Keunikan Ikatan Agama Islam di Desa Wargomulyo






Keunikan Ikatan Agama Islam di Desa Wargomulyo, ah atau sebenarnya ini sejenak pikiranku saja; padahal mungkin biasa-biasa saja, tidak ada uniknya; ah setidaknya ini untuk diriku. melatih pengetahuanku. beginilah uraiannya:
 
Agama Islam di Desa Wargomulyo

Desa wargomulyo itu desa yang terletak di kecamatan pardasuka kabupaten pringsewu, provinsi lampung. Yang mana para penduduknya adalah penduduk dari jawa, semasa era colonial, dari jawa ke lampung, transmigrasi. Yang bertujuan untuk mencari kehidupan yang normal, karena mengetahui—atau telah dikabarkan dari belanda untuk transmigrasi ke suatu daerah—ada lahan untuk digarap. Maka segerombolan itu, yang diketuai oleh Mbah Nawawi, pindah dari desa walet, kutoarjo, purworejo ke kecamatan pardasuka, yang mana si ketua juga menyukai agama[1], yang kemudian waktu, terbukti dengan anak-anaknya yang menikah dengan orang yang berorganisasi NU dan orang yang berorganisasi Muhammadiyah. Menantu dari Mbah nawawi, pertama adalah Sayyid Hamid (masih ada darah atau keturanan sampai kepada Kanjeng Nabi Muhammad) yang seringkali disebut oleh penduduk desa dengan julukan Wan Hamid. Dan yang kedua adalah Nur Hadi (ketua juga dari organisasi Muhammadiyah) begitulah kedua menantu dari Mbah Nawawi, yang mana mbah nawawi sebagai ketua rombongan transmigrasi, yang kemudian mengambil kiai untuk distatuskan menjadi kiai-desa, dia adalah Mbah Ibnu Qosim.

Diceritakan era transmigrasi pada tahun 1930 Masehi—dan penarikan kiai Ibnu Qosim, saya belum mengetahui secara pasti— yang jelas, diceritakan bahwa Mbah Ibnu Qosim adalah guru mengaji, yang itu juga menjadi Musryid tariqoh di desa, yang kemudian, setelah meninggalnya Mbah Ibnu Qosim; mursyid tersebut diserahkan kepada salah satu muridnya, yakni Mbah Parno.

Yang tentu pada era Mbah Parno, telah banyak teman-temannya mbah parno, alias santri-santri dari mbah ibnu qosim, yang kemudian dipilihlah mbah parno sebagai ganti mbah ibnu qosim, yang menurut saya, alasan utama karena kepercayana guru kepada murid menjadikan murid percaya kepada guru, maka disitulah kehendak-Nya dititahkan kepada murid yang dipercaya untuk menjadi penerusnya. Dan pada masa mbah parno ini, aktifitas tariqoh semakin ramai.

Karena memang telah zamannya juga, orang-orang mulai siap untuk memasuki dunia tariqah, setidaknya keilmuan lebih mapan di banding era Mbah Ibnu Qosim, yangmana sekarang, setelah sepeninggalan Mbah Parno diagantikan oleh Kang Sya’ban, yang itu juga adalah bagian dari murid mbah parno.

Sekali pun disekitar Kang Sya’ban ada banyak orang pandai, tapi ternyata, jatuhnya kermursyidan ada pada kang sya’ban, yang menurut saya, kenapa hal itu terpilih kang sya’ban, bukan anak dari Mbah Ibnu qosim sendiri atau orang-orang pondokan lainnya yang bermukim. Jawabnya, karena kang syaban adalah murid mbah parno. Seringkas itu, pengangkataan murysid kalau dipikir secara rasio, dan kalau dipikira menggunakan irasional, maka jawabnya, karena memang kang syaban layak untuk dijadikan mursyid.

Dan bersamaan dengan eranya kang syabban ini, tariqoh semakin gencar dan semakin ramai. maka tentu, setiap malam jumat ada acara tariqohanm atau dizikir bersama di majsid yang itu kelompok tariqoh.

Efek lanjutannya, realitas menjadi wira-wiri orang-orang yang menunaikan kewajiban untuk dzikir tersebut. wira-wiri kedatangan mereka,, tentu menawarkan sesuatu yang lain, yakni gemar ibadah. setidaknya begitu, yang kemudian berefek kepada anak-anaknya, kareana anak-anaknya menjemput orang-tuanya, terlebih lagi, di zaman seperti sekarang ini, zaman 2017 Masehi; kendaran demi kendaraan lakasana nyamuk yang terus menerus bermunculan. Belum lagi, efek dari tariqoah, tidak sekedar bulanan, yang itu juga ada acara selapaanan di adakan. Dan bersamaan dengan itu, tentu kesibukan atau eksistensi manusia semakin mewujudkan taringnya, bahwa orang-orang banyak yang menyukai agama: sekali pun entah isinya, sekali pun tidak tahu apa yang diucapkan. Tujuannya ringan, setidaknya selepas shalat fardu tidak meninggalkan kewajibannya sebagai pelaku tariqioh.

Selain itu, gerakan pengajian subuh, terus menerus didengungkan oleh Pak Guru, Mashudi Jalani, yang terkenal suaranya dari menara masjid agung wargomulyo. Maka sudah tentu, si tariqat atau orang-orang yang ikut mengaji subuh ketambahan pengetahuan dari pak guru yang itu tentang keislaman.

Selain itu, gerakan pengajian ibu-ibu pun masih ada, yang itu bercikal pada istierinya Mbah Ibnu Qosim, dan orang-orang menyebutnya Buk Nyai, yang sekarang, pengajian tersebut, dipimpin oleh anaknya buk nyai, yakni Ibu Juaroh.

Selain itu, gerakan pengajian atau tempat-tempat mengaji yang itu untuk anak-anak, masih aktif menunaikan mencari pengatahuan, walau masih belajar alip-bak-tak, atau sekedar latihan membawa iqro guna bisa membaca kelak. Atau supaya kelak, ingat dengan orang tuanya dan mengirimkan doa buat orang-tuanya.

Dan selain itu, ada gerakan pengajian yang lain di jalur sturktur yang lain, yakni Mbah Kaji atau Simbok Robinga. Yang itu juga mempunyai rombongan mengaji, yang itu berletak selepas siang atau selepas dhuhur, diadakan mengaji, terkhusus untuk ibu-ibu.

Dan orang-orang laki-lakinya, sekedar melaksanakan yasinan bergilir. Yasianan giliran. Selain itu, masih banyak si mulang-mulang ngaji yang bertahan di desa wargomulyo, itulah keunikan agama yang berada di desa wargomulyo.

PEMBACAAN REALITAS AGAMA ISLAM DI WARGOMULYO


Jika kita melihat secara menyeluruh kegiatan realitas di wargomulyo, maka sudah pasti terikat ketat dengan nilai keislaman yang sebenanrya tidak kuat-kuat amat, tapi banyak dan sering, landasan utama, karena penampakan demi penampakan keislamanan sangat kuat: mulai dari Tariqah, Azan, Tempat ibadah, pujian-pujian, pengajian-pengajian, juga suara-suara speaker yang milik umum, yang tentu sangat-sangat mempengaruhi realitas.

Selain itu, memang juga, banyak orang yang berasal dari pondok pesantren, yang lebih-lebih dalam ikatan keluarga demi keluarga, yang dalam ikatan tersebut ditali denga ikatan silaturahim, yang tentu berbackgrone islam dan itu menjadikan keagamaan islam semakin terang dan jelas. Sayang, karena sangking terang dan jelasnya, adakalnya malah tersamarkan.

Namun, orang-orang sekarang, di zaman seperti sekarang ini, fakta membuktikan, bahwa gerakan agama atau moral atau akhlak yang ditawarkan agama, menjadikan orang-orang sekali lagi untuk lebih kuat dengan tali islam, sebab, tatkala menalikan pada tali agama, maka disitu diajari tentang akhlak dan moral, dan terlebih lagi, mengerti benar tentang tujuan hidup. Bahwa tujuan hidup bukan sekedar di dunia, melainkan di dunia akhirat juga.

Yang pasti, keunikan agama islam di desa wargomulyo di tandai dengan:

1. Ikatan kiai-desa (yang terstatuskan dengan adanya Kiai-Desa)

2. Ikatan keluarga-besar (yang mayoritas adalah saudara, atau keluarga)

3. Dominasi atau hampir menyeluruh berasal dari Jawa (maka adat jawa masih agak ada, walau pun telah membelang atau tidak seasli di jawa aslinya)

4. Tempat-tempat keislaman (masjid, tempat mengaji, mushola)

5. Eksistensi dari pengajian

Demikianlah.

Nb: Tulisan ini, adalah upaya mencari kebenaran. Jangan langsung dijadikan referensi tentang pembenaran, tapi penting disaring lebih jeli dan penting dikoreksi.




[1] Arti menyukai karena Mbah Nawawi rajin dalam hal agama, yakni menciptakan tempat ibdah yang kemudian menarik kiai untuk distatuskan menjadi kiai desa.

Belum ada Komentar untuk "Keunikan Ikatan Agama Islam di Desa Wargomulyo"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel