Zaman Kutipan

Kutipan Dan Alasan Untuk Berkata Atau Berkata-Kata

Untuk berkata yang terkesan ‘ilmiah’ maka harus mengutip. Begitulah syaratnya untuk menjadi pembicara pada keilmiahan. Sesuatu yang dianggap ilmiah. Hal itu, tentu saja berasal dari kebenaran yang itu objektif. Tujuannya tentu menyampaikan kata-kata. hendak berkata-kata.

Jika tidak menyertakan kutipan, lalu akan ditanyakan: memangnya kamu mendapatkan informasi darimana? Kau mendapatkan kata-kata itu darimana? Jangan-jangan itu sekedar khayalanmu belaka. Itu sekedar imajenasimu. Maka kau perlu adanya referensi, perlu adanya sumber-sumber.

Kalau kamu hendak berbicara ‘politik’ baiknya kau harus membaca buku-buku dan kemudian menyertakan ‘data’ barulah kamu boleh berbicara tentang politik. Kalau tidak, maka ungkapanmu ialah sekadar celoteh, atau omongan gadungan, omongan yang tidak mempunyai system. Lebih-lebih di zaman modern ini, semuanya tersistem. Maka baiknya, kamu menggunakan system, kalau tidak maka masuklah pada dunia yang tidak bersistem, yakni sastra, atau dunia fantasi.

Kami tidak butuh angan-anganmu atau bualan kata-katamu, ini era sistematis. Bila pun kau hendak menyampaikan sesuatu, baiknya juga harus sistematis dan terkesan maksud dan tujuannya, walaupun tema yang diangkat kecil, itulah zaman sekarang, era kontemporer:

Apa-pun menjadi sesuatu yang terkesan kecil dan kecil. Spesifik demi spesifik. Harus memisahkan sesuatu terhadap sesuatu yang lain. kalau tidak begitu, baiknya jangan hidup di dunia yang tersistem. Kenalilah bahwa era sekarang ialah era serba system dan semua telah tertata dengan rapi.

Sebagaimana sering dikatakan bahwa kutipan demi kutipan atau referensi , itu dijadikan patok untuk berbicara. Sehingga ketika dipaparkan, tidak lagi dipertanyakan tentang apa yang menjadi referensi, melainkan yang dipertanyakan tentang penyusunan kutipan, atau pemilihan dari kutipan. Inilah zaman kutipan. Untuk lebih mudah memahami apa yang saya sampaikan, baiknya mengamati buku dan melihat catatan kaki-catatan kaki, bahwa catatan kaki itu digunakan untuk mendahului apa-apa yang hendak disampaikan. Bahasa lainnya, catatan kaki berguna untuk belajar mengambil keputusan dirinya sendiri.

Tujuannya tentu, supaya pemikiran atau teks-teks menjadi sesuatu yang ilmiah, karena mempunyai referensi jelas terhadap apa-apa yang disandarkan. Kalau tidak begitu, tentu saja, teks-teks yang ditawarkan ialah ngawur. Bila pun bercerita tentang kondisi yang ada disekitarnya, dan orang-orang mengerti itu, itu pun masih sekedar kondisi, namun belum menjadi ilmiah, sebab itu pengalaman sendiri: dan ilmiah, biasanya disebut-sebut dengan objektif, yang itu ukurannya secara umum. Umum yang lebih luas. Karena teks, bakal diasumsi oleh keumuman.

Namun di zaman sekarang, banyak sekali media sosal yang itu terkesan personal. Facebook, twitter, blog, WA, Instagram dan lain-lain: itu ialah ruang-ruang individu yang menyosial, dan saya menggunakan kesempatan itu untuk mengungkapakan apa-apa yang terpikir secara individu untuk mempertanyakan sosial di era serba keterbukaan, di era informasi.

Dengan begitu, setiap individu mampu berbicara yang itu kebenarannya ialah kebenaran individu. Apakah ini dibenarkan secara objektif? Tentu bukan ukuran objektif karena ini tentang subjektif

Maksud saya, untuk mengatakan bahwa kutipan-kutipan itu disusun berguna untuk menentukan arah bicara. Untuk mempunyai kesempatan untuk berbicara.

Sekali pun demikian, saya juga berpikir: bahwa manusia pada dasarnya sebelum berbicara telah mempunyai referensi demi referensi, hanya saja, referensi itu tersembunyi. Maksudnya terpengaruh dengan lingkungan yang ada dan data-data dari apa yang dia ketahuil. Begitulah.

Belum ada Komentar untuk "Zaman Kutipan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel