Puisi-puisi Hidayat Tf
Kamis, 08 Juni 2017
Tambah Komentar
Menjalin Kehidupan
Aku mulai menjalinkan keakuanku
pada aku-aku yang lain
berdealektika laksana socrates
yang mempertanyakan kemapanan
yang telah telah termapankan
demikianlah jalinan kemanusiaanku
yang menjalinkan keakuanku
pada aku-aku yang lain
yang berkata dan berbusa-busa
dan juga menawarkan realitas yang sesungguhnya
demikianlah jalinan kemanusiaanku
yang menjalinkan keakuanku
pada aku-aku yang lain
yang bertali atas nama univesal
menyandarkan islam
dan islam adalah gerakanku
mengislamkan keakuanku
demikianlah jalinan kemanusiaanku
2017
Engkaulah Cerminku
engkaulah cerminku,
yang kupandang dan meresap pada memori tangkapanku
demikianlah keakuanku
melihatmu sebagai kaca
tentang langkah waktu
tentang langkah kenangananku
jika aku menjadi seperti ini
ya! karena aku melihatmu
karena aku seperti ini
bagaimana aku menolak
bahwa aku
menjadi seperti ini
demikianlah keakuanku
2017
Melihatmu
engkau tak bersuara
bagiku, bekas suaramu teramat nyata
ngiang dalam benakku
saat aku melihat sorot matamu
muncullah rangkaian kata-kataku
keluar laksana berkata:
keluarkan apa yang hendak engkau bicarakan
taruklah pada meja peradilanku,
biar kuhukum apa yang engkau soalkan
bukankah soalmu dan sering adalah hal-hal sederhana
dan termat mudah dijawab
wahai yang ditugasi masih sebagai baju-penampakan
dan tenanglah, kelak, bila waktunya telah tiba
engkau akan deras berkata dan engkau tidak akan lupa
bahwa bekasmu adalah bekas yang bertanya
begitulah keakuanmu
2017
JIKA
jika resah membajui akalmu
ingatlah segala soal telah di rencana
dan akalmu adalah tompangan
tentang segala hal yang telah di rencana
bersabarlah
jika sedih membajui akalmu
ingatlah segala waktu bergulir adanya
dan akalmu adalah tompangan
tentang proses yang harus diterima
bersabarlah
jika bahagia membajui hatimu
ingatlah guliran waktu telah direncana
terimalah dan jangan bangga
sebab segala hal telah direncana
2017
Menjalin Kenyataan
aku semakin menjalinkankan keakuanku
melalu-lalangkan tubuhku
mengibarkan bendera keakuanku
di zaman yang serba mengaku-aku
aku semakin mengisukan keakuanku
melalu-lalangkan kata-kataku
meneguh-teguhkan diksi akuku
di zaman yang serba mengaku-aku
demikianlah kenyataanku
2017
AKU
aku adalah satu dari sepersekian keakuan yang ada
yang menuliskan sajak dan menjalinkan
kepada guruku
yang ternyata punya beberapa pendahulu
layaknya Rumi kepada Tabrisnya
layaknya Plato kepada socratesnya
tapi aku bukanlah rumi yang dikenal tariannya
bukanlah plato yang dikenal dialognya
karena aku adalah satu dari sepersekian keakuan yang ada
melaporkan diri kepada gurunya
tentang diri, atau tentang ide gurunya
yang darinya dipelajari:
tentang keakuanku
ya! kembali padaku
demikianlah sajakku
jika ada yang bertanya, apakah engkau meniru Rumi?
jawabku, tidak!
jika ada yagn bertanya, apakah engkau meniru plato?
jawabku, tidak!
ini adalah sajak tentang keakuanku
yang laksana memaksa ditumpahkan
pada media kata
yang bertujuan untuk para mata
yang khususnya kepadaku sebagai pembaca
jika ada yang bertanya, jadi kamu beraliran apa?
jawabku, aku tak paham arah tanyamu.
katamu, jika rumi dikenal dengan sufinya
jika plato dikenal dengan filosofnya
dan engkau?
jawabku, dan aku diantara keduanya
itulah jawaban yang sungguh, bagimu
yang seakan meninggikanku untuk mengaku
kepeniruanku
sekalipun bagiku,
aku adalah murid dari sepersekian murid yang ada
yang menjalin kepada gurunya yang dinaungi islam
begitulah keakuan
demikianlah sajak keakuanku
2017
jika resah membajui akalmu
ingatlah segala soal telah di rencana
dan akalmu adalah tompangan
tentang segala hal yang telah di rencana
bersabarlah
jika sedih membajui akalmu
ingatlah segala waktu bergulir adanya
dan akalmu adalah tompangan
tentang proses yang harus diterima
bersabarlah
jika bahagia membajui hatimu
ingatlah guliran waktu telah direncana
terimalah dan jangan bangga
sebab segala hal telah direncana
2017
Menjalin Kenyataan
aku semakin menjalinkankan keakuanku
melalu-lalangkan tubuhku
mengibarkan bendera keakuanku
di zaman yang serba mengaku-aku
aku semakin mengisukan keakuanku
melalu-lalangkan kata-kataku
meneguh-teguhkan diksi akuku
di zaman yang serba mengaku-aku
demikianlah kenyataanku
2017
AKU
aku adalah satu dari sepersekian keakuan yang ada
yang menuliskan sajak dan menjalinkan
kepada guruku
yang ternyata punya beberapa pendahulu
layaknya Rumi kepada Tabrisnya
layaknya Plato kepada socratesnya
tapi aku bukanlah rumi yang dikenal tariannya
bukanlah plato yang dikenal dialognya
karena aku adalah satu dari sepersekian keakuan yang ada
melaporkan diri kepada gurunya
tentang diri, atau tentang ide gurunya
yang darinya dipelajari:
tentang keakuanku
ya! kembali padaku
demikianlah sajakku
jika ada yang bertanya, apakah engkau meniru Rumi?
jawabku, tidak!
jika ada yagn bertanya, apakah engkau meniru plato?
jawabku, tidak!
ini adalah sajak tentang keakuanku
yang laksana memaksa ditumpahkan
pada media kata
yang bertujuan untuk para mata
yang khususnya kepadaku sebagai pembaca
jika ada yang bertanya, jadi kamu beraliran apa?
jawabku, aku tak paham arah tanyamu.
katamu, jika rumi dikenal dengan sufinya
jika plato dikenal dengan filosofnya
dan engkau?
jawabku, dan aku diantara keduanya
itulah jawaban yang sungguh, bagimu
yang seakan meninggikanku untuk mengaku
kepeniruanku
sekalipun bagiku,
aku adalah murid dari sepersekian murid yang ada
yang menjalin kepada gurunya yang dinaungi islam
begitulah keakuan
demikianlah sajak keakuanku
2017
Belum ada Komentar untuk "Puisi-puisi Hidayat Tf"
Posting Komentar