Tancapkan Kronologi Filsafat Dalam Akalmu








Engkau harus tetap ingatkan tentang kronologi filsafat dalam ingatanmu, yakni bentangan waktu filsafat dalam ingatanmu, dengan begitu perlahan-lahan engkau akan merasa kurang terhadap ilmu-filsafat: apakah kata-kataku bisa dipahami?

Begini:

Kenyataanmu sekarang, itulah kenyataanmu. Dan filsafat itu sebagai ilmu. Ingat, filsafat itu sebagai ilmu, Fik. Jangan dulu gegabah dengan klaim bahwa kamu adalah filosof; tapi tempatkan dulu bahwa filsafat itu sebagai ilmu, sebab apa-pun itu tentang kehidupan bakal membicarakan sejarahnya. Siapa namanu? Siapa orang tuamu? Darimana asalmu? Begitulah pembicaraan tentang sejarah, atau pembicaran tentang pendahulu-pendahulunya: apakah sampai disini bisa dipahami?

Artinya, engkau harus mengingat dulu garis-besar kronologi filsafat, dan ukuran termudah mengkaji filsafat itu memang dari barat, yakni dari yunani: maka buatlah bentangan waktu dari era Socrates sampai sekarang, dan itu harus terngiang dalam kepalamu, dalam cangkang pemikiranmu (ingat, harus ingat dalam ingatamu; sebab engkau pelajar filsafat, kalau engkau tidak ingat itu, maka engkau akan payah. Dan ketahuilah, setidaknya engkau sejenak mengetahui itu; mengetahui jalinan waktu itu; jangan dulu gegabah dengan klaim, memahami itu, perlahan-lahan. Yang jelas, ingat mulai era Socrates sampai sekarang, begitu saja). yang kemudian, berjalannya waktu, maka tambahkanlah ‘ingatanmu’ tersebut untuk memenuhi hafalanmu tersebut.

Jika engkau bertanya, Apakah itu harus dihafalkan dalam cangkang pemikiran?

Jawabku, tentu engkau harus hafal dalam cangkang pemikiranmu, karena engkau akan mengkaji filsafat; jika tidak seperti itu, maka engkau akan ‘kepayahan’ dalam mengkaji filsafat. Namun, tetap juga ingat, bahwa realitasmu tetap saja realitas yang sebenarnya; dan ketahuilah yang sedang engkau pelajari adalah tentang ilmu filsafat.

Dan keberadaan saya di sini adalah upaya ‘mengaktifkan’ rasiomu untuk mempermudahkan tentang kajian filsafat; yang harus dihafal tentang kronologi pokok filsafat, setidaknya kurun waktu filsafat, dan pembacaanmu harus memegang sejarah itu (Jangan terburu untuk membaca tentang pemikirannya si filsuf itu, tapi tetap focus pada pertalian-sejarah, sebab membaca pemikiran filsuf itu tidak gampang, apalagi buat orang yang tidak rajin membaca. Mengapa payah? Sebab teks-teks yang ditawarkan adalah teks-teks yang tidak asing buat dirimu, yakni berbahasa sederhana, tapi diulang-ulang dan engkau kewalahan. Bukankan istilah ‘pemikiran’ sebenarnya adalah tentang bagaimana kamu berpikir dan itu harusnya biasa? Bukankah istilah ‘pengalaman’, ‘pengetahuan’, ‘hidup’, ‘benar’, ‘baik’, dan seterusnya adalah diksi yang biasa diucapkan, dan itu harusnya kita paham, tapi malah tidak paham. Oleh sebabnya, tetapkan memegang tali-sejarah filsafat.); lalu gandeng-gandengkan dengan sejarah yang engkau dapatkan, masukkan pengetahuan sejarah yang engkau ingat. Misal, islam: islam tahun 600 masehi, pada filsafat-barat bertemu pada abad pertengahan.

Jika engkau bertanya, mengapa harus filsafat-barat?

Jawabnya, sebab filsafat-barat itu lebih terdata, dan mempunyai bukti nyata. sebab filsafat india, filsafat cina, lebih cenderung pada sisi mistis atau etika; sementara filsafat barat adalah umum, cangkupannya luas. (Yang pasti, jangan dipersoalkan tentang hal itu. ringkas kata, belajar filsafat melalui barat itu lebih mudah dibanding filsafat lainnya.)

Dan kembali tentang pertalian sejarah:

Maka semakin lama engkau membaca, masukkanlah pengetahuanmu sebelumnya yang berkaitakan dengan sejarah. Bila perlu engkau membuat tabel pada kertas, lalu dituliskan 500 sebelum masehi sampai 2017 Masehi. Dan engkau jangan berkata, wah terlalu panjang dan ribet sekali; terlalu lama dan panjang sekali. Terlalu banyak, dan banyak sekali.

Jawabku, begitulah belajar filsafat, sarat dengan sejarah. Begitulah belajar filsafat, harus paham sampai keakar-akarnya. Namun, tetaplah ingat, hidupmu itu adalah kenyataan yang sebenarnya, yakni engkau bertemu dengan orang-rang lain, dan engkau hidup dalam kenyataan. Ingatlah, filsafat itu adalah ilmu. Kelak, jika engkau lebih sibuk dengan diksi-diksi filsafat, atau kehidupanmu telah masuk atau bersyarat menjadi pemikiran yang filosofis tentu saja engkau menjadi filsuf. Itu pun kalau orang-orang mengakukan dirimu menjadi filsuf. Kalau tidak, maka engkau pasti sibuk dengan diksi-diksi filsafat, karena engkau itu pengkaji filsafat.

2017

Belum ada Komentar untuk " Tancapkan Kronologi Filsafat Dalam Akalmu "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel