Puisi-puisi Hidayat Tf
Sabtu, 03 Juni 2017
Tambah Komentar
KEAKUAN BARU, DEMIKIANLAH REALITASKU
Bersama realitasku, maka membaralah api-keakuanku
Mengabar-kabarkan kekaburan keakuanku
Menyata-nyatakan tentang keide-ideanku
Bersama realitasku, maka membaralah api-keakuanku
Terlelahkanlah kedirianku
Dan di saat itu; terpupuklah rasa imanku
Menyuburlah rasa pengetahuanku
dan kataku: selamat datang di dunia kenyataan
selamat datang di dunia realitas
yang jalannya, tidak cepat, tidak juga lambat
selamat datang di dunia nyata
yang bertalian dengan dunia maya
atau jalinan yang menyalin bahkan orang-orang yang telah berlalu
orang-orang yang terlampau menjadi kenangan, yang kini
mulai subur di permukaan
kataku, selamat datang realitasku. Selamat datang kenyataan baru
dan engkau kukabarkan melalui sajakku:
tentang keakuan baru yang menyinggah diriku
2017
KEAKUAN BARU, DEMIKIANLAH AKUKU
Aku sampaikan kepadamu, maksud sungguhku
Demikianlah keakuanku
Yang mencari damai melaluimu
Yang mencari nyaman bersamamu
Bersamamu pada kenangan waktuku
Bersamamu pada kenangan kedamaianku
Aku melihat, zaman semakin mengaku-akukan, keakuan
Kataku, mengapa juga aku tidak turut mengaku-akukan
Menonjolkan dan mencerlangkan atas nama keakuan
--oh seakan zaman milikku, seakan ini adalah kuasaku
Padahal zaman milik aku demi aku yang lain—
Karena tanpa keakuan, bagaimana aku mempertahankan hidup!
Oh zaman yang mulai sekedar pertahanan hidup
Demi hidup aku, lalai akan adanya aku yang lain
Dan aku sampaikan kepadamu, karena aku butuh aku yang lain, ialah dirimu
Duhai yang membukakan tabir keakuan
Mengetuk luka yang dalam pada kesakitan
Demikianlah kata sungguhku menyampaikan:
Tanpamu apalah aku.
Sekedar pejalan yang sekedar berjalan
Pejalan yang tak kenal arah perjalanan
Demikianlah keakuan yang dulu;
Laksana tak bermata dan menikmati pemandangan demi pemandangan
Laksana tak bertelinga, dan menikmati segala sesuatu yang terdengar
Oh begitulah engkau melihatku dengan terang bersama keakuanku:
Maka, apalah arti sajakku, tanpamu
Sekedar kata yang dirangkai tanpa arah
Yang kini, segala sajak mengarah padamu
Yang itu membuka tabir-tabir keakuanku
Demikianlah waktu baruku, semakin menyalak tentang keakuanku
Yang itu harus menempel dan menggandeng keakuanmu
2017
Tentang Pembacaan Keakuan
Berapa banyak orang-orang yang tahu tapi tidak tahu?
Kepadamu kusampaikan pengetahuanku!
Berapa banyak orang-orang yang paham tapi tidak paham?
Kepadamu kusampaikan pembacaanku!
Berapa banyak orang-orang yang mengaku keakuannya tapi tidak paham keakuannya?
Kepadamu kusampaikan pemahamanku!
Dan aku semakin liar membaca keakuan
Yang itu melaluimu, untuk membaca keakuanku
Adalah aku, yang lalai dengan keakuannya
Demikianlah waktu, mengajariku berkata
Yang itu melaluimu, segala menjadi satu
2017
TANPAMU, APALAH AKU
Tanpamu, apalah aku—sekedar berjalan yang bingung dengan perjalanannya
Yang perduli tapi tidak benar-benar perduli,
Yang lalai pada diri, disitulah engkau berperan pasti:
Mengiringku, deras dan kencang, dan memaksa:
Akumu! Akumu! Akumu!
Jadilah aku yang mencari aku dalam diriku
Percarian ganjil pada keakuan padahal telah ditandai jelas tentang akuku
Jadilah aku sibuk mencari aku-ku pada bekas-bekas kenanganku
Jadilah aku lebih sibuk dengan akuku, yang kemudian berkata:
Tanpamu, apalah aku—pejalan sendiri yang semestinya berjalan denganmu
Mengarungi waktu dan jalinan hidup yang selalu begitu
Tentang putaran rasa dan wujud-wujud yang baru
Tanpamu, apalah arti langkah-langkahku:
Maka, jangan jadikan aku terlepas dari ikatanmu
Jangan jadikan aku menjauh dirimu, jangan!
Jangan jadikan aku kehilanganmu
Biarkan aku turut pada langkah-langkahmu
Biarkan aku serta pada terjalan waktu
Karena aku tahu, tanpamu, apalah aku:
Pejalan yang tidak tahu jalannya
Pejalan yang tidak tahu tujuan jalannya
Adalah pejalan yang lalai bahwa aku pejalan
Dan bersama sajakku, kukabarkan tentang lika-liku jalanku
Yang kudayakan selalu mengarah padamu
Yang kudayakan selalu jalan bersamamu
Karena kutahu, tanpamu aku tak beraku
2017
Bagimu, Apa Makna Zaman Demi Zaman
Bagimu, apa artinya zaman demi zaman yang berlalu
ah apalah makna dari zaman yang berlaku?
Bagimu, apa artinya kisah demi kisah yang berlalu
Oh apalah makna dari zaman yang berlaku
Sekedarkah pertahanan tentang jalinan kemanusiaan!
Atau, sekedarkah kepentingan keakuan di era keberadaan!
Bagimu, apa artinya zaman demi zaman yang berlalu
Menjadi kenangankah, menjadi bekas-bekas pengetahuankah
Atau untuk apa zaman yang berlalu, untukku, untuk kemanusiaanku!
Sekedarkah tawaran sejarah atau kenangan yang diungkit
Atau untuk kebahagiaanku, sesaat dan kemudian berubah lesat
Bagimu, apa artinya hidup di zaman seperti sekarang ini,
Demi apa yang kau tujukan tentang zaman dan arah zaman
Demi apa kau pertahankan tentang kezamananmu
Tentangkah kemanusiaanmu atau kebahagiaan dirimu
Demikianlah sajak baruku
Secara menyeluruh dan mengetuk realitasku
Tentang bekas-bekas yang teramat banyak bagi kenanganku
Dan bagimu, kusampaikan sajakku
Tentang keakuan baru, pada realitas sungguhku
2017
Belum ada Komentar untuk "Puisi-puisi Hidayat Tf"
Posting Komentar