Jalinan Murid Dan Guru






Karena system pendidikan, maka saya dikenai tugas, yang mana tujuan dari tugas untuk mendapatkan nilai dari system, maka disuruhlah saya untuk meresume buku, yang tujuan utama, tentunya untuk pendapatan diriku terhadap keilmuanku. Kepentingan disini, sesungguhnya ‘bukanlah’ kepentingan dosen atau guru, yang itu berkaitan dengan nilai. Guru itu berstatuskan memberikan nilai untuk mengukur kapasitas muridnya terhadap keilmuannya.



Guru itu mempunyai ‘status’ untuk menjadi hakim terhadap keputusan yang telah dikerjakan murid. Walau kebutuhan ilmu itu sesungguhnya untuk murid itu sendiri.



Murid tertuntut untuk menjalankan apa-apa yang ditawarkan guru, karena murid adalah penerus dari guru tersebut. Maka dianjurkanlah si murid untuk mengetahui apa-apa yang dikerjakan guru, artinya si murid adalah generasi selanjutnya dari si guru. Maka sudah pasti, jalinan di antara kedua murid itu sangat penting. Sangat penting, karena si murid adalah penerus dari apa-apa yang diperjuangkan si guru.



Terlepas dari itu, saya kembalikan terhadap peran ilmu itu sendiri. Karena sesungguhnya kegunaan ilmu itu terkhusus kepada si murid, karena si murid yang mengerjakan sesuatu yang diperintah guru. Si guru berusaha untuk membimbing (walau pada dasarnya, bimbingannya itu mengikuti aturan system. Aturan system yang telah disepakati. Atua undang-undang dari lembaga pendidikan itu sendiri), namun sayang, agaknya, status sekarang, guru, kurang mengabaikan terhadap perannya sebagai guru. Kurang memahami ulang tentang ‘pentingnya’ guru untuk membimbing muridnya, yakni membimbing pemikirannya untuk hal keilmuan, terkhusus terhadap visi apa yang akan dicapai oleh si murid. Tujuan apa yang hendak dicapai oleh si murid. Guru tidak serta-merta memberikan ‘tugas’, ‘tugas’ dan ‘tugas’, lebih-lebih sekedar menjalankan system yang telah disepakati.



Memang baik kalau guru menaati system yang telah disepakati, namun penting untuk menjalankan system secara total terhadap apa yang telah disepakati. System total itu berkaitan juga dengan kejiwaan, atau kedalaman diri, atau ideology dari guru itu sendiri. Guru, baiknya tidak sekedar mengajar dan menyampaikan apa yang sebenarnya hendak disampaikan, namun juga mementingkan bagaimana perkembangan si murid, maka tepatnya di situlah ada peran dari guru pembimbing. Yakni membimbing murid secara total secara akademik. Yang sebenarnya, hal itu, telah teradakan di dalam system pendidikan. Telah ternyatakan di dalam undang-undang pendidikan atau bahkan telah teradakan pada aturan pendidikan. Bahwa persoalan pendidikan, bukan terletak pada sistemnya, melainkan pada pelaku-pelaku system itu. yang mana letak utamanya bukan pada ‘eksisnya’ melainkan ‘esensinya.’



Kembali kepada tugas.



Karena system pendidikan, maka saya mendapatkan tugas, yang tentu, tujuan utama diberadakan tugas itu terkhusus untukku, untuk kemajuan keilmuanku: artinya kemajuan ialah proses terhadap pemahamanku. Pemahaman terhadap apa yang aku pelajari. Dengan adanya system-pendidikan, maka hal itu lebih teratur, lebih terkendalikan, lebih terkontrol, namun tentu saja, jika berbeda-beda guru, yang mana di antara guru-guru tidak ‘sepakat’ tidak mempunyai kesepakatan atau jalur yang sama, maka tentu itu akan ‘payah’ ditangkap murid; karena telah terjadi ‘perbedaan’ di antara orang yang berada pada satu system.





Tulisan ini mungkin sedikit payah untuk dipahami, namun titik tekanku: bahwa keilmuan itu, interaksi antara murid dan guru, dan murid itu mengikuti apa-apa yang diperjuangkan guru. 2017-10-07

Belum ada Komentar untuk "Jalinan Murid Dan Guru"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel