Alur Desa Dan Lalai dengan Tugas Terhadap Sayyid Qutb
Jumat, 29 Desember 2017
Tambah Komentar
Kau lalai dengan tugasmu, lalai dengan tugasmu yang sebenarnya, ialah mengalisis konsep kenegaraan Kiai Sayyid Qutb. Mengapa kau lalai perihal itu:
Lagi-lagi kau tidak membaca tentang Kiai Sayyid Qutb. Kau malah menikmati alur-alur yang terjadi di desa, kau sibuk dengan dialog demi dialog; perbedaan demi perbedaan, dan kau malah lagi-lagi lebih memperdulikan tentang keluasan orang-orang.
Kiai Sayyid Qutb kau lalaikan (maksudku tentu tugas kuliahmu) tugas yang itu ditugaskan terkhusus untukmu. Bahasa lainnya, kewajibanmu. Ah bahasa itu, memang agaknya sederhana; namun manusia itu, tiap-tiap manusia itu mempunyai tugas yang diembannya sendiri. Mempunyai tugas tentang apa yang disematkan kepada dirinya? Ringkasnya, kalau kau tidak juga menyelesaikan tentang system akademikmu, maka kau masih terikat oleh system yang itu tentu mengacaukan pemikiranmu.
Maka, segeralah ingat kembali tentang Negara ala Sayyid Qutb.
Bagaimana Negara yang dikehendaki Sayyid Qutb? Bukan Negara yang itu atas nama ‘desa’; ketahuilah, Fik, desa dan Negara tentu saja berbeda jauh. Tutorial desa itu cangkupannya lebih kecil dibanding Negara. Negara itu luas.
Seringkali aku mengamati bahwa penempatan desa hendak kau tempatkan pada status kota. Dan orang-orang desa, tentu saja, berbeda dengan orang-orang kota, apalagi sekelas Negara. Tentu sangat jauh berbeda, dan itu tidak mudah di samakan.
Alur desa itu, pembacaan tentang pedesaan. Sementara alur kota itu, telah bercampur dengan hal-hal materi. Bukankah begitu kejadian-kejadian yang berlaku pada kitab-kitab sejarah, atau teks-teks sejarah yang bahkan pernah ada sekali pun.
Tatanan desa itu mengikuti tatanan kota, begitulah yang sering terjadi. Desa itu orang-orang yang terpinggir, bahkan tentang pengetahuannya; sangat berat bagimu jika kau harus mengangkat mereka secara total dan dianjurkan untuk cerdas secara menyeluruh. Jika kau harus menjadi seperti itu, yakni berdaya diri orang-orang desa harus cerdas lagi kritis, atau bahasa lainnya, berusaha membenahi tatanan pemikiran orang-orang desa, menuju pemikiran yang damai dan sejahtera yang itu ukurannya ruhani, maka ingatlah siapa dirimu.
Dirimu yang kurang status untuk berbicara itu. dirimu yang kurang gelar untuk berbicara itu. bukankah seringkali dirimu itu diremehkan perihal sesuatu yang sederhana? Yakni, tentang gelar akademikmu; yakni pelanggaran terhadap sistemmu. Dan ternyata, kau sendiri merasa ‘terkalahkan’ saat orang berkata tentang gelar akademik, tentang system. Maka jawabku:
“Kau harus selesai perihal akademik. Sehingga ketika orang berbicara kepadamu, mereka terlepas dari pembicaraan akademik. Yang ada ialah realitas yang fakta. Yang kemudian terus menerus dicari masalah dan mampu menjawabnya.”
Bukankah beberapa hari ini, kau lalai dengan studymu, tentang negaramu, analisis kritis terhadap pandangan kenegaraan Sayyid Qutb. Bahkan kau belum merancang bagaimana Negara menurut Sayyid Qutb.
Setidak-tidaknya, ada gambaran tentang Negara. Ada pengertian Negara. Dijelaskan secara total dan menyeluruh. Dan itu menjadi landasan teorinya. Menjadi landasan keberpijakan untuk ‘menganalisis’ pemikiran Sayyid Qutb.
Sejauh ini beliau tidak mengisukan tentang Negara, atau bahasa lainnya, tidka berkehendak terhadap politik praktis, melainkan politik yang itu atas nama islam. organisasi islam, bagi Sayyid Qutb di jadikan alat untuk kebersatuan atas nama Negara. Maka tugasmu itu, penting menguraikan tentang Negara. Dan itu menjadi landasan teori. Maka, kau penting merancangkan ulang tentang Negara.
Selanjutnya, barulah bisa dianalisis secara kritis: yang bunyinya seperti yang telah disebutkan di atas.
Negara itu berkaitan dengan ‘teks’ dan sayyid qutb tidak bersibuk pada ‘teks’ Negara, melainkan tubuh muslim, atau organisasi muslim dijadikan sebagai Negara. Yang kemudian, bersmaan dengan itu; syariat ialah kelanjutan dari hal itu. maksudnya, yang ditawarkan sayyid qutb itu tentang pemikirn yang mengedepankan, muslim jahiliyah atau muslim islam; hanya itu pilihannya. Akhirnya, ingatlah kembali tentang tugasmu, yakni analisis-kritis terhadap pandangan kenegaraan Sayyid Qutb. Demikian.
Belum ada Komentar untuk "Alur Desa Dan Lalai dengan Tugas Terhadap Sayyid Qutb"
Posting Komentar