Pemilihan Pemimpin Secara Individu
Kamis, 05 Oktober 2017
Tambah Komentar
Kataku,
"Apa tanggapanmu terhadap pemilihan pemimpin secara langsung? Yang sering
kita lakukan itu, yang nyoblos di tempat pemilihan umum (TPU)."
Jawab,
"Bukankah bagimu itu sudah jelas, bahwa itu pemilihan yang pilih oleh
sendiri-sendiri, oleh tiap individu-individu. Prosesnya, setiap individu
nyoblos yang itu lewat dirinya sendiri (yang umumnya menggunakan tangannya--aku
tidak mau ribet bahwa sebenarnya menggunakan alat pencoblosan-- sendiri).
penting diingat, dipilih oleh dirinya sendiri.
Harusnya sudah
jelas., bahwa itu dipilih oleh diri sendiri. Individu per individu."
Kataku,
"apakah ini yang dimaksud dengan keindividuan yang kuat dan kokoh, keakuan
yang kuat dan mencolok, keakuan yang terang benderang?"
Jawab, "Aku
masih berusaha menangkap maksud tujuan dari pertanyaanmu. Arah apa yang hendak
kau maksud dari pertanyaanmu. Namun begini, yang jelas dan pasti:
Bahwa pemilihan
itu dilakukan oleh diri sendiri. Itu kata kunci. Diri-sendiri adalah kata kunci
yang kuat dan kokoh. Kita lihat secara prosedur atau pelaksanaan dari pemilihan
tersebut:
Orang-orang yang
terdaftar atau mempunyai hak pilih, datang ke tempat pemilihan umum.
Mengonfirmasi kedatangannya lalu menunggu antrian untuk menyoblos atau memilih.
Lalu dikasih selembaran, yang itu daftar pemilihan, yang didalamnya ada
orang-orang yang hendak dipilih. Lalu ‘individu’ itu, menyoblos atau memilih,
kemudian melipat kembali kertas ‘kertas’ (atau lembaran itu) dan terakhir
memasukkan ke kotak ‘pemilihan’ dan tangannya diberi tinta sebagai tanda bahwa
dia telah memilih.
Pilihan itu dari
diri sendiri. Lewat tangannya sendiri. Lewat dirinya sendiri. Sekali lagi, ini
kata-kunci untuk pemilihan.
Artinya
tiap-tiap individu mempunyai pilihan. Setelah itu, setelah proses itu selesai,
maka bakal diumumkan siapa yang terbanyak dari yang dipilih tersebut. Siapa
yang terbanyak yang dipilih? Itulah pemenangnya. Itulah yang sering orang sebut
dengan ‘pemenangnya’. Artinya, orang yang menang dari pilihan tersebut.”
Kataku, “Berarti
kalau kita milih itu, sesungguhnya bebas untuk memilih siapa yang mau kita
pilih?”
Jawab, “Benar.
Yang dipilih oleh individu itu bebas. Tidak ada paksaan untuk ‘eksekusi’
pemilihan. Tidak ada paksakan harus memilih ini. tidak ada: ini kebebasan
individu. Kenanglah proses pemilihan
tersebut:
Orang datang,
nyoblos yang itu di ruangan, lalu memasukkan pilihan ke dalam kotak.
Pertanyaanku: apakah saat proses nyoblos itu diganggu oleh individu-individu
yang lain? Atau saat proses nyoblos itu dimatai ‘harus’ menyoblos ini dan itu?
Atau saat proses nyoblos itu dibayangi atau disertai data-data harus menyoblos
ini? jawabku: pertama, saat nyoblos tentu tidak diganggu oleh individu yang
lain. Kedua, saat nyoblos itu tidak dimatai oleh individu yang lain. Ketiga,
inilah hasil dari sebelumnya, hasil dari penyebutan ‘dukungan’ itu, yang mana,
pihak yang terpilih itu sebelumnya ‘mempromosikan’ atau dicalonkan diri untuk
dipilih.
Kalau kau tidak
terikat oleh siapa-pun, maka kau menjadi orang yang bebas memilih. Namun,
biasanya individu itu mempunyai ikatan demi ikatan, orang-orang menyebutnya
sebagai tim-pendukung: entah itu kiainya atau keluarganya atau instansi dimana
mereka bekerja. Namun jika pihak kiai atau keluarga atau instasi tidak
menganjurkan untuk memilih ini dan itu, maka kau adalah pemilih yang bebas.
Artinya, bebas memilih siapa yang hendak kau pilih.
Entah kau
mengetahui atau tidak. Entah kau memahami atau tidak. Begitulah prosesnya.
Begitulah pemilihan secara langsung diselanggarakan. Begitulah pemilihan secara
langsung dikerjakan. Pertanyaanku: mengapa kau menanyakan hal itu kepadaku?
Maksudku, apa kepentinganmu menanyakan itu kepadaku?”
Kataku, “Aku
ingin mendengar apa katamu. Aku ingin mengetahui itu darimu.”
Belum ada Komentar untuk "Pemilihan Pemimpin Secara Individu"
Posting Komentar