Tentang Kebiasaan Shalat





Apalah maknanya sholatmu, kalau sekedar kepikiran tentang cepat dan lambat? Kau bisa shalat sendiri dengan kecepatan yang ringkas, dengan kelambatan yang teramat lambat. Tapi apa artinya shalatmu, kalau itu berkaitan dengan cepat dan lambat.

Dan apa artinya pemaknaan lafad pada shalatmu, kalau sekedar pengamatan dengan lafad pada shalatmu? Kau bisa membaca dengan berulang-ulang tentang lafad-lafad yang termaknakan, dan kau bisa menulis serta merenungkan tentang makna-makna lafad yang ada pada shalatmu.

Jika kau bertanya, mengapa shalat itu memberatkanku?

Jawabku, kenapa engkau terberatkan dengan shalat. Apakah karena engkau terikat waktu untuk menunaikan shalat. Apakah engkau tidak mengerti tentang makna dari shalat yang sesungguh-sungguhnya; padahal engkau adalah pengkaji islam, yang lebih lama mengaji dan engkau telah lama berstatuskan agama islam dan menaikan shalat berwaktu-waktu. dan sekarang, engkau bertanya: mengapa shalat itu memberatkanmu?

Jika kau menjawab, shalat itu mengikatku, mengharuskan aku menyempatkan waktu. mengharuskan aku, melafadkan sesuatu. Mengharuskan aku menjaga waktuku. Mengharuskan aku menjalani sesuatu, dan itu sebuah keterikatan.

Jawabku, aku malah mempertanyakan tentang keimananmu. Memeprtanyakan tentang rasa yakinmu, kepada Allah yang maha menguasai sungguh.

Sekarang, jangan beratkan shalat itu kepadamu, ingatlah, engkau yang membutuhkan shalat itu. dan engkau harus merasa yakin bahwa engkau membutuhkan shalat. Shalat laksana engkau lapar sehingga engkau penting menyolatkan dirimu.

Jangan pikir tentang kecepatan atau kelambatan dalam shalatmu, kalau itu pikiranmu, maka shalatmu telah dihancurkan oleh pikiranmu sendiri.

Tapi pasrahkan seluruh kedirianmu kepada Allah yang Maha Suci, kepada Allah yang merancang hidup.

Serahkan dirimu seserah-serahnya. Berdirikan dirimu, tegap karenanya. Rukukan dirimu, serukuk-rukuknya dan untuk untuk-Nya, penyembahanmu kepada-nya. Sujudkan sujudmu untuk mensucikan-Nya. Karena tiapan waktu, engkau begitu lalai dengan-Nya. Karena tiapan detik engkau begitu lalai akan kuasa-Nya. Engkau begitu lalai akan takdir-Nya.

Sekarang, tuliskan sekali lagi, tentang lafat-lafat shalat untukmu, untuk bola matamu, untuk pikiranmu. Lanyahkan selanyah-lanyahnya tentnag lafat-lafat pada dirimu. Selanjutnya, barulah engkau mengerjakan shala sesholat-sholatnya. Bukan lagi tentang lafad, tapi shalat yang sesungguhnya; yakni penyerahan disertai kata-kata.

Penyerahan di sertai doa-doa.

Penyerahan di sertai kepenyarah sungguh ketubuhanmu.

Tidak sekedar tentang kening dan akalmu. Tapi seluruh dirimu.

Tundukkan kepada-Nya, setunduk-tunduk-Nya. Jadilah hamba yang benar-benar menghamba. Jadilah hamba yang membutuhkan-Nya.

Jika kau bertanya, mengapa harus membutuhkan-Nya?

Jawabku, karena kita tahu, Dia adalah maha segalanya, yang mempunyai semesta dan seluruh isinya. Dialah yang menjadikanmu hidup, lalu mematikannya. Dan Dialah yang mengatur tentang kehidupanmu. Dan sungguh, shalatmu adalah tentang kewajibanmu menunaikan diri untuk kembali kepada-Nya, sebelum engkau benar-benar kembali kepada-Nya.

Jika engkau menolak atau ingkar kepada-Nya, sungguh, telah banyak kaum yang ingkar kepada-Nya: tidakkah engkau mengambil pelajaran darinya?

Jika engkau menolak atau melanggar apa-apa yang diperintahkan-Nya, sungguh, telah banyak kaum yang mendustakan rasul-Nya: tidakkah engkau mampu mengingat hal tersebut?

Sekarang, shalatlah sesholatmu: bukan tentang orang-orang, tapi tentangmu, Taufik. Bukan tentang dinilai orang-orang, atau mencari pujian orang-orang, atua mencari sesuatu dari orang-orang, tapi untukmu, Taufik. Untuk keselamatanmu, Taufik. Untuk kedirianmu, Taufik. Shalatlah seikhlas-ikhlasnya.

Akuilah dosa-dosamu,

akuilah kenakalan pikiranmu.

Akuilah kekafiran dirimu.

Akuilah keingkaran hatimu.

Akuilah kebangkangan dirimu.

Akuilah.

Dan mintalah maaf kepada-Nya, mintalah ampunan dari-Nya. Mintalah petunjuk kepada-Nya, sebagaimana Dia menujukan orang-orang yang terdahulu, orang-orang yang diberi nikmat karunia-Nya. Dan kemudian, Shalatlah… karena itu kewajiabanmu. Tunaikanlah.

2017


Belum ada Komentar untuk " Tentang Kebiasaan Shalat "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel