Mencari Tahu Pemikiran Manusia




Pertanyaanmu itu sungguh terkesan aneh di era yang realistis ini. Apalah daya, baiklah aku tawarkan sesuatu padamu (alih-alih menawarkan, padahal juga menjawabkan): Tentu saja, ketika kau mengetahui pemikiran manusia cara yang biasa ialah lewat bahasa. Bahasa ialah media untuk berpikir. Media utama untuk menyampaikan pemikiran. Andaikata tidak ada bahasa, tentu orang-orang tidak terdeteksi pemikirannya. 

Sekarang, fakta-faktamu, apakah kau melihat mana orang-orang yang berpikir itu, dan kau sendiri, tatkala berpikir, apa yang kau pikirkan taufik? Tentu tentang bahasa teks, lalu bahasa tanda, atau potret-potret dari kenyataan, atau selingan-selingan dari kenyataan yang tersimpan pada memorimu, jadilah kau berpikir. Dan saat kau berucap, maka kata orang: itulah pemikiranmu.

Jika kau mempunyai gagasan, itu namanya gagasan yang ada di dalam pemikiranmu. Caranya menuangkan, tentu mendialogkan. Sebagaimana kau ketahui, Taufik. Dialog itu, bisa secara lisan dan bisa juga secara lisan. Dengan dialog, maka akan terketahui tentang pemikiranmu. Bukankah sejauh ini begitu yang terjadi kepadamu? Begitulah yang terjadi pada fakta-fakta yang tertangkap itu.

Anggap saja: bagaimana kau melihat pemikiran orang-orang di desamu, di keluargamu, di masyarakat yang kau lihat itu? Bukankah secara umum melalui apa-apa yang dikerjakan, apa-apo yang ditangkapkan dan apa-apa yang diungkapkan. Artinya, berkaitan dengan eksistensi mewujudkan sesuatu yang dipikirkan. Apakah bisa dimengerti?

Mari saya lerai ulang tentang proses berpikir.

Awalnya, kau, tidak mampu berpikir seperti sekarang ini, berjalannya waktu, kau mulai memikirkan ini-itu dan seterusnya. Pertanyaannya: mengapa itu terjadi pada pemikiranmu? Pada cangkang pemikiranmu? Tentu saja, karena kau menyimpan data-data itu, ringkas kata, karena manusia dianugerahkan untuk menangkap sesuatu. Dengan penangkapan itu, maka diolahlah apa yang ditangkap itu.

Soal penangkapan, tentu, satu orang berbeda dengan yang lain. Anggap saja, dirimu, tentu berbeda menangkap dengan diriku. Walau pun kita sama-sama dihadapi pada tempat yang sama. Pasti, yang kita simpan untuk dipikirkan lebih lanjut bakal berbeda. Karena sudut-pandang, pendengaran, penciuman, itu berbeda. Sebab kecepatan gerakan alam itu sungguh sangat cepat, ini yang mempengaruhi penglihatan. Sebab gerakan angin itu, berlalu dan cepat, ini yang membedakan penciuman dan juga pendengaran. Itu sebabnya setiap kita berpikirnya dikatakan berbeda. Sekali pun dapat dikatakan sama, yakni aktifitas berpikir.

Dan kembali ke tema awal, tentang pertanyaanmu, bagaimana mencaritahu pemikiran manusia?

Jawabnya, maka kau harus tahu dulu manusia mana yang akan dicari tahu. Tatkala si objek itu telah tertangkap, maka barulah dicari tahu, yakni dicaritahu lebih dalam terhadap objek itu. Bahasa lain, pembicaraan ini tentang upaya untuk menspesialkan si dia untuk dipikirkan. Setelah itu, maka diamati tentang gerak-gerik, ungkapan-ungkapan, dan tulisan-tulisan. Dengan begitu, maka akan terketahui tentang perannya, dan pemikirannya; yakni sesuatu yang dipikirkan.

Apakah pemikirannya itu terhenti sampai disitu?

Jawabnya, kalau yang kau amati itu—yang konsentrasikannya itu—manusianya masih hidup, tentu pemikirannya belum tuntas. Perannya menjadi manusia belum tuntas. Dan itu masih mampu bekembang atau bahkan tenggelam pada pemikirannya. Namun, kalau kau mengamati pemikiran orang yang itu telah meninggal, maka kau akan membacanya dengan jelas (sekali pun terkesan samar dan ribet ) dengan cara, melihat ketotalan kehidupan si orang yang kau amati itu: mulai dari biografi, karya-karya, jalinan sosial, keberadaan yang menyertai, zaman yang dialaminya: dan dia memilih satu di antara banyak pilihan. Begiutlah hidupnya. Begitulah pemikirannya.



2017

Belum ada Komentar untuk "Mencari Tahu Pemikiran Manusia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel