Zaman Praktis






Kita memang tidak mampu menghindari zaman yang serba praktis, Fik. Ingat, serba praktis. Sejauh engkau amati dengan jeli lagi teliti, pastilah engkau mendapati sesuatu yang bersifat praktis, yakni memudahkan kemanusiaan kita. Begitulah tabiat kita, Fik. Suka dengan sesuatu yang mudah, dan gampang dan ingin cepat-cepat atau tergesa-gesa dalam hal apa-pun, seakan-akan semuanya inginnya segera di cepatkan. Bisa jadi—bahkan kita sering mendengar—kematian pun dianggap sesuatu yang praktis, dengan cara membunuh dirinya sendiri; dengan cara-cara yang itu tidak lazim. Dan itu, efek-efek dari zaman praktis, dan sayang, kita tidak bisa menghindari dengan keberadaan itu.

Komunikasi, inginnya praktis.

Makanan, inginnya praktis.

Pengetahuan, mauanya praktis.

Cinta pun, inginnya praktis.

Maka jadilah efek-efek kebebasan mencuat, Fik. Begitulah tawaran dari serba kepraktisan dan sekarang memang zamannya begitu. dan kita tidak bisa menghindari dari itu.

Telekomunikasi, menjadikan komunikasi, praktis.

Transportasi, menjadikan jarak, praktis.

Elektronik, menjadikan informasi, praktis.

Begitulah perkembangan ilmu-sains, Fik. Ilmu objektif, Fik. Perkembangan dari efek-efek ilmu ilmiah, Fik.

Namun, janganlah lupa tentang tujuan agama itu apa; apakah agama melarang tentang kemajuan ilmu? Perkembangan keilmuan? Apakah agama melarang itu? dan engkau harus jeli dan lihai untuk menilai hal itu, Fik.

Sebab, dimana-mana sekarang orang-orang menggunakan kipas-angin, atau malah menggunakan air condisioner (AC)

Dimana-mana orang menggunakan telephone, atau malah sudah beralih ke tablet.

Dimana-mana orang menggunakan transportasi, yang cepat yang ringkas.

Begitulah juga kata sosiolog, entah itu Jean Baudrillard atau bahkan yang dari Indonesia, Yasraf Amir Piliang. Sehingga efek derasnya, agama pun seakan praktis.

Nah, sekarang, mudahkanlah bagimu tentang kepraktisan tersebut, kalau punya, kalau tidak, ya sudah jangan dipayah-payahkan; jangan menilai sesuatu dari arah negatifnya, tetaplah menilai sesuatu dari arah positif dan teruslah engkau berjalan menggunakan langkah-langkah positif. Postitif yang seperti apa? Karena engkau mengetahui agama.

Terapkanlah pengetahuan keagamaanmu untuk membahagiakan dirimu.

Terapkanlah pengetahuan keagamaan untuk mendamaikan dirimu.

Syukur-syukur kalau engkau sibuk dan ketat dan uprek terhadap keilmuan agama, bukankah itu lebih menyelamatkan status kesosialanmu, yang mungkin, tubuhmu akan wira-wiri karena zaman mengajak untuk itu.

Tanamkan, sekali lagi lebih kuat: kebenaran telah datang, dan yang batil pasti bakal hancur. Begitulah kisahnya jalinan hidup, Fik.

Lagi-lagi, selamatkanlah kedirianmu, Fik. Sudah, jangan begitu urusi tentang orang-orang, sibuklah dalam urusanmu; apa itu? tentang agama. Percayalah agama itu kokoh, kalau engkau semakin sibuk dalam hal agama, pastilah engkau termasuk orang-orang yang kokoh terhadap kehidupan dan engkau semakin cerlang membaca zaman.

Karena zamannya praktis, buatkanlah agama untukmu, bagimu, sepraktis mungkin; jangan di beratkan, jangan payahkan. Sungguh, keberadaan agama tujuan awal dan paling dasar adalah menyelematkan individu. Kalau engkau telah selamat dengan keindividuanmu, insyaallah kenyataan bakal mendukungmu. Tapi engkau payah menyelamatkan keindividuanmu, bagaimana engkau mampu menyelamatkan individu-individu yang lain.

Akhir kata, ingatlah, zaman sekarang itu menuntut serba praktis, bahkan agama pun dijadikan hal yang praktis, dan engkau harus itu, Taufik, syukur-syukur engkau paham. Kalau tidak paham; uraikan bagiamana menurutmu kepraktisan agama. Tunaikanlah…

Belum ada Komentar untuk " Zaman Praktis"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel