Membaca ulang ‘Keislaman’ Kanjeng Nabi Muhammad melalui Biografinya
Selasa, 04 April 2017
Tambah Komentar
Kita telah mengetahui bahwasanya tatkala kanjeng nabi Muhammad, mengokohkan keimanan tidak semudah membalikkan telapak tangan, tidak semudah beliau berdoa kepada Tuhan, sekali pun beliau adalah utusan Tuhan. Sekali pun beliau adalah manusia yang diutus Allah; tidak mudah untuk ‘membuat’ orang-orang mekah waktu itu percaya kepada kanjeng nabi, sekali pun kanjeng nabi telah diberi gelar ‘orang yang dipercaya’; banyak juga orang-orang yang tidak percaya. Sebab kepercayaan yang bakal ditawarkan kanjeng nabi bakal membuat pola kehidupan orang-orang terdahulu akan payah. Payah dalam apa? Kita telah mengetahui bahwa tatkala orang percaya kepada kanjeng nabi, maka secara otomatis orang-orang akan ‘patuh’ kepada apa-apa yang dikatakan kanjeng nabi; sementara orang-orang mekah sangat kuat memegang ‘status’ kekeluargaan.
Ringkas kata, kanjeng nabi menyampaikan islam tidak cepat, tidak gesit, namun efek yagn terjadi, tatkala orang-orang telah percaya kepada kanjeng nabi adalah orang-orang yang sangat-sangat dimuliakan dalam kedudukannya, yakni kedudukan secara dunia—sekaligus tentang akhiratnya—sebab, apabila mereka percaya kepada kanjeng nabi Muhammad, maka mereka mendapatkan siraman pengetahuan dari kanjeng nabi Muhammad yang itu adalah utusan dari Allah. sekali pun awalnya, mereka berjumlah sedikit, namun karena label ‘keimanannya’ mereka menjadi kokoh, karena mereka telah mengerti bahwa mereka adalah sama-sama manusia, manusia yang bakal mati, manusia yang bakal menjadi nama, manusia yang bakal mati juga; maka dengan ‘keimanan’ dalam dirinya kepada kanjeng nabi, menjadikan kehidupannya berarti dan mereka benar-benar pasrah dengan apa-apa yang terjadi.
Dan kita telah mengetahui itu; malah bahkan, sangat tidak asing terhadap apa-apa yang saya sampaikan, karena zaman sekarang, tebaran informasi tentang biografi kanjeng nabi Muhammad ada dimana-mana, dan berbahasa menurut apa-apa yang hendak dicari; zaman sekarang, zaman informasi, dengan cepat mampu mendapatkan biografi kanjeng nabi Muhammad, dengan cepat mampu mendapatkan informasi kanjeng nabi Muhammad: kita tinggal membaca. banyak buku sejarah tentang kanjeng nabi Muhammad, banyak buku terjemahan tentang kanjeng nabi Muhammad: atau bahkan kita sering mendengukan tentang berjanji atau simtut dhuror. Zaman sekarang adalah zaman informasi, dan informasi tentang kanjeng nabi Muhammad sangat banyak, banyak sekali. Tujuan saya menyampaikan adalah tentang mengingatkan ulang tentang apa-apa yang telah kita ketahui.
Kemudian, saat awal-awal kanjeng nabi menyampaikan islam, dengan hati-hati beliau menyampaikan, hingga suatu ketika beliau menyampaikan secara terang-terangan tentang keislaman, yakni tentang keimanan. Tema keimanan, digembar-gemborkan untuk lingkungan arab. Sekali pun tetap ditolak, sekali pun tetap disangkal, tetap saja disampaikan. Penyampaiaan keimanan ini bukan waktu yang sebentar, dan kita mengetahui bahwa penyampaiaan keimanan ini bukanlah waktu yang sebentar, sekali pun yang menyampaikan adalah manusia yang diutus oleh Allah. Sekali pun yang menyampaikan itu adalah Rasulullah.
Karena kanjeng nabi, katakanlah, belum berhasil, dan orang-orang yang mempercayainya semakin ditekan olehnya—dan kita juga telah mengetahui tentang hal itu, kita mengetahui bahwasanya umatnya kanjeng nabi awal-awal islam ada, sangat-sangat ditekan oleh orang-orang mekah—maka kanjeng nabi pindah di suatu tempat, tempat yang memang telah disediakan untuk ditempati, tempat yang mempercayi dengan adanya kedatangan nabi Muhammad, yakni orang-orang yang beragama turunan nabi Ibrahim, yakni, agama yahudi dan agama nasrani: maka kanjeng nabi, bersama dengan rombongannya pindah ke madinah (Kita juga telah mengetahui, bahwa sebelum dikatakan madinah, dulu disebutnya dengan julukan yastrib); yang seringkas kata, di madinah inilah kanjeng nabi mendapatkan petunjuk untuk ‘mengeksiskan’ keimanan. Yakni, mewujudkan rupa-rupa keimanan, yakni dengan adanya aturan-aturan.
Mengapa aturan itu diberadakan? Karena disana adalah kehidupan normal, yang tidak tertekan dengan unsur kepentingan atasn nama ‘keagamaan’. Peraturan demi peraturan diberjalankan, karena orang muslim harus taat kepada kanjeng nabi, maka kanjeng nabi menjadi sosok utama, atau sorotan untuk diperhatikan. Maka bersamaan itu, kanjeng nabi menjadi referensi utama orang-orang yang hidup di madinah.
Yang selanjutnya, karena ‘ini’ berkaitan dengan agama, berkaitan dengan agama-agama sebelumnya, yakni umatnya kanjeng nabi Ibrahim, maka tentu saja, kanjeng nabi harus mendatangi mekah, tujuannya, tentu untuk ibadah.
Jika ditanya mengapa harus ke mekah? Begitulah jawabnya.
Jika ditanya mengapa harus rela-rela ke mekah padahal di madinah itu telah damai? Jawabnya, karena mekah adalah pusatnya orang-orang yang percaya kepada agama tauhid, yakni agama-agama yang dibawa nabi-nabi sebelumnya, maka secara otomatis, cepat atau lambat, akan didatangi kanjeng nabi Muhammad, syaratnya, tentu kanjeng nabi Muhammad penting menyampaikan islam secara hebat di madinah, gunanya untuk mengokohkan kepercayaan para penganutnya.
Semakin iman menguat, maka tentu semakin percaya kepada kanjeng nabi Muhammad yang itu adalah utusan Allah.
Tatkala keimanan itu menguat, maka mereka mendatangi mekah bergerombolan untuk ‘mengembalikan’ apa-apa yang disebenarnya adalah hak untuk beragama. tujuannya, tentu untuk menjadi manusia yang satu; manusia yang saling menyaling, manusia yang saling mengasihi, adil dan bijaksana kepada manusia lainnya.
Akhir kata, sesungguhnya saya kami tawarkan adalah: mari kita ingat ulang bagiamana kanjeng nabi Muhammad menyampaikan islam, dengan cara melihat kembali bagaimana biografi kanjeng nabi Muhammad. Jangan-jangan kita sejauh ini sering terjebak dalam system-epistemology namun lalai sesuau yang urgen tentang biografi kanjeng nabi Muhammad; atau, kita sering mendengar tentang beliau, namun kita ‘lalai’ dengan: bagaimana kanjeng nabi Muhammad begitu!
Rabbana la tuzigqulubana ba’da idhadaitana wahablana minladunka rahmah innaka antal wahhab. Amin.
Belum ada Komentar untuk " Membaca ulang ‘Keislaman’ Kanjeng Nabi Muhammad melalui Biografinya "
Posting Komentar