Nasihat: Tentang Kehidupan yang Sebenarnya




Jika akalmu atau dirimu, mulai merasakan kontra dengan realitasmu; artinya, belum terjadinya kesepakatan antara teori dan praktek, maka disinilah mulai bekerjanya 'rasiomu', mulai aktifnya 'pengalamanmu' dan ketahuilah bahwa setiap orang sering mengalami hal tersebut, dan itu adalah wajar. Sebab akal mempunyai daya pembenaran; ingatlah rumus ilmiah, bahwa ukuran kebenaran itu dari sejarah, atau dari data-data pengalaman (empiris) yang kemudian menjadi 'pijakan' untuk berpikir.



Begitulah hidup yang sesungguhnya! Begitulah kesungguhan hidup; seringnya bermain-main dengan tali pengalamannya, yang bertujuannya adalah untuk mendamaikan apa yang tidak terdamaikan; untuk menyenangkan apa yang tidak tersenangkan. Begitulah hidup yang sesungguhnya; yang bertujuan untuk senang dengan apa yang terjadi. Untuk senang dengan apa-apa yang dilakukan;



Dan untuk mendapatkan itu maka dibutuhkan:

Kebenaran

Keadilan



Benar untuk umum, dan adil untuk umum; sekali pun sebenarnya benar untuk mempermudahkan keindividuan dalam keumuman dan adil untuk mempermudah keindividuan dalam keumuman.



Begitulah hidup yang sesungguhnya; yang setiap individu membutuhkan kebutuhan individu, dan orang-orang telah mengetahui apa yang dibutuhkan individu:

sandang

pangan

papan



Itulah awalnya unsur-unsur kemanusiaan. Tiga pokok itulah yang menjadi unsur utama kemanusiaan; sekarang, apakah engkau telah bijak menyikapi ketiga hal tersebut?



Ketahuilah bahwa dahulu kala pun 'hidup' tidak harus dipatenkan terhadap tiga kata kunci tersebut, tidak harus; melainkan sekedar mampu mencukupi kebutuhan yang manusia butuhkan.



Apakah itu yang manusia butuhkan?



Jawabnya, apa-apa yang mampu 'ditangkap-panca-indra' itulah kebutuhan manusia? andai manusia tidak dibekali dengan panca-indera, maka tentu, manusia tidak membutuhkan itu semua. Terlebih lagi, andai manusia tidak dibekali kemampuan untuk berpikir 'akal' tentulah manusia tidak akan seribet seperti-sekarang-ini;



Manusia laksana hewan yang sekedar membutuhi kebutuhan kemanusiaannya; yang mana membutuhkan makan, tidur, serta hasrat-seksual; yang tujuannya, karena memang begitulah yang diterapkan takdir menjadi manusia; seperti hewan , manusia bakal berdaya diri untuk menjaga lingkungannya, ingin berkuasa dengan yang lainnya, dengan cara; adu kekuatan atau adu ketangkasan--maka terjadilah peperangan hewan satu sama lain, dan yang menang, itulah yang berkuasa.



Namun, manusia mempunyai daya-berpikir, inilah kuncinya, Taufik; manusia mampu berpikir, inilah keutamaanny, Taufik. Dengan bepikir, yang sekarang menjadi seperti sekarang ini, ini pun akibat dari apa-apa yang manusia telah pikirkan; bukankah engkau melihat dengan terang, bagaimana perkembangan sejarah ilmu, Taufik? Ilmu yang baru adalah pelengkap dari ilmu yang lama. Dan ilmu yang baru adalah penyempurna dari ilmu yang lama; dan tujuan keagamaan adalah berdaya diri untuk ukuran benar secara moral dan akhlak; yang itu berkaitan dengan keadilan.



Wal-hasil, status ulama itu senantiasa berbeda dengan status orang-orang ingin berkuasa.

status ulama itu berbeda dengan status orang-orang yang berhasrat ingin menguasai.

status ulama itu menyampaikan apa-apa yang sebenarnya 'kemanusiaaan' itu mengetahuinya.

status ulama itu mengabarkan apa-apa yang sebnarnya 'kemanusiaan' itu mengetahui.

Dan saya memberitahumu perihal ini, karena aku ingin engkau lebih bijak menyikapi hidup yang sebenarnya:

Bahwa cangkupan ulama, atau lingkungan ulama itu adalah bermacam-macam masyarakatnya, yang itu harus menyesuaikan daya pikir-masyarakatnya; dan tidak memaksa masyarakat untuk lebih berketat menjauhi keduniaannya, tapi bagaimana rakyat itu mampu memegang sisi kemansuiaannya, begitu saja; yang itu tentang kebenaran dan keadilan, tentang kebaikan dan tentang belas-kasihan.



Jika engkau berkata padaku, apa itu ulama?

Jawabku, orang yang mengetahui tentang kehidupan.

Jika engkau protes dengan mengembelkan bahasa!

Jawabku, ulama adalah orang yang tahu.

Jika engkau bertanya, apa itu orang yang tahu?

Jawabku, orang yang tahu tentu tahu apa yang akan dilakukan dan apa yang menjadi tugasnya diadakan.l



Akhir kata, kalau engkau mengetahui 'kehidupanmu yang sesungguhnya' maka tentu engkau mengetahui tugasmu, mengetahui peranmu yang itu tentang hidupmu, tentang kemanusiaanmu. Dan jika engkau merasa berat atau terpusingkan dengan apa-apa yang aku sampaikan; ingatlah, ini adalah tentang ilmu, maka bersabarlah.



2017

Belum ada Komentar untuk " Nasihat: Tentang Kehidupan yang Sebenarnya "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel