Nasihat: Tidakkah Cukup Ilmumu menyelamatkan 'Kelukaanmu'?
Selasa, 04 April 2017
Tambah Komentar
Tidakkah cukup dari seluruh pengetahuanmu mengobati lukamu; luka di dalam hatimu, luka di dalam pikiranmu? bukankah 'kelukaan' itu yang menderamu, yakni tetnang sesuatu yang bersarang dalam dirimu, tentang lintasan pemikiranmu; tentang hasrat pembacaan masa depan dan kaum-kaummu, tentang pembacaan masa-depan dan jalannya keakuanmu, tentang nilai-nilaimu dan sanjungan kata-kata yang ingin kau dapatkan, yang ingin menyerbu dalam panca-indramu?
Ingatlah, segala sesuatu itu kembali kepada-Nya, Taufik.
Ingatlah, segala sesuatu itu milik-Nya, taufik.
Segala sesuatu itu telah ditakdirkan oleh-Nya, Taufik.
Segala sesuatu telah direncanakan rapi oleh-Nya, Taufik.
Engkau memang boleh menggunakan 'akalmu' tapi ketahuilah kapasitas akal itu terbatas, Taufik; semakin engkau kencang menggunakan akalmu, maka sesungguhnya kegunaan akalmu itu untuk siapa? untuk menyelamatkan siapa? untukkah menyelamatkan orang-orang? tapi lihatlah dirimu, sekali lagi, lebih dalam; bukankah penting diselamatkan? Sekarang, siapa yang benar-benar mampu menyelamatkan 'sakit' yang kau dera itu? Orang-orang, itu pun jika mereka mengenalmu lebih dalam, jika pun orang-orang itu paham sungguh dengan lintasan pemikiranmu:
dan ketahuilah, apakah ibumu mampu menyelamatkan apa yang engkau pikirkan? Sungguh, keberadaan ibumu adalah sebagai alat yang penting digunakan untuk menyelamatkan: ringkas kata, sekedar alat. sementara yang luka adalah sesuatu di dalam dirimu, dan ibumu tidak sanggup menerobos tentang dirimu.
Apakah aku? Sungguh, keberadaanku adalah sekedar alat untuk menunjukkan apa-apa yang seharusnya engkau lakukan, dan pada akhirnya, yang menyelamatkan adalah dirimu sendiri. Engkau sendirilah yang mampu mengobati luka kedirianmu.
Memang mengobati luka secara sendiri adalah sangat sulit; tapi masalahmu ada pada dirimu, lantas bagaimana orang-orang mampu menerobos sementara engkau masih bergiat kuat pada soal-soal pemikiran?
Oleh karenanya, terimalah realitas yang terjadi seterima-terimanya; janganlah engkau protes terlalu dalam dengan pemikiranmu.
INGATLAH, manusia mampunya berusaha, tuhanlah yang menentukan.
Manusia sekedar merencana, Tuhanlah yang menghendaki.
Sekarang, tidakkah cukup pengetahuanmu 'mengobati' luka yang bersarang dalam dirimu? Katakan padaku, apa sesungguhnya sayatan luka dalam dirimu sehingga engkau mengklaim bahwasanya itu adalah luka?
Apakah tentang gambaran masa-depan?
Jawabku, kenapa tidak kau pasrakan kepada Tuhan.
Apakah tentang gambaran umat masa-depan?
Jawabku, kenapa tidak serealistis pemikiranmu di masa sekarang?
Apakah tentang muslim masa depan?
Jawabku, kenapa tidak kau muslimkan dirimu di masa sekarang.
Ketahuilah, status muslim itu paling banter dan harusnya paling cepat adalah terkhusus untuk dirimu, Taufik, harusnyat terspesialkan untuk dirimu: maka jadikanlah dirimu menjadi orang yang muslim, taatilah keimanan itu dengan kuat dan kokoh, jika engkau tidak tahu, maka engkau mencari tahu.
Jika engkau tahu, maka teguhkanlah pengetahuanmu.
Jika engkau merasa tertekan dengan rumus-rumus keimanan, kembalilah mengingat bahwa semua adalah milik-Nya, semua telah direncanakan oleh-Nya, maka tenanglah dengan seusaut yang terjadi. Bersabarlah dengan sesuatu yang menimpamu; begitu jugalah para ulama menyikapi hidup, Taufik, begitu juga para nabi menyikapi hidup, Taufik.
Kau pikir ulama tidak merasakan yang kamu rasakan?
Ingatlah mereka pun manusia, Taufik.
Kau pikir para nabi tidak merasakan apa yang kamu rasakan?
Ingatlah, mereka juga pun adalah manusia, Taufik.
Manusia yang memiliki hasrat kemanusiaan; yang mempunyai sesuatu dari suatu mahluk yang bernama manusia.
Jika engkau mengeluh terhadap sesautu yang menimpamu.
Jawabku, bukankah engkau adalah manusia? maka terimalah kemanusiaanmu, Taufik: ingatlah, engkau pun berpengetahuan, memangnya tidakkah cukup pengetahuamu menyelamatkan kelukaanmu, Taufik?
Belum ada Komentar untuk " Nasihat: Tidakkah Cukup Ilmumu menyelamatkan 'Kelukaanmu'? "
Posting Komentar