MENYIKAPI ZAMAN INTERNET






Kataku, “Bagaimana kita menyikapi zaman internet?



jawabmu, “Maksudmu menyikapi yang apa itu?”



Orang-orang mulai bermain dengan internet, di sana ada tawaran pengetahuan dan tawaran kesenangan, yakni sebuah negeri pilihan, yang setiap individu mampu memilih. Jadi bagaimana kita menyikapi zaman yang seperti itu?



Jawabmu, “Maksudmu itu kita siapa? Aku atau kamu?”



Tentu saja, kita, yakni aku dan kamu: bukan tentang kesatuan aku, melainkan kita. Kita, yakni, itu aku dan kamu. Dan seterusnya aku-aku yang lain.



Jawabmu, “Seharusnya kita harus cerdas menyertakan ‘siapa’ yang dimaksudkan itu. Jika kamu bertanya, bagaimana aku menyikapi zaman internet. Tentu aku akan menjawab dengan cepat. Namun, karena kamu bertanya ‘kita’, tentunya harus diketahui lebih jeli. Siapa ‘kita’ yang dimaksud. Karena ada perbedaan yang jelas: yakni, aku dan kamu. Maksudnya kamu mempunyai pemikiran yang itu berbeda dengan pemikiranku. Artinya lagi, sudut pandangmu itu berbeda dengan sudut pandangku. Tangkapanmu itu berbeda dengan tangkapanku. Lingkungan-kehidupanmu berbeda dengan lingkungan-kehidupanku. Tanggung-jawabmu berbeda dengan tanggung-jawabku.



Bukan berarti ini sarat dengan nilai keakuan, namun ini berkaitan dengan tanggung-jawab yang menimpa dirinya sendiri. Pertanyaanku, sudahkah kau menanggung-jawabi apa yang kau kerjakan itu? Setidaknya, apakah kau mengerti apa tanggung-jawabmu. Sungguh, sekarang pengetahuan tentang tanggung-jawab individu itu sangat penting. Wal-hasil, saat kau lontarkan kepadaku, bagaimana kita menyikapi zaman internet? Maka bagiku, memang sudah begitulah zamannya. Aku tidak bisa menolak, tidak bisa juga menghelak. Memang begitulah zamannya. Beginilah keadaannya:



Orang-orang mulai sibuk dengan gadgetnya. Sibuk mematai apa-apa yang dimaunya. Manusia ‘bebas’ memilih apa yang mau dipilihnya. Manusia ‘bebas’ mencari apa yang hendak dicarinya. Manusia ‘bebas’ melihat apa yang hendak dilihatnya. Manusia ‘bebas’ mendengar apa yang hendak didengarnya. Namun kebebasan itu tetap saja terikat, yakni terikat dari hukum. Karena kita berada di negeri hukum. Entah itu hukum Negara atau hukum agama titik.



Kemudian, marilah aku dayakan untuk menjawab pertanyaanmu: bagaimana kita menyikapi zaman internet ini? Jawabku, sikapilah dengan bijaksana: ambillah yang baik, kalau kau menggunakan. Gunakanlah seperlumu, jangan berlebihan. Carilah semaunya, menurut apa yang penting kau cari. Yang kemudian, pada akhirnya dikembalikan tentang tanggung-jawab individu. Sudahkah kau bertanggung jawab dengan apa yang menjadi statusmu.



Dan mari kita bicarakan tentang status. Apa yang disebut dengan ‘status’ di zaman seperti ini? Status yang keperjelasan tentang identitas diri. Siapa aku? Siapa aku? Siapa aku? Wal-hasil, hal itu mengembalikan tentang perannya: keakuan. Setiap orang harus mengetahui tentang keakuannya. Setiap orang harus mengerti tentang tugas-tugasnya, dan harus bertanggung-jawab dengan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Ringkasnya, sikap yang diambil buat zaman ini: terimalah keadaan yang memang menjadi seperti ini, dan tanggung-jawablah dengan apa yang itu menjadi statusmu. ”



Kataku, “Tanggung-jawab ilmiah atau tanggung-jawab apa? Sungguh kali ini aku merasa ‘terbodohkan’ oleh kosakata yang menugrub pemikiranku. Seakan aku merasa ‘terbodohkan’ akan hal yang sebenarnya telah terang benderang itu. seakan, mendadak aku tidak mengerti tentang ‘tanggung-jawab’. Mohon terangkanlah.”



“Begini saja: kau mempunyai pekerjaan, maka itulah tanggung-jawabmu, menyelesaikan pekerjaanmu. Kau mempunyai agama, maka kau bertanggung-jawab tentang agamamu. Begitulah seterusnya. Kau menjadi ‘rakyat’, maka tanggung-jawabmu tentang rakyat. Kau menjadi ‘murid’, maka tanggung-jawabmu sebagai murid. Kau menjadi ‘guru’, maka tanggung jawabmu tentang keguruanmu. Begitulah seterusnya. Apakah bisa dimengerti? Atau setidaknya kau sekarang berusaha mengingat-mengenang tentang keakuanmu, atau jangan-jangan kau belum mengetahui siapa dirimu. Kataku, siapa dirimu sesungguhnya? (Sejenak terdiam. Lalu meneruskan perkataan:) kalau kau tidak mengetahui, maka kau penting mengetahui itu. terlebih lagi, masak kau tidak mengerti dirimu, bukankah itu dirimu? Tentu, harusnya kau mengerti tentang hal itu.”



**

Belum ada Komentar untuk " MENYIKAPI ZAMAN INTERNET"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel