Akar Keakuan
Senin, 12 Juni 2017
Tambah Komentar
Engkau boleh saja, memikirkan banyak hal, tidak ada larangan; tidak ada batasan, dan aku membebaskanmu untuk memikirkan apa-apa yang engkau pikirkan, karena itu pemikiranmu, Taufik, namun aku melihat:
Engkau terlalu asyik memikirkan orang lain
Engkau terlalu asyik memikirkan cabang-cabang
Engkau terlalu asyik memikirkan ranting-ranting
Engkau asyik memikirkan daun dan buah
Engkau lalai bahwa yang penting engkau pikirkan adalah akar; yang mana telah ada akar pada dirimu, yang penting engkau sirami dengan data-data pengetahuan, dan pengasahan demi pengasah, atau perulangan demi perulangan. Ingat, andaikata akarmu kokoh, maka engkau laksana pohon yang besar dan kokoh. Tapi lihatlah, dirimu, laksana pohon yang samar, dan malah lebih mementingkan cabang atau ranting atau bahkan tentang daun apalagi buah. Kenalilah Taufik, andai engkau sibuk dengan daun apalagi buah, sementara akarmu engkau lalaikan. Maka pertumbuhan tidak akan dengan mudah dan lancar.
Sebenarnya, tujuan utamaku kali ini menyampaikan kepadamu: jangan lalaikan tentang apa yang engkau geluti; tentang apa yang engkau perangi. Tetaplah konsentrasi pada hal tersebut, bukankah engkau telah merasakan tatkala tujuan awalmu bertemu dengan tujuan-tujuan penampakan?
Telah merasakan tatkala ada tujuan yang lain bersinggah dalam mangkok pemikiranmu?
Jadilah kekaburan tujuan meresep pada pemikiranmu. Maka, sekali lagi, lebih lama, konsentrasikan pada keakuanmu, pada bidang yang itu adalah tentang bidangmu. Dan jika ada di antara mereka berkata, tentu dengan mudah engkau akan berkata, yang itu sesuai dengan bidangmu.
Jika ada yang mengajak untuk duduk secara sistematis dan ilmiah, giringkan mereka untuk duduk. Atau malah bisa jadi, mereka menjadi pendengarmu; jika pun tidak ada, tetaplah engkau konsentrasi dengan apa yang menjadi konstrasi pemikiranmu, jangan dikaburkan.
Ingat, filsafatmu, itu belum sempurna.
Tangkapan pemikiranmu dengan filsafat belumlah sempurna.
Tangkapanmu terhadap pemikiran serta sejarah filsafat, belumlah sempurna.
Dan syarat untuk menyempurnakan adalah melatih dan terus melatih. Begitulah syaratnya. Jika realitas mengajakmu kepada yang lain; kenanglah mata rantai sejarah dunia, ingat, engkau mengambil filsafat. Dan filsafat itu adalah induknya ilmu. Artinya, engkau harus mengerti benar terhadap filsafat.
Dan data-data itu, harus dimiliki, itulah tugasmu yang ringan, taufik. Sekali pun aku melihat, engkau menghendaki filsafat yang realistis. tapi kenanlilah, bahwa pada realistis membutuhkan tentang kebijakasaan, membutuhkan sesuatu untuk bepikir. Tidak sekedar menjalani berpikir.
Itulah sebabnya aku menyuruhmu, untuk jangan melalaikan tentang filsafat.
Engkau memang boleh berbicara tentang kepemerintahan, sosial, desa, tentang kemanusiaan manusia, tapi engkau itu pengkaji fisafat, maka mengapa engkau belum mensinergikan filsfat dan realitas?
Jika engkau keberatan karena keterjalinana tersebut; maka ingatlah, bahwa semua akan kembali kepada-Nya dan manusia adalah prses yang itu menrutu kemampuannya. Yang mana pada akhirnya adalah kembali kepada-Nya.
Namun sayang, cara untuk kembali kepada-Nya tidak seringkas itu. walau sebenarnya, sangatlah ringkas, andai Dia menghendaki sesuatu, tinggal berkata, jadilah, maka jadilah. Tapi zaman sekarang taufik, ukuran umum mansuia sekarang,a adalah sibuk tentang keakuan yang lain dibanding keakuannya sendiri.
Dan tugasmu adalah tetap mempertahankan tentang keakuan diri.
Tujuannya, supaya engkau tidak mudah dinodai oleh pemikiran sementara yang itu menggodamu. Percayalah, bahwa realitas tidak secepat atau selambat kata-kata atau buku-buku, dan engkau telah merasakan itu. kadang kenyataan benar-benar kejam, oleh karenanya, engkau harus menyelesaikan studymu. Dan aku mau, engkau lulus studymu, seringkas itu, setealh itu, engkau boleh berpikir apa-pun itu, dan di sni, engkau harus dengan seksmaa dan cermat, tentang tawaran dunia di masa seperti sekarang ini.
Engkau harus lanyah pada satu keilmuan yang itu sangat menjol pada dirimu. Akhir kata, engkau boleh memikirkan orang lain, tapi engkau harus memikirkan dirimu sendiri.
2017
Belum ada Komentar untuk " Akar Keakuan"
Posting Komentar