EMPIRIS

Empiris—Rumah itulah gambar dari rumahku, yang aku gambar sendiri (alasan menggambar tentu, karena tidak mempunyai Kamera), alasan menggambar sendiri yakni mengingat kenangan. Mengingat pengalaman dari apa yang ditangkap. Inilah yang disebut dengan: Empiris. Jika ditambah isme, menjadi empirisme, maka berarti paham tentang orang yang menganut kenangan. Begitulah:

Empirisme.

Saat menggambar tentu yang dibutuhkan daya pengalaman menangkap gambar, itulah kenangan, itulah empiris. Dan orang yang menganut itu disebut paham empirisme. Di Barat, atau eropa, waktu itu, tokoh yang paling terkenal dengan paham itu ialah Jhon Locke. Dan kau bisa mencari siapa itu jhon locke, bisa mencari tahu tentang detail-detail pemikirannya, yakni tentang pengalaman. Namun, di zaman sekarang, di zaman kontemporer, bukanlah hal itu nilai utamanya: sebab itu telah menjadi sejarah. Telah menjadi kenangan. Maka kajian tentang Jhon locke pun berkaitan dengan kenangan. Dan disini, yang aku sampaikan ialah tentang upaya tentang pengalaman.

Di zaman yang technology semakin bekerja, orang-orang semakin ‘menggantungkan’ diri kepada technology. Buktinya, dengan adanya kamara atau handphone yang mampu menangkap sesuatu, wal-hasil orang itu lupa tentang fakta-fakta yang terjadi. bahkan mengerjakan sesuatu yang itu lewat pengalamannya.

Dan saya menggambar itu, tentu dengan tangkapan pengalaman. Sayangnya, belum terjadi ketotalan pengetahuan di dalam diri berkaitan dengan ilmu-ilmu yang telah dipelajari.

Pertama, tentang kedetailan data. Di sisi ada pengetahuan tentang perincian secara detail

Kedua, tentang keilmuan fisika. Di sini ada jalinan terhadap sesuatu yang fisik, yakni ukuran berat-berat yang terjadi.

Ketiga, ilmu tentang gambar. Di sini ada tentang pengetahuan sudut pandang.

Keempat, ilmu tentang geografi.

Kelima, ilmu tentang warna.

Seandainya penangkapan itu terjadi, artinya ilmu-ilmu diterapkan secara fakta, di dalam pikiran, pasti berkenang kuat dan mampu diuraikan secara fakta. Yakni tatkala di tanya tentang rumah, maka akan diketahui secara jelas. Pembicaraan menjadi lancar dan super lancar yakni penguraian tentang keberadaan rumah.

Tentu efek selanjutnya begini: saat pengetahuan rumah telah sempurna, maka masalahnya bukan lagi pada bentuknya, melainkan tentang di dalamnya; bisa jadi tentang manusianya, bisa jadi tentang jalinan keluarganya. Artinya, pada titik itu, haruslah selesai. Pada persoalan eksistensi rumah haruslah selesai. Namun ternyata, kita, kadangkala melupakan perihal eksistensi yang itu tertangkap oleh pengalaman yang itu di dalam pikiran kita. Seringkali ucapan atau ujaran kita, menyimpulkan: itu rumah kita. Padahal jika diuji keilmiahnnya, di uji objektifnya, bisa jadi belum valid. Karena pemaparannya tidak sempurna.

Maksud saya, ada kejanggalan terhadap pengalaman diri dan fakta. Ada kejanggalan pengalaman dan data yang diterima di dalam pikiran, di dalam diri. Saat pengalaman itu tidak sempurna, tentunya tambahan pengetahuan itu tidak belum sempurna, artinya, untuk mendeskripsikan tentang apa yang terjadi tidaklah komplek, namun seringkali disimpulkan, itulah rumahku.

Belum ada Komentar untuk "EMPIRIS "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel