KEPUTUSAN
Selasa, 10 Oktober 2017
Tambah Komentar
Keputusan, yakni kau
memutuskan sesuatu. Hati-hati, seketika kau menjadi ‘hakim’ (orang yang
menghukumi: memberi hukum) yang kurang jeli mengambil keputusan. Kenanglah,
Taufik, setiap apa-pun itu, tindakan atau kata-katamu, itu adalah putusan dari
apa-apa yang telah kau dapat: entah itu secara panca-indera atau dari referensi
teks demi teks, itulah yang terputuskan dari dirimu. Oleh karenanya kau penting
hati-hati. Maksud dari hati-hati adalah bersikap waspada.
Keputusan itu membuat
efek, Taufik.
Keputusan itu
berefek, Taufik.
Keputusan itu
menimbulkan sesuatu, Taufik.
Agaknya, setiap kata
itu terkesan sekedar kata, namun kau seorang penyair, tentu kau mengetahui
bahwa satuan kata itu terjadi tidak begitu adanya, satuan kata tercipta tidak
begitu adanya. Tidak seketika.
Lebih-lebih kau pengkaji filsafat, tentunya, bagimu kata adalah sesuatu
yang sangat luar biasa: sampai-sampai pada era kontemporer, atau tepatnya abad
20 bersibuk pada kata, yakni filsafat analitik.
Kesibukan pada kata
menjadikan mereka gencar mengamati satuan kata demi kata. sebab, kata itu tidak
berdiri dengan sendirinya, ada yang berkaitan (berhubungan, jalinan) dengan
dirinya. itulah yang dikatakan para filsuf strukturalisme, yang berkaitan
dengan structural. Begitu juga dengan keputusan.
Apakah kau teringat,
bagaimana ‘si hakim’ mengambil keputusan tatkala mereka duduk di sidang
pengadilan?
Katamu, “Hidup kan
tidak harus seserius seperti di meja pengadilan.”
Jawabku, “Apakah kau
akan mendustakan apa yang kau percayai? Bukankah kau percaya Allah itu ada,
Allah itu mengawasi gerak-gerikmu dan kelak akan menjadi hakim bagi dirimu?”
Katamu, “Ah
sedikit-sedikit kau berbicara tentang Tuhan.”
Jawabku, “Bukankah
kau percaya kepada-Nya? Mengapa kau menyangkal sendiri apa yang kau percayai?”
Ketahuilah, keputusan
yang kau ambil hari ini, tentu itu akan berdampak pada kemudian hari, akan
berdampak pada hari esok. Tiap-tiap kata yang kau gelontarkan hari ini, itu pun
mempengaruhi tentang kehidupan kelak. Sangat-sangat mempengaruhi. Sebab,
manusia itu pasti dan bakal membicarakan masa-lalu, lebih-lebih di saat
keadaanmu (lingkunganmu, atau negaramu) berstatuskan damai. Maka sudah pasti,
mempunyai kesempatan untuk mendoker-doker masa-lalu, dan disaat itulah
keputusanmu atau tiap-tiap yang kau kerjakan akan terbongkar dengan jelas.
Bukankah begitu tatkala kau mencari tentang keakuanmu? Kau temui tentang seluk
beluk kedirianmu, kejadian-kejadian yang terjadi pada masa dulu. Sebabnya, karena ‘statusmu’ damai. Andai statusmu itu perang, tentu saja, kau
tidak akan sibuk dengan mendoker-doker masa-lalu, melainkan masa-lalu dijadikan
ajang untuk melihat gerakan depan. Ringkasnya, yang lebih diutamakan tentang
masa yang terjadi, yang berkaitan dengan masa-depan, bukan tentang
masa-lalunya.
Sekarang kembali
tentang keputusan:
Akhirnya—ya! Aku
memberitahumu tidak terlalu lama--
waspadalah saat kau mengambil keputusan. Keputusan yang apa: yakni,
kata-katamu (lisanmu), gerak-gerikmu, dan sesuatu yang kau tetapkan. Apakah hal
itu mengingatkanmu tentang pengertian hadist? Bahwa setiap kata, gerak, dan
ketetapan Nabi, itulah hadist. Jawabku, tetaplah tiru Kanjeng Nabi Muhammad,
baginya terdapat teladan yang baik.
Begitu ya…
Belum ada Komentar untuk "KEPUTUSAN"
Posting Komentar