Taufik Hidayat Autobiografi 3

Taufik Hidayat Autobiografi 3 - Dia itu anaknya Kaji Umi dan Kaji Kasmuri, cucunya Mbah Kaji Durahman. Mbah kaji durahman itu embahnya dari pihak mamaknya. Mamaknya, kaji umi itu, pada acara tahunan keluarga besar raden mas sujono jawa-tengah, senantiasa ngopyak-ngopyak anak-anaknya untuk datang mengikuti acara. Selalu seperti itu. tidak harus meri kepada yang lain kalau yang lain tidak datang, “Yang penting kita datang. Itu tanggung jawab kita. Tanggung jawab sing kudu datang.” Intinya begitu.

Selama proses bertahun-tahun, sejak awal keberadaan acara keluarga besar itu, mamak saya ngopyak-ngopyaki untuk datang ke acara tersebut. lamat-lamat, maka membekas di dalam pikiranku. Bayangkan, selama bertahun-tahun (sejak tahun 2000), setiap tahun, mamakku ngopyak-ngopyak untuk datang: maka perlahan-lahan saya menjumpai orang demi orang. Orang-orang yang banyak. Dan di sana mendengar sebutan nama demi nama. Nama yang banyak, yang kemudian membekas di dalam mind-set kepalaku.

“Siapa nama-nama tersebut?” kataku.

“Mereka dulur.”

“Siapa mereka?”

“Dulur.”

Wal-hasil semua dalam perkumpulan keluarga besar raden mas sujono adalah dulur. Waw, dulur yang banyak. Dan bahkan seakan-akan persis satu desa. Kalau mereka mengerti urutan nama-nama, maka didalam pikirannya bakal menjuntai-juntai perihal nama-nama dan dulur-dulur.


Taufik Hidayat Autobiografi 3

Apa artinya Nama? adalah pembeda dari yang lainnya. Wal-hasil, orang-orang yang masuk pada rumpun keluarga besar ini: menjadi totalitas seduluran. Untuk mengetahui lebih lanjut, maka ‘adanya’ penyelidikan (gayane penyelidikan), penyelidikan yang mamakmu menjadi sasaran wawancara utama, yang lain tentu saja mengikuti. Ditambah lagi, wira-wiriku di tempat simbah-simbah, maka bertambahlah data-data perihal itu. satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya. Lama-lama, data yang sedikit itu menjadi banyak. Menjadi semakin banyak. Wal-hasil, dengan seperti itu: saya semakin mengenal perihal sesuatu yang disebut dengan sejarah.

Sejarah adalah kejadian masa lalu. Ukuran masa lalu, dalam hal ini adalah kejadian yang agak terlampau tahun. Walau sebenarnya, sejarah bisa jadi setelah detik ini mampu menjadi bekas sejarah; suatu fakta ‘sedetik’ yang telah lalu, mampu jadi sasaran ilmu-sejarah.

Namun berkaitan dengan pedesaan. Dengan terus eksisnya acara keluarga besar ini, tentu saja, disitu ada pembicaraan perihal sejarah. Mau tidak mau seluruh rangkaian ‘obrolan’ bakal menyerempet perihal sejarah: Ketua panitia acara keluarga besar, berkata sejarah. Lurah juga sambutan sejarah. Ketua dari keluarga besar juga ngomong sejarah. Kalau saya mendengarkan dengan pendengar yang keren lagi hebat. tentu saja, saya menangkap perihal kesejarahan masa-lalu.

Apalagi yang menjadi sasaran adalah mbah kaji nawawi. Mbah kaji nawawi dulu adalah lurah, dan bahkan menjadi ketua pada era perpindahan dari jawa menuju lampung. Dan kalimat itu seringkali diulang-ulang pada acara tersebut—amatilah kalau orang bicara. Amatilah kalau orang memberi sambutan. Pasti begitu kemudian Mbah Kaji Nawawi ‘menyertakan’ adik-adiknya atau saudara-saudaranya dari jawa menuju lampung, kayaknya begitu.

Dengan cerita puzzle atau mozaik itu, maka perlahan-lahan merekam di dalam memoriku. Dilalahnya juga, saya suka mengetik, suka merangkai kata, suka menulis sajak, dengan seperti itu, maka saya tinggal menuliskan puzzle atau mozaik itu menjadi potret gambaran yang itu.

Dengan ditambah data-data yang berkaitan dengan colonial dan digabungkan dengan kajian filsafatku, serta pengetahuan keagamaanku, serta wira-wiriku di desa. Jadilah tulisannya seperti ini.

Tulisan adalah rangkaian kata. faktanya, saya pun masih menjalani sebagiamana semestinya fakta. Dan harapanku, dengan adanya ‘kabar’ tentang sejarah kita akan: mengambil yang baik, dan meninggalkan yang buruk. meneruskan yang baik dan melepaskan yang buruk. mengormati para pendahulu dan tidak mudah ‘menghakimi’ (orang yang memberi keputusan hukum) dengan mudah: ini salah, ini benar. Ini tepat, ini tidak tepat. Begitulah saya.

Belum ada Komentar untuk "Taufik Hidayat Autobiografi 3"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel