WIBAWA







KBBI wi·ba·wa adalah 1 pembawaan untuk dapat menguasai dan mempengaruhi dihormati orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik: contoh dengan penuh wibawa pemimpin itu berhasil menenangkan massa yang gelisah; 2 kekuasaan;



ber·wi·ba·wa v mempunyai wibawa (sehingga disegani dan dipatuhi): seorang pemimpin haruslah berwibawa.



Keterangan ‘v’ disini artinya: ver·ba /vĂ©rba/ n Ling kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan; kata kerja; secara lisan (bukan tertulis)



Sekarang, mari kembali ke penguraian wibawa yang tertera di atas. Di sana disebutkan:



Pembawaan (yang terbawa dari individu) untuk dapat menguasai (yang berkaitan dengan penguasaan) dan mempengaruhi (orang yang diajak berdialog atau berinteraksi terpengaruh; terkena pengaruh) dihormati orang lain melalui sikap (si·kap n 1 tokoh atau bentuk tubuh: contoh, sikapnya tegap; 2 cara berdiri (tegak, teratur, atau dipersiapkan untuk bertindak); kuda-kuda (tentang pencak dsb): contoh hebat sekali sikapnya ketika akan mengucapkan sumpah; tepat sekali sikap adik ketika menangkis pukulan itu; 3 perbuatan dsb yang berdasarkan pada pendirian, keyakinan: contoh rakyat akan selalu mengutuk sikap pemimpin-pemimpinnya yang kurang adil itu; 4 perilaku; gerak-gerik sikap di panggung sangat berbeda dengan sikapnya sehari-hari) dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik.



Mari dipersimpelkan (dipersimpel dalam arti lebih dipotong) pengertian dari wibawa itu, yakni, pembawaan untuk dapat menguasai dan mempengaruhi. Kedua, yang mempunyai daya tarik (manusia yang lain seakan tertarik kepada dirinya).



Namanya juga pembawaan, maka itu laksana sesuatu yang tertera atau melekat di dalam didirinya, yang tentunya disertai dengan ‘ketentuan’ bahwa itu harus menjadi bawaan. Atau kalau hendak menjadi seperti itu, maka harus belajar untuk menjadi wibawa. Apakah bisa untuk menjadi wibawa? Saya berpikir untuk menjadi berwibawa, ada pelatihannya. Kalau mengikuti pengertian di atas, termasuk di sebutkan tnetang pemimpin yang berwibawa. Maka harus mengerti syarat untuk berwibawa.



Pertama, mempunyai sesuatu yang untuk menarik orang.



Kedua, mempunyai sesuatu didalam dirinya yang kokoh sehingga mampu menarik orang.



Ketiga, penataan sikap dan tingkah laku.



Selain itu, urutannya pun tidak harus berurutan sebagaimana yang telah saya paparkan, sebab, jika mempunyai sesuatu yang itu untuk menarik orang, berarti ‘apa’ yang dilakukan harus didayakan untuk orang-orang tertarik, artinya laksana orang jualan, berupaya keras untuk menjadikan orang ‘tertarik’ dengan apa yang ditawarkan. Untuk hal sosial atau realitas, maka hal itu penting ‘ditepiskan’. Artinya, tatkala melakukan sesuatu penting ikhlas dan tidak berharap orang-orang tertarik, jika pun ada orang yang tertarik, maka tentulah segala puji dikembalikan kepada-Nya.



Sehingga efek kemudian, ia harus mempunyai sesuatu di dalam dirinya, seharusnya memang benar-benar mengerti tentang keakuannya, hingga kemudian orang tertarik dengan apa yang dilakukan.



Yang terakhir, bisa jadi menjadi yang pertama—ini rumus sebuah lingkaran—bahwa itu lingkaran, maka tentunya saling berkesambungan satu sama lain. Lebih-lebih berkaitan dengan sikap dan tingkah laku, maka si aku penting mampu menempatkan diri. Jika pun ingin mendapatkan pada poin pertama, maka penting mengerti tentang ‘keakuan’ orang lain, sehingga orang lain tatkala ia berbicara atau melakukan sesuatu laksana menjadi wakil orang berbicara atau tentang keperlakuan.



Sedikitnya begitulah tentang wibawa.

Belum ada Komentar untuk " WIBAWA "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel