AKU DATANG UNTUK MENYELAMATKAN PEMIKIRANMU






Kenapa engkau sibuk-sibuk mengurusi orang lain, bukankah engkau tahu bahwa zaman sekarang adalah zamannya keakuan; mengapa engkau tidak mementingkan tentang ‘keadaan’ hal tersebut, Taufik. Apakah engkau hendak mengaburkan zaman yang menjadi itu, mejadi zaman yang sarat dengan nilai-nilai humanism; kenanglah berapa usiamu, sungguh, engkau belum layak menjadi manusia, maka baiknya engkau persiapkan dirimu matang-matang, Taufik.

Siapkan dirimu dengan ilmu pengetahuan yang cerlang dan jelas, Taufik.

Sibukkan dirimu bersama dengan keilmuanmu.

Jangan sibukkan, terlalu sibuk dengan hal-hal sosial atau atas nama humanis atau atas nama jaringan demi jaringan, tapi jaringkanlah dirimu seutuhnya.

Jaringkanlah panca-inderamu seluruhnya.

Jaringkanlah keliaranmu menjadi sesuatu yang terdiam.

Koreksilah tentang bagaimana konsentrasi keilmuan, Taufik.

Dan sekarang, beranilah menjadi ‘Aku’ Taufik. Beranilah menjadi keakuan. Biarkan realitas yang membantumu. Beranilah menjadi ‘aku’, Taufik; dan sibukkan dirimu pada peta ilmu.

Sungguh alatmu untuk menjalani realitas yang sesungguhnya masih kurang.

Sungguh alatmu untuk menjajal realitas yang sesungguhnya masih kurang.

Oleh kerana itu, persiapkan matang-matang, dayakanlah sematang-matangnya.

Dan beranilah engkau berdoa kepada tuhanmu, yang itu kepentinganmu, yang itu benar-benar tulus dari lubuk hatimu.

Beranilah engkau meminta kepada Tuhanmu, yang itu kepentingamu, yang itu benar-benar pasrah kepada Tuhanmu.

Kalau engkau tidak menyerah dengan apa yang terjadi padamu, artinya engkau masih membangkang dengan pengetahuanmu, berarti engkau masih membangkan. Maka sekali lagi, pasrahkan pemikiranmu kepada Tuhanmu; beranilah memasrahkan pemikiranmu kepada Tuhanmu.

Sungguh, dasar keyakinan adalah si aku kepada tuhannya.

Hubungan si aku dengan tuhannya.

Tidak ada lantaran atau perantara; aku itu adalah alat untuk lebih mudah, tapi pada dasarnya, engkau itu tetap berjalan sendiri. Engkau memang membutuhkanku, tapi pada dasarnya engkau itulah sendiri.

Engkau memang menali kepadaku, tapi pada dasarnya engkau itu berjalan sendiri; tali adalah sekedaran engkau mengikuti, dan pada akhirnya, nasibmu (bagianmu) itulah tangung-jawabmu, Taufik.

Janganlah ‘bangga’ karena kau dekat denganku, karena itu memang sudah takdirmu juga takdirku yang itu kita harus berdekatan.

Jangan ‘sombong’ karena kau dekat denganku, karena ini memang sudah keharusan dan kita tidak bisa menghelak.

Namun pada dasarnya, hatimu, itulah hatimu.

Pemikiranmu, itulah pemikiranmu.

Kenyataanmu, itulah kenyataanmu.

Dan aku datang kepadamu, untuk menyelamatkan pemikiranmu, Taufik. Tidakkah engkau merasakan kencang bagaimana obat-obat yang ditaruk kepadaku dan itu untukmu?

Dan sekarang, untuk hal praktis:

Julangkanlah dirimu sesuai dengan zamanmu.

Julangkanlah keilmuanmu.

Kibarkanlah bahwa engkau itu orang yang berpengetahuan.

Jika engkau kewalahan dengan alat-alat, maka belajarlah, dan aku yakin, engkau mengetahui cara bagaimana belajar. Yakni, perhatikan waktu-waktumu, perhatikan pergaulanmu, perhatikan kumpul-kumpulmu, perhatikan apa-apa yang kau bicarakan, perhatikan apa-apa yang engkau bahaskan; dan yang selanjutnya, tatkala engkau telah berusaha, pasrahkan kepada Tuhanmu.

Bila engkau memulai, maka niatkan itu karena Allah.

Bila engkau mengakhiri, maka pasrahkan itulah kemampuanmu.

Jangan remehkan kedekatanmu dengan-Nya; jangan remehkan pengetahuanmu akan-Nya; jangan tepiskan rasamu dengan-Nya; jangan sangkalkan pengetahuanmu tentang-Nya; sungguh engkau adalah orang yang berpengetahuan, dan kurang terhadap cara atau alat, tapi sekali lagi, aku meminta kepadamu, Taufik; ya, aku meminta kepadamu:

Jangan hinakan dirimu dengan terus menerus membodohi dirimu sendiri.

Jangan rendahkan dirimu dengan terus menerus merendah laksana tidak tahu.

Jangan kepengetahuanmu dengan terus menerus pura-pura mentidak-tahukan.

Kenalilah, sekarang, kalau engkau sendiri tidak menghormati yakinmu, bagaimana yakin itu menjelma buah, Taufik. Kalau engkau sekedar menjadi akar, bagaimana orang mengetahui tentang kepohonanmu dan tawaran buah-buahmu.

Maka dari itu, sekali lagi, selamatkan kedirianmu.

Sibuk belajar, yo…

Belum ada Komentar untuk "AKU DATANG UNTUK MENYELAMATKAN PEMIKIRANMU"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel