Dalam hal ini, saya disini, lebih mendukung islam Indonesia, yang itu berdaya diri untuk menyeimbangkan dunia dan akhirat. Mengapa demikian? Islam di Indonesia tentu saja berbeda dengan islam di Jazirah arab: yang membedakannnya, tentu banyak hal: seperti bahasa, budaya, dan latar-belakang sosial.



Jarang remehkan ketiga hal tersebut. bahasa kayaknya itu sederhana, namun tidak sesederhana yang dipikirkan. Budaya kayaknya itu hasil pemikiran manusia, namun jangan dulu gegabah mengklaim bahwasanya budaya adalah hasil pemikiran manusia. latar belakang sosial, kayaknya sekedar masa lalu: tapi ingatlah, bahwa kejadian hari ini itu sangat-sangat dipengaruhi oleh kejadian masa lalu. 



Taruk saja sejarah di arab sendiri: bagiamana mungkin al-quran turun di arab jika arab tidak kuat-kuat dengan budaya persyairan? 



Artinya, sebelum al-qurna itu turun, telah terjadi suatu proses latar belakang yang membuat masyarkaat itu terbiasa dengan sesuatu itu. wal hasil, ketika manusia arab, mekah-madinah, terbiasa dengan syair, pastilah bakal terharu ketika mendengar alquran itu dibacakan. Sebabnya, alquran selain wahyu dari Allah, itu pun secara redaksi tatanan bahasanya sempurna, malah bahkan al-quran dituding (oleh orang kafir) sebagai syair. Karena apa? Karena tatanan kata-katanya.



Dan sekarang, kembali ke islam abad 21. Maka pembacaan saya, adalah bagaimana islam abad 21 yang ada di Indonesia? atau bahkan malah lebih mengerucut: bagaimana islam abad 21 bagi desaku? Atau lebih mengerucut: bagaimana islam abad 21 bagi diriku? Sebab diriku sendiri, adalah manusia yang itu islam. manusia yang beragama islam. dan aku juga, termasuk orang yang dipengaruhi oleh lingkungan: artinya dibelajari oleh orang-orang yang ada disekitarku, yakni guru-guru, tentu kira-kira beginilah islam abad 21: dan aku adalah termasuknya. Aku adalah bagiannya. Bagian dari islam abad 21.



yang saya baca adalah islam abad 21 karya Yusuf Qadrawi: kata saya: saya harus mengetahui islamku di abad 21, sebab yang dibahas olehnya adalah islam yang itu dalam arti luas. Lebih khusus, islam yang ada di komplek jazirah arab. sementara diriku, berada di Indonesia. Negara yang mayoritas penduduknya adalah islam: tentu saja, bisa digambarkan bagaimana potret islam abad 21 di Indonesia? mana bukunya, mana-mana. Carilah. Carilah. Bacalah.





2018

Belum ada Komentar untuk " Pembacaan Islam abad 21"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel