Pemilihan Pemimpin Secara Individu





Kataku, "Apa tanggapanmu terhadap pemilihan pemimpin secara langsung? Yang sering kita lakukan itu, yang nyoblos di tempat pemilihan umum (TPU)."

Jawab, "Bukankah bagimu itu sudah jelas, bahwa itu pemilihan yang pilih oleh sendiri-sendiri, oleh tiap individu-individu. Prosesnya, setiap individu nyoblos yang itu lewat dirinya sendiri (yang umumnya menggunakan tangannya--aku tidak mau ribet bahwa sebenarnya menggunakan alat pencoblosan-- sendiri). penting diingat, dipilih oleh dirinya sendiri.

Harusnya sudah jelas., bahwa itu dipilih oleh diri sendiri. Individu per individu."

Kataku, "apakah ini yang dimaksud dengan keindividuan yang kuat dan kokoh, keakuan yang kuat dan mencolok, keakuan yang terang benderang?"

Jawab, "Aku masih berusaha menangkap maksud tujuan dari pertanyaanmu. Arah apa yang hendak kau maksud dari pertanyaanmu. Namun begini, yang jelas dan pasti:

Bahwa pemilihan itu dilakukan oleh diri sendiri. Itu kata kunci. Diri-sendiri adalah kata kunci yang kuat dan kokoh. Kita lihat secara prosedur atau pelaksanaan dari pemilihan tersebut:

Orang-orang yang terdaftar atau mempunyai hak pilih, datang ke tempat pemilihan umum. Mengonfirmasi kedatangannya lalu menunggu antrian untuk menyoblos atau memilih. Lalu dikasih selembaran, yang itu daftar pemilihan, yang didalamnya ada orang-orang yang hendak dipilih. Lalu ‘individu’ itu, menyoblos atau memilih, kemudian melipat kembali kertas ‘kertas’ (atau lembaran itu) dan terakhir memasukkan ke kotak ‘pemilihan’ dan tangannya diberi tinta sebagai tanda bahwa dia telah memilih.

Pilihan itu dari diri sendiri. Lewat tangannya sendiri. Lewat dirinya sendiri. Sekali lagi, ini kata-kunci untuk pemilihan.

Artinya tiap-tiap individu mempunyai pilihan. Setelah itu, setelah proses itu selesai, maka bakal diumumkan siapa yang terbanyak dari yang dipilih tersebut. Siapa yang terbanyak yang dipilih? Itulah pemenangnya. Itulah yang sering orang sebut dengan ‘pemenangnya’. Artinya, orang yang menang dari pilihan tersebut.”

Kataku, “Berarti kalau kita milih itu, sesungguhnya bebas untuk memilih siapa yang mau kita pilih?”

Jawab, “Benar. Yang dipilih oleh individu itu bebas. Tidak ada paksaan untuk ‘eksekusi’ pemilihan. Tidak ada paksakan harus memilih ini. tidak ada: ini kebebasan individu.  Kenanglah proses pemilihan tersebut:

Orang datang, nyoblos yang itu di ruangan, lalu memasukkan pilihan ke dalam kotak. Pertanyaanku: apakah saat proses nyoblos itu diganggu oleh individu-individu yang lain? Atau saat proses nyoblos itu dimatai ‘harus’ menyoblos ini dan itu? Atau saat proses nyoblos itu dibayangi atau disertai data-data harus menyoblos ini? jawabku: pertama, saat nyoblos tentu tidak diganggu oleh individu yang lain. Kedua, saat nyoblos itu tidak dimatai oleh individu yang lain. Ketiga, inilah hasil dari sebelumnya, hasil dari penyebutan ‘dukungan’ itu, yang mana, pihak yang terpilih itu sebelumnya ‘mempromosikan’ atau dicalonkan diri untuk dipilih.

Kalau kau tidak terikat oleh siapa-pun, maka kau menjadi orang yang bebas memilih. Namun, biasanya individu itu mempunyai ikatan demi ikatan, orang-orang menyebutnya sebagai tim-pendukung: entah itu kiainya atau keluarganya atau instansi dimana mereka bekerja. Namun jika pihak kiai atau keluarga atau instasi tidak menganjurkan untuk memilih ini dan itu, maka kau adalah pemilih yang bebas. Artinya, bebas memilih siapa yang hendak kau pilih.

Entah kau mengetahui atau tidak. Entah kau memahami atau tidak. Begitulah prosesnya. Begitulah pemilihan secara langsung diselanggarakan. Begitulah pemilihan secara langsung dikerjakan. Pertanyaanku: mengapa kau menanyakan hal itu kepadaku? Maksudku, apa kepentinganmu menanyakan itu kepadaku?”

Kataku, “Aku ingin mendengar apa katamu. Aku ingin mengetahui itu darimu.”

Belum ada Komentar untuk "Pemilihan Pemimpin Secara Individu"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel