Manusia Pendidikan Sekelas Perguruan Tinggi



Manusia Pendidikan Sekelas Perguruan Tinggi-- Saya berbicara aktivitas harian, menjadi mahasiswa. Mahasiswa yang itu tidak rajin dengan keilmuannya. Yang tidak gemar membaca teks-teks. Yang tidak gemar berdiskusi terkhusus mendiskusikan perkara ilmiah. Bila pun berdiskusi, maka itu diskusi acak-acakan, sekedar ocehan-ocehan atau celetuk karena kebersamaan. Selain itu, maka hari-hariku—dan saya akan berbicara tentang kondisi harian-harianku menjadi mahasiswa—ialah hari-hari yang biasa dengan aktifitasnya:

Makan

Mandi

Menonton televisi

Sesekali shalat jamaah di masjid. 

Sesekali rembug perkara makalah. Atua sesuatu yang disebut dengan makalah. Dan saya sendiri, agak kepayahan dengan metode makalah. Metode pembuatan makalah. Sekali pun saya mengetahui, bahwa sejauh ini, para mahasiswa cara membuat makalah ialah mengutip dan mengutip. Mengutip dari buku demi buku, maka jadilah makalah. Yang mungkin, di zaman era pengetahuan terbuka, di era internet ini: makalah dibuat dengan menggunakan referensi internet. Dengan cara, mengopi lalu memaste. Atau, mencari data di internet, lalu menyusunnya, menjadi bagian demi bagian. Itulah proses membuat makalah. Membuat makalah di era zaman now—hehe sebuah istilah yang dipadukan. Sebuah istilah yang sebenarnya, pada kajian filsafat disebut zaman modern. Sebab yang disebut modern ialah keadaan sekarang. Apa itu keadaan sekarang yang menandai modern? Yakni keadaan dimana pergantian masa dari era pertanian menuju permesinan. Dari era orientasi agama (teosentris) menjadi era rasionalis. Hingga kemudian, dari aliran itu, melahirkan aliran post modern. Artinya, era dimana yang melampaui modern. Sebab keadaan era rasional atau era permesinan, menjadi era telekomunikasi plus era transportasi. Jadilah, kehidupan yang serba praktis dan arah materalis.-- menjadikan hal-hal praktis. Pengetahuan menjadi praktis. Wal-hasil, seringkali dengan kepraktisan itu, orang lalai akan nilai sesungguhnya dari pengetahuan. Orang lalai bahwa pengetahuan itu diperuntukan untuk dirinya sendiri. Sebabnya orang lebih cenderung mengikuti sistem. Seakan pengetahuan itu untuk sistem. Padahal untuk dirinya sendiri. Sebabnya lagi, mengikuti sistem itu bertujuan memasuki era sistem praktis. Wal-hasil, manusia era zaman now, ialah manusia yang mengikuti sistem-sistem besar, yakni era praktis. 

Dan efek-efek praktis itu, menjadikan orang ‘kehilangan’ identitas dirinya (Sebab identitasnya, terpengaruh oleh identitas yang lebih besar) wal-hasil, orang lebih suka pada hal penampakan. Hal-hal yang menggejala. Atau ujuk kepameran. Itulah zaman now—bahasa lainnya, dari kajian sosiology—ialah mengikuti budaya populer. Hal-hal yang populer, menjadikan orang-orang turut mengikutinya. Begitu juga para mahasiswa—termasuk orang-orang yang saya ketahui—dan saya, berusaha mengubah hal itu, dan itu terkhusus untuk diriku sendiri, sayangnya saya tidak mampu melawan ‘gerakan’ sistem besar itu; yakni kelompok besar yang terjadi, bahwa proses-proses itu dijalani. Yakni tentang hal kepraktisan.

Maksud saya begini, tatkala kita membuat makalah, maka prosesnya bukan simpel. Sehingga setiap hari, pelaku mahasiswa bakal sibuk dengan ‘pengetahuan’nya. Hari-harinya bersibuk pada perkara ilmah, bukan tentang kesenangan atau sekedar geger perihal makan, tidur, menonton televisi, atau bahkan menonton film-film yang didownload.

Wal-hasil, kepemilikan laptop atau komputer laksana pelengkapan atau sekedar melengkapi bahwa ia membutuhkan. Namun tidak digunakan sepenuhnya untuk pengetahuan.

Ah pembicaraanku ini, seakan tidak tersistematis dan bahkan seperti tidak jelas arahnya. Namun sesungguhnya, saya hanya ingin mengatakan:

Kalau keadaan atau lingkungan pendidikan semacam itu, bagaimana mungkin keseluruhan total manusia pendidikan, benar-benar menjadi manusia-pelajar, manusia yang berilmu. 

Manusia pelajar itu, akan mengetahui hal konsentrasi keilmuan, pada saat mereka proses skripsi, mereka bakal mengetahui tentang proses-proses pengetahuan dan sistem metode ilmiah. Begitulah uraianku. Uraian acak dan ini tentu, ceritaku, cerita yang tidak terstuktur dan tidak tersistematis di era yang membutuhkan sistematis dan pola struktur.



2017

Belum ada Komentar untuk " Manusia Pendidikan Sekelas Perguruan Tinggi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel